[💌] - Nothing Like Us

1.5K 214 33
                                    

There's nothing like usThere's nothing like you and meTogether through the storm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

There's nothing like us
There's nothing like you and me
Together through the storm

There's nothing like us
There's nothing like you and me, together

Bagi Midam, Junho tetaplah pusat dari semesta kecilnya yang tak sempurna.  Terlepas dari seberapa banyak Junho mengecewakan dan menyakitinya ataupun seberapa tidak berperasaannya Junho terhadap Lee Eunsang, bagi Midam, Junho tetap adalah pusat dari semestanya, orang asing yang sedang lancangnya merebut separuh hatinya.

Kekecewaannya terhadap lelaki itu takkan bisa disandingkan dengan perasaan cinta yang selama ini dipendamnya untuk lelaki itu. Bukannya ia tak ingin melampiaskan kekecewannya, hanya ia tidak merasa mampu untuk melakukannya.

Junho adalah sebagian dari hidupnya yang tak pernah lepas dari dirinya. Hari di mana ia memutuskan untuk merajut hubungan dengan Cha Junho adalah keputusan besar yang merubah hidupnya, nyaris semua poros dalam hidupnya berubah menuju titik yang tak pernah dibayangkannya. Dan hari di mana ia memutuskan untuk mengakhiri segalanya dengan anggapan yang hanya berdasar sudut pandangnya juga adalah keputusan besar yang turut nyaris merubah seluruh hidupnya.

Dalam hari-hari yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya, ia akhirnya mengerti bahwa Junho adalah potongan puzzle dalam hidupnya, yang meski apapun telah terjadi dalam hidupnya, Junho tetaplah pelengkap yang membuatnya merasa sempurna. Sempurna karena merasa begitu dicintai sebelum disakiti. Sempurna karena merasa begitu terluka setelah sebelumnya begitu dicintai.

Junho bukanlah hujan yang akan mereda. Junho adalah senja yang menghilang barang sekejap, namun terus menampakkan eksistensi kuatnya dalam penantian. Tanpa senja, pagi dan malam tidaklah sempurna. Layaknya Midam, tanpa Junho takkan begitu bermakna.

Lee Eunsang adalah benang merah sesungguhnya. Bukan Cha Junho. Meski terluka, Eunsang tersenyum layaknya matahari, hangat dan cerah. Berbanding terbalik dengan Midam yang sedingin malam dan sekelam langit setelah senja berakhir.

Maka jika Junho adalah senja dan Eunsang adalah pagi yang hangat, maka Midam adalah dingin yang kelam. Ada perbedaan begitu tajam di antara mereka, namun ada satu hal yang akhirnya menjadi benang merah di antara keduanya.

Lee Eunsang. Ialah benang merah yang sesungguhnya. Ia membiarkan dirinya terluka, membiarkan hatinya retak, sebagaimana pagi yang akhirnya akan terganti oleh malam ketika sang senja menghendakinya.

"Aku mencintaimu."

Midam tidak bisa tidak luluh kala Junho mengatakan kalimat itu sekali lagi malam ini, malam lain ketika keduanya kembali bertemu setelah perpisahan yang menyakitkan.

"Kupikir awalnya aku bisa hidup tanpamu, tapi setelah kujalani, kurasa bahwa aku tidak mampu."

Hari ini, pada tanggal yang sama di mana mereka bersama untuk pertama kalinya, Junho mengunjungi apartemennya. Wajahnya kacau, rambutnya acak-acakan, dan bibir bawahnya memucat. Midam tidak bisa tidak khawatir begitu melihat Junho sekacau itu.

"Masuklah. Kita bicara di dalam."

Maka, Junho mengekorinya masuk ke dalam apartemennya yang sepi. Keduanya duduk tanpa pembicaraan di ruang duduk, di hadapan perapian yang berusaha menghangatkan suasana antara duan insan yang begitu betah bermain kucing-kucingan dengan perasaan mereka.

Namun sebelim sempat Midam memikirkan begitu banyak hal tentang dirinya dengan Junho, lelaki itu tiba-tiba berlutut di depannya, menggenggam satu tangannya erat.

"Seberapa banyak aku sudah melukaimu?" tanyanya lirih.

Midam enggan menjawab. Percakapan mengenai luka bukanlah sebuah topik yang menyenangkan baginya. Ia tak memiliki banyak kosakata untuk mendeskripsikannya.

"Kau bisa memukulku. Kau bisa membentakku. Kau bisa membunuhku. Tapi kumohon, kembalilah padaku, hyung. Aku tidak bisa tanpamu."

Untuk pertama kalinya sejak Midam mengenal sosok Cha Junho dalam hidupnya, ia mendengar lelaki itu bicara dengan suara bergetar. Junho tak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan dalam mimpi terburuk Midam sekalipun, ia tak pernah membayangkannya.

"Aku mencintaimu, hyung. Sama seperti sebelum-sebelumnya, aku mencintaimu. Kau bisa membalasku, tapi kumohon, kembalilah padaku. Hari-hariku tidak sama tanpa keberadaanmu. Aku mohon, kembalilah."

Midam... tanpa Junho harus memohon atau bersujud sekalipun, ia akan kembali, menagih hati dan semesta yang pernah Junho bawa pergi.

"Berdirilah." Midam meraih tangan Junho, berusaha membuat lelaki itu berhenti berlutut di hadapannya.

Junho menatap ke dalam mata Midam. Ada air mata di sudut mata lelaki tampak itu dan Midam berusaha menyekanya.

"Kau adalah sebagian dari diriku," Midam berbisik. Ia mengusap perlahan pipi Junho, turun ke leher lelaki itu dan berakhir di bahunya. "Kau pusat semestaku."

Pandangan Midam mengabur. Melihat Junho menangis untuknya tanpa sadar membuatnya ikut menangis. Tentang rasa sakitnya yang mengabar bersama tiap tetes air matanya, ia perlahan melupakannya.

Ia menginginkan Junho karena ia mencintai Junho.

"Kau jahat. Kau memberiku pelukan, tapi aku memberimu hatiku." Midam menangkup kedua sisi wajah Junho, berusaha menatap mata hazel lelaki itu meski kini kening mereka menyatu.

Junho mengangkat satu tangannya menyentuh satu sisi wajah Midam dan mengusapnya perlahan. "Seberapa banyak luka yang sudah kubuat dalam hatimu, Hyung? Jangan biarkan aku menyakitimu lagi. Aku mencintaimu."

Dalam satu gerakan, bibir mereka bertemu. Setelah malam-malam perpisahan yang menyakitkan, Junho kembali memeluk pinggangnya dan ia kembali ke dalam dekapan yang begitu ia rindukan. Ketika bilah bibir mereka menyatu selama beberapa detik, Midam merasa potongan hilang dalam hidupnya telah kembali.

Junho memutus tautan bibir mereka dan menyatukan keningnya dengan kening Midam. Matanya menatap tepat ke mata Midam. Dan ia lantas mengecup kedua kelopak mata itu lembut. "Aku mencintaimu, Lee Midam."

Midam tersenyum dan mengangguk, mengecup bibir Junho sebentar. "Aku lebih mencintaimu, Cha Junho."

Junho mendekap Midam dalam pelukannya. Aroma bayi yang seakan menjadi aroma khas tubuh Midam kembali menguar, memberinya ketenangan. "Kau mungkin tidak sempurna, tapi kau sempurna untukku."

Maka, malam ini Midam akan kembali terlelap dalam dekapan Junho setelah keduanya menyanyikan lagu-lagu secara acak, saling menceritakan kegelisahan, saling bercanda dan tertawa, saling memeluk,  dan saling menggantungkan harapan ke titik tertinggi semesta.

Semesta tidak hanya mencintai Junho, tapi juga begitu menyayanginya. Dan cara semesta menunjukkan cintanya pada Junho adalah dengan menghadirkan Midam yang tidak sempurna untuk hidup Junho yang jauh dari kata sempurna.

.
.
.

Halo, terima kasih sudah membaca Nothing Like Us

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, terima kasih sudah membaca Nothing Like Us. Book ini akan selesai sampai di sini.

Nothing Like Us (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang