09

397 87 38
                                    

Lee Midam itu bukan orang yang pelupa sebenarnya. Namun ia memiliki satu kelemahan yang membuatnya sering dikatakan orang pelupa. Dia kesulitan mengingat wajah baru. Setiap orang baru yang ditemuinya, setidaknya ia harus memperhatikan wajahnya setiap sepuluh menit sekali agar tidak lupa untuk hari itu. Sedangkan untuk hari-hari berikutnya ia harus menghafal wajah melalui foto agar tetap ingat.

Dan hal itu membuat Midam sering dicap sombong oleh orang-orang yang tidak begitu mengenalnya. Karena setiap kali Midam di sapa, Midam tidak membalas karena merasa tidak mengenal orang itu. hal ini juga yang membuatnya sering menjadi bahan bulan-bulanan sejak kecil.

Hingga saat ini, hanya beberapa orang saja yang ia kenali wajahnya, selain guru dan orangtuanya, tentunya. Hanya Wooseok yang menjadi teman pertamanya sejak masih masa MOS, Jinhyuk yang sering menempel pada Wooseok, Cha Junho adik kelas yang entah darimana datangnya selalu muncul di hadapannya dengan tiba-tiba, beberapa teman sekelasnya yang duduk di dekatnya, dan beberapa anak pengurus inti OSIS yang sering berinteraksi dengannya.

Hanya itu. Selebihnya Midam hanya ingat namanya.

Karena itu pula Midam nyaris tidak memiliki teman. Beruntung Midam sekelas dengan Wooseok sejak kelas sepuluh, jadi Midam tidak benar-benar merasa terasingkan meskipun ia juga belum seterbuka itu dengan Wooseok.

Sebelum ini Midam tidak pernah merasa harus benar-benar menghafal wajah orang. Baginya, selama ia tidak penting, maka tidak perlu dihafalkan. Lagipula untuk apa. Tidak berguna juga di hidupnya.

Namun entah mengapa kali ini Midam merasa harus menghafalkan wajah Yoon Seobin, pemuda aneh yang selalu menggagalkan aksi cuttingnya. Pemuda yang sebenarnya jelas terlihat bukan pemuda baik-baik, namun selalu mampu membuat Midam tenang dengan tatapan teduhnya. Pemuda yang tidak pernah terlihat penting.

Midam heran. Mengapa ia merasa harus menghafalkan wajah pemuda yang hidupnya tidak berfaedah itu.

***

8 Desember 2018, 14.35

"Kamu kenapa mau bantuin saya?"

Seobin menoleh ketika Midam yang ada di sebelahnya bersuara. Pemuda berwajah datar itu kemudian menjilat es krimnya, membuat Seobin tersenyum entah sudah keberapa kali untuk hari ini.

"Karena gue pengen jadi temen lo," jawab Seobin sesaat setelah dirinya menggigit es krimnya.

"Temen kan saling bantu. Daripada gue langsung ngasih lo uang yang jelas-jelas itu uang bokap gue, mending lo liat gue kerja keras dulu, baru gue kasih gaji gue ke elo. Biar lo ngerasa ga enak kalo mau nolak. Masa cogan udah capek-capek kerja, dikasih gajinya ga diterima?"

Midam menatapnya datar. Merasa tak terpancing dengan ocehan panjang Seobin yang sebenarnya ingin mereceh.

"Kamu kenapa mau temenan sama saya?" Dan kali ini Seobin sukses terdiam. Senyum tulusnya tersungging, membuat Midam terdiam.

"Gue ngerasa punya temen seperjuangan aja waktu liat lo," jawabnya. Midam masih diam, menandakan bahwa ia mempersilakan Seobin melanjutkan lagi ucapannya.

"Gue nggak ngerasa punya masalah sendiri. Selama ini di antara temen-temen gue, cuma gue yang punya masalah besar. Yohan, Hangyul, Gichan, Mahiro, hidup mereka cukup tenang, nggak kayak hidup gue. Gue jadi ngerasa kalo gue terus-terusan cerita sama mereka, mereka bakal kebebani, mereka bakal ngerasa kasian sama gue. Dan gue nggak suka."

Seobin menarik napasnya, melirik Midam yang masih diam sambil memakan es krimnya. Pandangannya lurus ke depan tanpa sebuah ekspresi di wajahnya.

"Makanya gue seneng waktu tau ternyata bukan cuma gue yang dikasih masalah berat sama Tuhan. Apalagi orangnya elo," ucapnya lalu meringis, membuat Midam menoleh.

Suatu Hari di Bulan Desember [Yoon Seobin X Lee Midam]Where stories live. Discover now