[💌] - Lost in confusion...

941 191 22
                                    

Lost in confusion, like an illusionYou know I'm used to making your dayBut that is the past now, we didn't last nowI guess that this is meant to be

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lost in confusion, like an illusion
You know I'm used to making your day
But that is the past now, we didn't last now
I guess that this is meant to be

"Mengikhlaskan kadang memang adalah jalan terbaik untuk merelakan dan menerima kenyataan."

Midam tersenyum, menatap bayangan dirinya dalam segelas Espresso hangat yang terus menguarkan aroma khasnya. Beberapa hal yang sudah terjadi dalam hidupnya belakangan ini turut mendewasakannya bahwa ia tak bisa memaksakan segala sesuatu. Jika ia sudah merencakan sesuatu dan tidak sepenuhnya terjadi sesuai keinginannya, maka mengikhlaskan adalah jalan terbaik untuk merelakan.

"Kau sudah merelakan Junho?" Yohan bertanya setelah ia menyeruput Americanonya. Lelaki itu menatap dalam ke mata Midam, berusaha mencari fakta yang mungkin tidak dapat dikatakan. "Aku tidak suka melihat kalian seperti ini. Kenapa tidak memulai semua dari awal kalau kenyataannya kalian masih saling mencintai?"

Midam menggeleng. Ia mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Kami sudah tidak saling mencintai, Yohan-ah. Kami akan saling melupakan fakta bahwa kami pernah saling mencintai."

Yohan berdecih setelahnya. "Kau mencoba berbohong padaku, Hyung?"

Midam meneguk perlahan Espressonya. Rasa getir mulai menyerang inderan pencecapnya, diikuti rasa asam dan manis yang begitu samar bereksistensi di tengah getir khasnya Espresso yang disajikan indah di atas demittase.

Rasa Espresso adalah rasa hidup. Hidup manusia seperti Espresso.

Kepahitan merepresentasikan kesedihan dalam hidup. Asam merepresentasikan hal-hal mengejutkan yang tak pernah terbayangkan dalam hidup. Dan manis merepresentasikan keindahan yang begitu singkat, namun berkensan.

"Dulu aku sempat berpikir tentang apa yang bisa kulakukan tanpa Junho? Lucunya, kini kami berpisah dan apa yang sempat kupikirkan kenyataan yang menakjubkan. Aku hidup tanpa Junho dan berusaha bertahan untuk hidup tanpanya."

Yohan mengetuk-ngetukkan sendok kopinya ke meja, mengundang perhatian beberapa orang di sana. "Apakah hyung berniat untuk mengikuti casting drama?"

Midam tertawa singkat. "Mungkin ya, mungkin juga tidak."

"Menyedihkan sekali." Yohan mengangkat bahunya tidak peduli. "Kau tahu, hyung, kau adalah orang paling payah dalam hal berbohong. Kau selalu mengatakan bahwa kau akan melupakan Junho, tapi hingga saat ini kau tetap mengingat apapun tentang Junho."

Midam tertunduk. Menatap kopi di depannya.

Benar, ia masih mengingat apapun tentang Junho. Tak ada satupun yang berhasil dilupakannya. Ia masih mengingat semuanya dengan sangat baik, bahkan jika Junho mulai melupakan tentang dirinya.

"Kau tahu bahwa Junho menyukai Espresso, dan kau memesannya hari ini."

Junho menyukai Espresso lebih dari kopi apapun. Rasanya yang getir tidak lantas membuat Junho menghindarinya, namun malah menyukainya. Ia tahu persis di jam-jam kapan Junho akan pergi untuk membeli satu cup Espresso tanpa makanan pendamping dan menghabiskan 30 ml cairan pekat yang tertuang dalam demittase itu dalam waktu 30 menit.

Nothing Like Us (FINISH)Where stories live. Discover now