Bab 2 Kehidupan yang berkebalikan

39 14 14
                                    

Barcelona, Spanyol, 2023

Salju turun perlahan memenuhi tanah. Tumpukan salju yang putih itu menutupi gelapnya warna batu dan tanah. Sama seperti seorang wanita yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya. Tatapan matanya kosong mencoba mencari kecerahan di tengah hatinya yang cemas dan penuh ketakutan saat ini.

Laura Denisova, wanita berusia 23 tahun ini memiliki kecantikan dan daya pikat yang unik. Kulitnya yang seputih salju serta matanya yang hitam seperti tanah bisa membuat siapa saja terpikat olehnya. Dinginnya angin malam ini menyelimuti kulitnya.

"Laura! Mau sampai kapan kau akan berdiri di situ?" tanya Carla—ibu Laura. Dia mengambilkan Laura air minum dan tidak lupa dengan obat tidurnya.

"Aku bisa menyiapkan obatku sendiri." Laura menghampiri ibunya. Dia langsung mendapatkan pil untuk gangguan kecemasannya.

"Kau harus tidur dengan tenang, jangan pikirkan hal yang aneh-aneh, mengerti." Carla tersentuh pada Laura dan mengelus rambut anaknya itu.

Dari tangan Carla Laura mengambil pil obat tidur itu dan langsung meminumnya dengan air putih yang ada di gelas. Laura tersenyum pada ibunya lalu dia segera menyelimuti dirinya di kasur. Carla keluar dari kamar Laura dan wanita itu langsung menuju jendela meludahkan pil tidurnya yang dia tahan. Dia merasakan pahit di lidahnya.

"Ah, sialan!" Laura mengusapi lidahnya.

Jam dindingnya menunjukkan tepat pukul 10.00 malam, kini Laura hanya bisa terbaring di kasurnya menunggu rasa kantuk yang tidak kunjung menghampirinya. Dia benar-benar tidak bisa tidur tanpa pil.

"Aku tidak mau melihat wajah itu." Laura menelan ludahnya.

"Aku tidak ingin melihatmu." Kini napasnya sesak.

"Aku tidak sengaja, aku masih kecil saat itu. Tidakkah bisa kau pergi dariku?" ucap Laura pelan.

Setiap malam wanita ini tersiksa tidak bisa tidur. Takut untuk memejamkan matanya. Rasanya akan ada seseorang yang akan menghampirinya setiap saat. Bahkan saat tidur dia akan memimpikan wajah pria menyeramkan itu lagi dan lagi. Laura sudah berusaha melupakan, tetapi tidak bisa.

Matanya kian menutup dan bayangan pria itu semakin jelas di mimpinya membuat Laura gemetar ketakutan dan membuka mata dengan kaget dan berkeringat setiap paginya. Dia tidak bisa mengusir ingatan itu. Sama sekali tidak bisa.

Dengan tubuhnya yang berkeringat Laura bangkit dari kasurnya dia membuka lebar-lebar jendela kamarnya dengan begitu cahaya matahari dengan bebasnya masuk ke dalam kamarnya. Hanya dengan begitu dirinya bisa lega. Malam sudah berlalu. Segera Laura mandi dan bersiap untuk pergi kuliah. Dia berdandan dengan cantik dan rapi.

"Selamat pagi, Nona." Pelayan yang ada di rumah besar milik keluarga Laura tersenyum saat melihatnya.

"Selamat pagi juga." Laura juga selalu memberikan balasan sapaan.

Langkah kaki Laura memenuhi ruangan tengah sekarang. Dia bisa melihat Ayahnya—Alejandro menuju meja makan. Alejandro melambaikan tangannya pada Laura menyuruh agar dirinya cepat turun.

"Aku sudah membuatkan sandwich untukmu." Carla memberikan hasil repotnya di dapur pada Laura.

"Setiap pagi aku selalu mendapatkan sandwich, aku ingin susu saja." Laura tersenyum pada ibunya.

"Kau bisa lapar kalau hanya minum susu." Carla memaksa Laura untuk memakan sandwich buatannya.

"Ayah, aku tidak ingin sandwich," bisik Laura pada Alejandro.

"Ibumu sudah membuatnya sepenuh hati, ada baiknya kau makan." Alejandro mengusap kepala Laura. Wanita itu memutar bola matanya sebal.

Laura sarapan dengan tenang bersama keluarganya. Banyak makanan yang tersedia.  Rumahnya senantiasa aman dan nyaman. Dia sangat bahagia. Setelah sarapan selesai Laura menuju kampusnya bersama Alejandro yang mengantarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY BEAST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang