Chapter 28 : Gabrian.

Mulai dari awal
                                    

Robert berjalan memasuki halaman rumah sederhana ini setelah Alec mengatakan keadaan sudah di kendalikan. Dengan santai Robert melewati tubuh-tubuh anak buah de Luca yang sudah tak bernyawa.

Ia lalu berjalan masuk ke dalam rumah itu. keadaannya tak jauh lebih baik, jika di luar penuh dengan tubuh tak bernyawa, maka keadaan dalam rumah itu sudah bagaikan kapal pecah. Robert sungguh menikmati apa yang dilihatnya saat ini.

“Tuan, de Luca berhasil melarikan diri.”

Robert berhenti dan menatap Alec tajam. Hanya tinggal selangkah dan lelaki itu sudah menghilang? Robert tersenyum miring, pengecut! Batinnya.

“Gaby?”

“Sepertinya kita harus membawanya ke rumah sakit, Tuan. Keadaannya sedikit tidak baik.”

“Sedikit?”

“Nadinya sangat lemah.”

Robert mengumpat, memaki de Luca dengan sumpah serapah. Dengan panik ia langsung berlari menghampiri ruangan tempat Gaby dan membawa wanita itu menuju mobilnya. Alec langsung mengambil duduk di depan kemudi, sedangkan Jeremy duduk di sebelah Alec.

Ponsel Gaby yang ada di saku Alec berbunyi. Alec mengambilnya dan menyerahkannya pada Robert tapu Robert tidak menghiraukan tangan Alec yang terarah padanya, dan tetap fokus pada Gaby. Alhasil Jeremy mengambil ponsel itu dan membuka pesannya.

“Ke St. Mary’s hospital.” ucap Jeremy begitu ia membaca pesan yang masuk di ponsel Gaby. Alec mengangguk dan langsung melajukan mobil itu ke alamat yang dituju.

Robert terdiam memandangi wajah Gaby yang terlihat seakan wanitanya itu sedang tertidur. Wajah Gaby terlihat sangat damai.

Dada Robert terasa sesak. Melihat Gaby yang seperti ini saja membuat semangat hidupnya menurun drastis. Apa yang akan terjadi jika Gaby benar-benar meninggalkannya?

Baby, hey! wake up please, You are safe right now.” Ucapnya serak dan pelan. Berharap kalau Gaby akan terbangun begitu mendengar suaranya. Namun sayangnya itu hanya harapan, karena tubuh Gaby tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera bangun.

Robert semakin mendekat tubuh Gaby yang di pangkuannya dengan erat. Ia mencium kening Gaby dengan sangat lembut dan berhati-hati.

“Sayang, bangun ya.” Bujuk Robert lagi. Dengan emosi ia menendang kursi kemudi dengan kakinya membuat Alec dan Jeremy sedikit tersentak karena terkejut.

“Lebih cepat sialan! Kau ingin dia mati ha!” teriak Robert seperti orang gila. Melihat itu, Alec langsung menekan pedal dalam-dalam dan mengemudi seperti orang kesetanan. Ini lebih baik, pikir Robert.

Berbeda dengan Jeremy yang sudah memejamkan matanya. Dalam diam dan ketakutannya, ia merapalkan doa agar mereka bisa selamat sampai tujuan.

Jeremy sungguh-sungguh bersyukur begitu mereka sampai di rumah sakit beberapa menit kemudian. Dengan cepat ia langsung turun dan membukakan pintu untuk Robert.

Begitu pintu sedikit terbuka, Robert langsung menendang pintu itu agar melebar dan segera turun dari mobil sambil masih menggendong Gaby. ia baru akan berlari ke dalam rumah sakit namun suara seseorang menginterupsinya.

“Hei! Bawa Gaby kemari!” panggil lelaki itu. ia menatap Robert dengan tajam dan penuh emosi.

Sayangnya Robert tidak takut. ia bahkan bisa membunuh lelaki itu detik ini juga. Tapi itu tidak penting sekarang. saat ini yang paling penting adalah keselamatan Gaby.

Lelaki itu lalu mulai mendorong brankar ke dalam sebuah ruangan. Bukan IGD maupun UGD. Ruangan itu seakan di desain khusus memang untuk Gaby.

Sebenarnya siapa lelaki ini? batin Robert tak suka.

“Tunggu di luar Dallas.” Perintah lelaki itu datar. Lelaki itu berhenti dan menahan Robert sedangkan suster sudah membawa Gaby masuk ke dalam ruangan itu, sengaja menyibak tirai agar Robert tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan.

Robert berhenti dan menatap lelaki itu yang kini menatapnya tajam. Lelaki itu tidak takut padanya.

“Kenapa aku harus mengikuti perkataanmu?” tanya Robert mulai terbawa emosi.

“Karena aku yang bertanggung jawab mengenai Gaby di sini. Sekarang keluar.” balas lelaki itu yang juga sama-sama emosi.

“Berani sekali kau memerintah ku?” rahang Robert mengeras. Ia tidak suka lelaki itu.

“Kenapa aku harus takut?” lelaki itu balas bertanya, meremehkan Robert.

“Aku tidak mau keluar.”

“Kau yang membuat Gaby kembali masuk ke ruangan ini. Sekarang keluar atau kau tidak akan bertemu lagi dengan Gaby seumur hidupmu!” lelaki itu mengancam Robert.

“Kau pikir kau siapa!” sentak Robert menangkup kerah lelaki itu penuh emosi.

“Aku Gabrian, kakak Gaby. Lepaskan tanganmu dan keluar sekarang.” ucap Gabrian santai lalu tersenyum sinis.

*****

Boleh tau pendapat kalian tentang chapter ini??

Really hope you like and enjoy it guys 💕

Jangan lupa Vote Komen dan Share yaaa 🖤

Sayang kalian ❤️

Original ® story by Jusiana97
Copyright © 2019 by Jusiana97

Written by
J U S I A N A 9 7

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang