C2 Ora Fortuner Ora Dicinta

25 0 7
                                    

"Keknya gue paham situasinya." Ario menopang dagu, "Lu mau nembak, tapi takut, ya?"

"Ah elah. Ga gitu juga. Kan aku cuma bilang cewek idaman. Ga berniat pacaran, kok." kataku sambil menyilangkan tangan di belakang kepala

"Kau bilang begitu, bisa aja suatu saat nanti kau nembak dia."

"Ga ngerti juga.."

"Permisi!" tiba-tiba, seorang cowok lewat di sampingku

"Rai!"

Brak!

"Eh, maaf Mbak!" sampai di depan sebuah cafe, aku hampir menabrak seorang cowok, dan sekarang ganti menabrak seorang cewek. Sepertinya cewek itu sedang mengejar seseorang. Orang barusan, kah?

"Maaf, Mas. Permisi." dia langsung mengejar orang yang dia panggil. Namun, aku melihat sesuatu terjatuh dari kantongnya. Dompet!

Aku langsung memungut dompet itu, dan memanggil cewek tadi, tidak jauh karena sepertinya cewek tersebut berhasil menyusul sang cowok dan sekarang sedang berbicara sesuatu.

"Mbak, tadi dompetnya jatuh!" orang yang kupanggil langsung menengok kearahku

"Eh? Ya ampun, makasih Mas.." dia menatapku, sepertinya bingung karena aku orang asing, kemudian menunjukkan wajah kaget

"Kamu..."

"Ah, saya Nada. Sama-sama, Mbak." cewek itu sepertinya akan berkata sesuatu, tapi tidak jadi

"Ah maaf, saya salah kira. Terimakasih sekali lagi." dia langsung undur diri. Sepertinya pasangannya pun menatapku dengan heran, tapi tidak kugubris, dan langsung mendekati Ario lagi.

"Wah, tumben jadi hero, biasanya diembat sendiri." Ario menggodaku

"Hush! Nggak baik!" aku pura-pura menegurnya, kemudian kita tertawa bersama.

***

"Rai! Raiii!!"

Aku berdecih mendengar panggilan Nadya. Tidak tahu orang emosi ya? 2 tahun nggak hafal-hafal.

"Maaf Nad. Kita pulang saja. Aku harus menenangkan diriku dulu."

"Hiiih.. geer banget sih? Aku tu cuma mau bilang, 'yakin kamu mau pulang? titipan yang kamu beli tadi masih ada di tasku?'"

Ah iya, lupa..

"Makasih." aku terdiam sesaat, "Mau kuanterin pulang?"

"Nggak perlu kok. Habis ini aku ada janji sama temen karateku. Nah, pas tuh!"

Aku menoleh kearah yang ditunjuk Nadya. COWOK?!

"Hai Nad. Nunggu lama, kah?" oh, jadi, pilih fortuner ya.. *nyetel "Ora fortuner ora dicinta" kaya'nya tjakep deh ini*

"Nggak kok. Ayok, lebih cepat lebih baik." kamu mau kemana Nad?!

*aduh aduh aduh, ngakak, sampe sakit ni perut. Ada yang cemburu yaaa* diem lu author kurang ajar. Ini juga, dua tahun nggak hafal-halaf sama tokohnya. *cieilah, PMS*

"Hati-hati. Nggak usah ngehubungin aku dulu." aku langsung memutuskan untuk cabut dari situ, memilih tidak menunjukkan auraku yang semakin gelap di depan Nadya dan temannya. Bisa-bisa temannya tadi malah kabur meninggalkan Nadya.

"Hei, Rai! Heiii!!" udahlah Nad, maen sana sama cowok itu. Tidak kugubris suaranya yang semakin lama semakin melemah, dan sekarang tidak terdengar

*tsundere akut* *iya nih*

Siapa yang kalian bilang tsundere akut hah?!

Aku berusaha tenang, menatap barang yang diberikan Nadya, kemudian menatap jam tanganku.

HUJAN DI MUSIM PANAS 2nd SEASONWhere stories live. Discover now