C5 Pomade

15 0 4
                                    

"Hai Irisuu! Wah, tumben pakai rok?"

"Ya emang biasanya nggak?"

"Iya sih. Haha." Kak Arki tertawa kecil, "Omong-omong, kau dan Nada datang bersama? Kalian pacaran?"

What?

"Nggak. Aku dateng setelah dia. Kebetulan dia masih di taman luar gedung tadi, jadi aku bersamanya. Apanya yang pacaran si Kak, astaga."

"Hahaha, oke oke. Aku menantikan kabar baik hari ini. Kau tahu, kan?"

"Ah, yang itu. Ya, aku juga menantikannya."

"Irisu, sudah sampai Nak?" tahu-tahu, ada yang menepuk pundakku. Papa!

"Belum, gimana dong?"

Papa hanya tertawa mendengar jawabanku, kemudian pergi untuk menghampiri tamu lain. Nada yang daritadi di belakang, sekarang telah berdiri di sampingku.

"Irisu, Chan dan Revia mana?"

"Mereka bilang mau nyu–" aku mengeluarkan HPku, oh, ada notif.

ReviAAA: Irisu, maaf, aku akan sedikit telat karena ayahku masih melakukan kesepakatan dengan beberapa klien.

Ah, kliennya sedang banyak ya? Syukurlah. Aku membalasnya, mengatakan bahwa itu tidak apa-apa dan akan kusampaikan kepada papaku.

"Hm, Revia bilang akan telat karena klien ayahnya banyak." aku menutup kembali layar HPku dan menatapnya.

"Hm, jadi begitu."

"Kenapa?"

"Hm? Tidak, tidak ada apa-apa. Entah kenapa, perasaan ini kembali lagi. Aneh."

"Perasaan apa, sih?"

"Seperti deja vu, tapi lebih dalam. Aku merasa bisa merasakan perasaan sedih dari seseorang. Entah siapa. Perasaan muncul beberapa hari yang lalu, kemudian hilang. Namun, sekarang datang lagi."

Aku menepuk pundaknya, "Jangan bersedih di rapatku. Awas kau! Sudah tak pernah berbicara, malah membuat rapatku jadi badmood."

Nada tertawa, "Nggak lah, buat apa merusak rapat ini. Aku menantikannya!"

Aku tersenyum, kemudian mengajaknya masuk ke ruangan.

***

"ANJER DINGIN BANGET"

"Alay ah. Lagian, siapa suruh menggunakan baju seperti itu?"

Setelah mengumpulkan data siang tadi, aku dan Nadya sepakat untuk pulang terlebih dahulu, membersihkan diri, kemudian kembali mencari informasi baru alias datang ke tempat rapat diadakan.

Nadya cemberut, "Kupikir kita akan menikmati pestanya juga, siapa tahu nona Irisu ini bersedia memberikan tempat kepada–aduh!" belum selesai kalimat yang Nadya ucapkan, aku menghentikannya dengan menutup mulutnya. Bisa-bisa, rencana menyusup kita gagal total hanya gara-gara rencana-rencana heboh yang ditimbulkan oleh Nadya.

"Apa sih?!" katanya protes setelah kulepaskan tanganku. Tidak kugubris omelannya, aku langsung mengaktifkan wireless earphoneku yang sudah kupakai sejak masuk ke dalam mobil. Sekarang, kami sedang dalam perjalanan menuju kedua gedung yang diinformasikan oleh Aresh.

Tepat saat aku mengaktifkan earphoneku, ada panggilan masuk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam ustadzah, ada informasi baru?"

"Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan itu, kutinju kau. Aku sudah memeriksa aset-aset milik Irisu. Datanya sedang kukirimkan ke HP kalian berdua. Oh ya, kau sekarang ada di mana?"

HUJAN DI MUSIM PANAS 2nd SEASONWhere stories live. Discover now