(7)

2 0 0
                                    

Tok tok tok

Elani langsung berlari menghampiri pintu, ia melihat sebuah kotak berwarna hitam dan tanda senyum yang terdapat di kotak tersebut.

Dengan hati-hati Elani mengambilnya, ia mencium bau anyir dari kotak tersebut, karena penasaran ia mencoba mencium bau tanda senyum itu.

Trak

Kotak itu langsung Elani lempar dan mengenai batu, tanda senyum itu ternyata dibuat dari darah, Elani gemetaran kala kotak tersebut sudah terbuka.

"Duh Lani, kamu bodoh banget sih. Kotaknya kan jadi kebuka, andai aja tadi aku ngelemparnya gak kena batu, pasti kotaknya masih ketutup."gerutu Elani, ia terus menatap kotak itu tanpa niat membukanya dengan baik apalagi mendekatinya.

"Ayah, bunda, tolong... Elani takut!,"Elani kebingungan, ia terus berjalan berbolak-balik berharap kedua orang tuanya kembali pulang.

"Es campur, es campur, es campur"teriak seorang bapak-bapak yang sedang berjualan.

Elani berlari menghampiri tukang es tersebut, ia menatap lekat tukang es. Tukang es malah jadi salah tingkah karena ia ditatap oleh anak kecil cantik yang menggemaskan.

"Adek mau beli es campur?,"tanya penjual es, Elani menggeleng lalu menunjuk kotak yang terbengkalai itu pada tukang es.

"Loh, jadi bukan mau beli toh. Yah... Bapak kecewa sama si adek, datang tiba-tiba eh... beli kagak. Bikin baper iya, php juga iya."gerutu tukang es, lalu menatap arah tunjuk Elani.

"Astaghfirullah, dek! Itu teh apa?, Kenapa ada kotak kek gitu. Duh... Bapak takut dek, mana si adek kagak ngomong-ngomong lagi. Bapak duluan ya dek, bapak gak mau kenapa-kenapa soalnya bapak masih duda belum punya istri dua lagi. Permisi dek."tukang es campur langsung mendorong gerobaknya terburu-buru, ia ketakutan.

Tatapan Elanipun berubah sayu, kenapa mulutnya rapat tak mau dibuka, tangan kotor memangkup bibirnya, pantas bibirnya rapat seperti di lem.

"Kamyu syiapwa?"ucap Elani berusaha berbicara walaupun bibirnya dipegang.

"Anata."

"Hwah?,"

"Aku Anata."

"Ohm... Anwatwa,"Elani bernafas lega, kala tangan Anata yang mengerikan itu lepas dari bibirnya.

"Anata jail ya,"

"Kata siapa?"

"Pasti kotak itu ulah kamu?"

"Jangan tuduh aku yang enggak-enggak, mana mungkin hantu bisa bawa kotak!,."

"Terus, tadi kamu bisa pegang aku."Anata memalingkan wajahnya malas, sepertinya manusia didepannya sedang berkhayal.

"Jangan tolong Anara."

"Oh... Jadi yang kemarin malam itu kamu?!"

"Kenapa kamu larang aku buat nolong Anara, kan sesama makhluk hidup harus tolong menolong."jelas Elani polos.

"Karena kamu gak tahu apa-apa. Lagi pula aku juga udah gak hidup. Jadi, buat apalagi nolongin tuh orang."

Dahi Elani mengkerut, ia menatap Anata yang memasang muka marah. "Memangnya ada apa sih?, Jangan buat Lani bingung."

"Kalau kamu gak mau bingung, cukup jangan ikutin apa kata-kata Anara, kamu pura-pura tidak mengenalnya."

"Kenapa Lani harus ngelakuin itu?"

"Sudahlah Lani, kamu dengar saja kata-kata ku. Abaikan semua perkataan Anara."

"Pokoknya kamu harus kasih penjelasan sama Lani, kalau alasan itu jelas baru Lani turuti. Lani gak mau bikin seseorang kecewa karena Lani! Paham!."jelas Lani, dia menatap sebal pada Anata.

"Kamu keras kepala juga ya Lani, sudahlah. Tak penting juga kamu tahu alasannya, cukup dengarkan aku dan diam."

"Lani gak suka diatur-atur tanpa alasan, Lani manusia yang punya otak dan Lani gak mau digituin."bagaimana pun caranya, ini tetap perdebatan diantara kedua anak yang masih terbilang kecil, apalagi mereka sama-sama keras kepala, tak ada yang mau ngalah.

"Terserah kamu aja Lani, aku gak peduli jika nanti ada sesuatu hal yang terjadi padamu. Soalnya aku udah ngasih tahu kamu ya dan jangan berharap aku menolong kamu pas kesusahan."

"Lagi pula siapa juga yang mau di tolong sama hantu anak kecil, aku punya kakak kok, walaupun udah jadi hantu jadi jangan ngarep aku bakal minta bantuan darimu hantu kecil."ucap Lani sombong, ia membelakangi Anata dan menjauh darinya.

"Kayak situ udah gede aja."sindir Anata yang masih bisa didengar oleh Lani.

Elani menghentak-hentakan kakinya, ia menatap sebal Anata, yang menghilangkan tanpa pamit.
"Dasar hantu nyebelin, baru ketemu udah merintah-merintah segala, emang situ siapa? Presiden, menteri kan bukan."gerutu Elani dan masuk ke dalam rumahnya mengabaikan kotak hitam tersebut.

***

Seorang anak kecil perempuan berlari dari gerbang sekolah menuju kelasnya, ia kesiangan. Terlihat teman-temannya sudah duduk rapi, saat ia membuka pintu ia bernapas lega kala tahu jika sang guru belum sampai.

"Loh... Lani, kamu kesiangan?"

Suara itu mengagetkan anak kecil itu, Elani kini ia sedang berdiri disebelah mejanya. Suara seorang ibu-ibu terdengar di telinganya, dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya menghadap sang guru.

"Eh... Bu Dena, maaf ya Lani kesiangan, soalnya jam weker Lani hancur."ucap Elani jujur.

Terdengar suara tawa menggelegar dari arah depan, seorang anak kecil laki-laki sedang terbahak-bahak menertawakan Elani.

"Diam! Kamu ini malah ketawa. Elani kamu duduk, lain kali kamu jangan telat lagi. Paham!"suara keras Bu Dena yang dingin, membuat semua murid yang berada didalam kelas ketakutan.

Elani duduk disebelah Anara, ia menatap Anara bingung. "Aku harus gimana?"lirih Elani.

Anara mengalihkan perhatiannya pada Elani, ia seperti mendengar sesuatu, walaupun samar. "Kamu kenapa Elani?"

"Cuma pusing aja Ra, tapi gak papa kok."balas Elani, tersenyum paksa.

Keadaan kelas 6 SD, sudah mulai padat. Jadwal pelajaran yang banyak ditambah, membuat siswa-siswi tidak bisa bermain di kelas. Apalagi menemukan jam kosong, untuk sekedar bermain dan bercengkrama.

Elani dia masih menatap bingung pada Anara, teman sebangkunya ini sudah seperti bingung tanpa kepalang. Setiap kali ia bicara pasti Anara akan kaget tiba-tiba, ia seperti tak fokus.

Anata berdiri dibelakang Elani, kebetulan hari ini kursi dibelakang Elani kosong, jadi Anata merasa senang bisa mendapatkan tempat duduk di dekat orang yang keras kepala.

"Hei... Lan, tahu gak kalau mbok dirumah kamu itu dijadiin tumbal sama salah satu temen orang tua kamu."ucap Anata dibelakang Elani, suara itu hanya bisa didengar Elani, jadi tak membuat kegaduhan.

Elani langsung membalikkan tubuhnya, ia memang merasa ganjal, tapi ayah dan bundanya selalu melarang Elani untuk tak memikirkan hal-hal diluar pelajaran.

"Bohong!"Elani membalas ucapan Anata pelan, suaranya membuat Anara melihat kearahnya kepo.

"Ada apa Lani?"Elani merasa gugup, ia menggeleng pada Anara lalu membetulkan duduknya menjadi kedepan. Anara melihat kearah belakang yang di lihat oleh Elani tadi, ia merasa ada seseorang, tapi saat ia melihat kebelakang tidak ada siapa-siapa.








***

Okey guys ...

Terimakasih telah baca ya semuanya, pokoknya jangan lupa vote dan sarannya. Komen dari kalian ada salah satu cara bangkit dari banyaknya alasan pas males-malesnya.👍👍

Mistery and Little MoonWhere stories live. Discover now