(3) Guera

10 2 0
                                    

Tik Tik Tik Tik....

"Kenapa tidak ada orang lain?"Elani bingung ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kelas.

Tap

Tap

Tap

"Kemana orang-orang!"Elani semakin membingung saat tidak melihat siapapun di koridor.

Deg deg deg deg...

Detak jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang, ia menyetuh dada kirinya.

"Ke..ke...na..pa.. cepat sekali!"

Bruk...

Dengan cepat Elani memalingkan wajahnya dan melihat jam dinding yang sudah pecah berantakan di lantai dekat kakinya.

Elani mencabut kaca yang menempel di kakinya, saat kaca terlepas dari kakinya tiba-tiba ada seseorang yang berjongkok di depannya.

"Loh... Kok kamu masih ada di sekolah!"ucapan seorang anak perempuan yang memakai seragam yang sama seperti Elani.

"Kamu siapa?"tanya Elani yang kebingungan.

"Aku Guera, kalau kamu?"ucap Guera dengan muka yang lucu.

"Aku Elani, kenapa kamu bertanya, kenapa aku masih disini?"Elani semakin membingung saat mengingat pertanyaan Guera yang diajukan padanya.

"Bukankah sekarang itu masih jam pelajaran ya?"

"Ini sudah malam Ela, seharusnya kamu sudah pulang. Jika tidak kamu akan seperti aku!"Guera mengucapkan-nya dengan wajah yang ketakutan dan sambil melihat ke sekitar.

"Pulang lah Elani, jika tidak kamu akan senasib dengan ku!"ucap Guera dengan wajah yang semakin ketakutan.

"Tapi...!"

Saat Elani melihat ke arah Guera, Guera sudah menghilang tubuhnya mendadak bergetar.

"Shh... Kok makin perih ya!"gumam Elani yang memegang kakinya yang masih mengeluarkan darah.

"Uhkk... Baunya gak enak banget, bikin pusing!"

Krawuk

Krawuk

Deg!!

Elina memalingkan wajahnya, ia melihat Guera yang sedang di makan oleh seorang pria.

Elani dapat melihat kepala Guera yang sudah terputus dengan mata yang melotot, dan beberapa tulang yang masih berdarah.

Elani menelan ludahnya.

Bruk....

"Elani ku mohon jangan pingsan terlebih dahulu, kamu harus pulang sebelum nasib mu sama seperti ku!"ucap Guera sedih yang menatap tubuhnya yang dimakan oleh seseorang yang tidak ia kenal.

"Ku mohon Ela bangunlah!"Guera menangis dan berusaha melindungi Elani yang malang.

***

Mbok Sumi yang sedang menyiapkan makanan pagi memutuskan untuk membangunkan majikan mudanya.

Krek...

"Non La...

"Astagfirullah noo....n noo....n"mbok Sumi berteriak-riak memanggil namanya yang menghilang.

Brak

"Ya ampun di kamar mandi pun non Lani gak ada!"

"Duh... Gimana nih...!"mbok Sumi semakin panik ia mulai menelepon beberapa orang tua dari teman Elani.

"Maaf buk, kemarin anak saya gak sekolah karena sakit, jadi tidak tahu tentang Elani!"ucap seorang ibu yang membalas pertanyaan mbok Sumi.

"Kalau begitu terimakasih ya buk, maaf jika mengganggu!"

Tut Tut Tut

Tet Tet Tet

Mbok Sumi kembali menelepon lagi, dan langsung di balas oleh orang tersebut.

"Hallo Bu, apa Elani ada di rumah ibu?"tanya mbok Sumi yang semakin ketakutan.

"Maaf ya ini siapa?, Dan siapa itu Elani!"

Deg

Jantung mbok Sumi berdetak kencang, ia sangat mengenali nomor rumah ini. Tapi kenapa malah menjadi seperti ini.

"Apa benar ini dengan Bu Manda?"

"Maaf mungkin anda salah sambung saya Bu Minda dan setahu saya Bu Manda sudah meninggal beberapa tahun lalu!"

Wajah mbok Sumi memperlihatkan ketakutan, ia kembali teringat saat dua hari yang lalu saat Bu Manda yang mengunjungi Elani yang sedang sakit.

"Engkh... Maaf kalau begitu!"

Tut

Tubuh mbok Sumi luruh ke lantai, telepon yang bergelantungan karena tata letak yang tidak benar menambah kesan seram saat si gagang telepon yang terus-menerus bergerak dengan cepat.

Saat mbok Sumi membuka matanya, ia melihat petir yang menyambar dan di temani dengan hujan yang lebat.

"Elani kamu kemana nak!, Mbok takut kamu kenapa-napa sayang!"lirih mbok Sumi yang sudah menangis.

Bruk

Pintu depan terbuka dengan lebar, membuat angin yang dingin masuk ke dalam rumah.

Mbok Sumi dapat mendengar suara langkah seseorang, seorang anak kecil.

"Huwaaa...."mbok Sumi menjerit saat merasakan tangan kecil yang dingin menyentuh telapak tangannya yang gemetaran.

"Mbok!"panggil Elani dengan wajah yang bingung.

Mbok Sumi mendongakkan kepalanya dan ia dapat melihat tubuh Elani yang basah kuyup, dengan tas yang sudah tidak berbentuk dan baju seragam yang sudah terdapat sobekan-sobekan kecil, beserta lumpur yang membuat keadaan Elani semakin memprihatinkan.

Mbok Sumi langsung memeluk Elani yang tubuhnya gemetaran akibat dingin.

"Non mbok khawatir banget sama non, mbok mohon non jangan kayak gini mbok khawatir!"suara mbok Sumi bergetar sambil terus memeluk Elani yang sepertinya sudah kedinginan.

"Mbok Elani gakpapa, mbok gak usah khawatir!"

Duar....

Bletak!Suara benda pecah.

Elani dan mbok Sumi langsung melihat ke arah dimana suara itu berasal.

"Mbok Elani takut!"ucap Elani dengan suara yang bergetar.

Tanda telapak kaki dengan tanda darah membuat suasana semakin mencengkam.

Arah telapak kaki itu menuju kulkas, mbok Sumi dan Elani mengikuti jejaknya sampai akhirnya berhenti di bawah meja makan.

Mbok Sumi dan Elani memberanikan dirinya untuk melihat ke bawah.

Seseorang menjulurkan lidahnya dengan sepiring tulang yang masih terdapat kulit dan darah yang menempel di tulang tersebut.

Hap

Leher mbok Sumi dicekik oleh kedua tangan Elani yang berkuku sangat panjang, kuku tersebut terus berusaha untuk menembus ke dalam kulit-kulit mbok Sumi yang sudah keriput.

Elani kini sudah menjadi orang lain, tubuh yang tinggi melebihi mbok Sumi, rambut panjang yang menjuntai sampai menyentuh lantai, kedua mata yang melotot dan wajah yang menghilang setengahnya.

Krek..

Kepala mbok Sumi terputus, Manda yang melihat kejadian itu hanya tersenyum.

Senyuman sadis yang menunjukkan sebuah keberhasilan.

"He he Bu Manda sangat keren!"ucap Guera yang tertawa dengan darah yang mengalir dari dalam mulutnya.



***

Gimana gimana?

Nyambung kagak?

Sumpah ni cerita sangat susah ngebuatnya, lantaran cerita yang harus ngandung horor horor nya gitu!

Pliss coment dan kirim masukan kalian tentang cerita yang ini dan kalau suka jangan lupa buat votenya guys.

Mistery and Little MoonWhere stories live. Discover now