(2) Kakak Ifa kangen....

9 3 0
                                    

Di tengah hutan yang gelap dengan di penuhi rimbunan pepohonan yang membuat suasana semakin mencengkam, ditambah lagi dengan hari yang sudah menginjak malam.

Terdapat seorang anak kecil perempuan yang masih berusaha untuk membuka matanya, dengan seluruh badan yang terasa ngilu.

Setetes demi setetes air mata mengalir dari mata cantiknya yang mempunyai warna pupil mata hitam legam, bagaikan langit yang hitam karena bulan yang tertutupi oleh awan.

Sesekali ia meringis saat merasakan sakit di kakinya, darah yang mengering dan bau anyir yang ia cium membuat kepalanya menjadi tambah pusing.

Tangan mungilnya berusaha menompang kepalanya yang serasa ingin jatuh, ingin sekali rasanya ia menidurkan dirinya di kasur yang empuk tapi....

Tap...

Tap...

Tap...

Suara langkah seseorang terdengar olehnya, tubuh gadis kecil itu mulai bergetar ketakutan, ia menyembunyikan kepalanya dia antara lututnya dan menutupi telinganya dengan tangan mungilnya.

Semakin langkah kaki terdengar keras semakin cepat juga detak jantung gadis kecil itu bersuara, bahkan hampir bisa terdengar jelas.

Tap...

Langkah kaki itu berhenti tepat di depannya, ia sangat penasaran dengan siapa sosok yang sekarang ada di depannya. Tapi nyalinya menciut saat merasakan sentuhan lembut di kaki kecilnya yang terdapat darah.

"Jangan takut ini aku!"bisik seseorang itu di depan telinga kanan si gadis kecil.

"Elani buka matamu, ini aku Tifani!"ucap seorang gadis cantik yang terseyum ke arah gadis kecil yang masih berusaha bersembunyi.

Sedikit demi sedikit ia mengangkat kepalanya dan sampai akhirnya ia dapat melihat seseorang sedang tersenyum ke arah dirinya.

"Kakak Ifa!"ucap Elina pelan.

Matanya berbinar saat melihat seseorang yang ia kenali, tanpa aba-aba ia langsung memeluk Tifani erat.

Tifani hanya diam dan membalas pelukan Elani yang semakin erat, dengan lembut ia mengelus-elus punggung Elani.

Tifani merasakan tubuh Elani bergetar, dan ia juga mendengar isakan-isakan kecil yang tertahan dari Elani.

"Sstttt.... Udah ya, kan udah ada kakak disini jadi jangan takut. Maaf kakak gak bisa selalu ada di sisi kamu Lani!, Dunia kita sudah berbeda"ucap Tifani yang berusaha menahan tangisnya.

"Kak Ifa, Lani kangen sama kakak. Lani pengen main bareng lagi sama kayak dulu bareng kak Ifa, Lani kesepian berada di sini sendirian!"gumam Elani yang masih menangis.

Cup

Tifani mencium kening Elani sayang, lalu ia melepaskan pelukannya dan menatap wajah Elani yang sudah memerah dengan air mata yang masih mengalir.

"Kakak pergi dulu ya sayang, setelah ini Lani harus segera bangun dan bertemu dengan teman Lani Yang lainnya, yang sama seperti Lani bukan yang berbeda!"bisik Tifani yang kemudian pergi dari hadapan Elani yang masih menangis.

Bruk...

Tubuh Elani terjatuh dan ia sadar jika pelukan itu tidak terasa hangat, melainkan dingin. Tubuhnya menggigil kedinginan.

***

06:00 AM

"Non bangun non, udah pagi. Non harus sekolah hari ini."ucap seorang perempuan paruh baya.

Gadis kecil yang disebut non itu bangun sambil mengucek-ngucek matanya.

"Engkhh... Iya mbok!"ucap gadis kecil itu seperti bisikan.

"Matanya jangan di kucek-kucek nanti matanya sakit!"jelas perempuan yang dipanggil mbok.

"Hari ini... Hari apa mbok?"

"Hari ini hari Senin non, jadi non Elani mau berangkat sekolah gak?"ucap mbok

Elani mengangguk ia langsung turun dari kasurnya dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar tidurnya.

Perempuan yang dipanggil mbok itu hanya tersenyum dan merasa lega dengan sikap mandiri yang dimiliki oleh anak dari majikannya.

"Kalau saja mereka berdua masih berada di sini, pasti mereka akan bangga mempunyai seorang gadis kecil cantik ini!"gumam mbok.

"Mbok Sumi...."teriak Elani di dalam kamar mandi, mbok Sumi yang tadinya ingin keluar dari kamar Elani langsung berlari pelan menghampiri Elani yang keluar dengan terburu-buru dengan keadaan dirinya yang sedang sikat gigi.

"Ada apa non?!"tanya mbok Sumi yang sudah deg-degan.

"Di kamar mandi ada kecoa mbok!"ucap Elani yang ketakutan dengan tubuh yang gemetaran.

"Woalah kecoa toh, mbok kira apaan, sampai-sampai non Lani ketakutan seperti itu. Tapi bukannya non itu gak takut sama kecoa ya?!"bingung mbok Sumi.

"Itu dulu sekarang iya!"ucap Elina dengan muka cemberut.

"Yaudah mana kecoa-nya biar mbok usir supaya non Lani bisa langsung mandi dan gak telat berangkat ke sekolahnya!"

Elani pun menunjukkan dimana kecoa yang ia maksud pada mbok Sumi dan langsung saja ditangkap.

Hap!

"Wah... Mbok Sumi keren!"Elani bertepuk tangan dan menampilkan wajah yang bahagia saat melihat kecoa yang sudah tertangkap.

"Nah sekarang nona langsung mandi dan siap-siap untuk berangkat ke sekolah ya!"

"Oke mbok Sumi!"

"Kenapa kecoa-nya kayak sedih gitu ya!, Apa karena ditangkap atau ada hal yang lainnya. Tapi tadi aku mendengar sesuatu tapi siapa yang bersuara itu sangat mirip dengan seseorang? Tapi siapa?!"Elani menampakan wajah bingung nya, ia terus mengingat siapa yang memiliki suara tersebut, tetapi semakin ia mengingat kepalanya semakin sakit.

Byurrr.....

Dengan tingkah konyol ia langsung mengguyur tubuhnya dengan air tanpa membuka bajunya terlebih dahulu.

"Brrrr.... Dingin....."

Tet Tet Tet.....

"Kyaaaaa....... Udah siang!"teriak Elina yang baru keluar dari kamar mandi.

"Non Lani... jangan teriak... nanti genteng rumah banyak yang jatuh....!"balas mbok Sumi yang sama-sama teriak.

"Ups... Lani lupa!"ucap Elina menepuk jidatnya sambil cengengesan gaje.

"Coba aja kalau ada kak Ifa pasti kalau aku teriak dia juga bakalan teriak, dan hasilnya kaca rumah bakal ada yang pecah... Prangk... He he...."



***
Yuhuuuuuu....

Bagian dua nih...

Gimana ceritanya asyik gak atau malah makin gak jelas, pliss perlu coment and pendapatnya.

Mistery and Little MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang