Mereka dapat bernafas lega saat semua pekerjaan dan para pelanggan mendapatkan pesanannya masing-masing. Untung saja tidak ada yang kurang. Rayana maupun Irish melepas celemek yang mereka gunakan untuk membungkus semua kue. Jam menunjukkan pukul lima kurang tiga puluh menit yang artinya hari sudah hampir jam lima sore. setengah jam lagi toko akan ditutup. Tapi semenjak tadi ada yang mengganjal perasaan Irish saat melihat jika yang sekarang datang berkunjung adalah lelaki sama yang beberapa hari lalu tak sengaja ia temukan.
"Kamu bekerja disini ternyata" katanya yang malah tak digubris oleh Irish
Rayana yang bingung hanya bisa melihat keduanya secara bergantian "Kalian saling kenal?"
Irish ingin protes tapi kalah cepat dengan lelaki itu "Iya. Kita saling kenal. Namanya Irisha bukan? Oh ya, Irisha Ananda Putri"
"Jangan mengada-ngada ya. Aku tidak kenal denganmu"
Arash menaikkan satu alisnya "Oh benarkah? Lalu semalam saat kamu membalas ucapan selamat tidurku dengan menyebut namaku apa itu disebut tidak mengenalku?"
Irish membelalakan matanya. Bagaimana bisa manusia menyebalkan itu mengetahuinya? — Arash menaikkan kedua alisnya dengan senyum mengembang dibibirnya membuat Irish makin bertambah malu. Rayana yang sedari tadi menyaksikan perdebatan kecil mereka hanya bisa terkekeh geli. Mungkin ini akan menjadi alasan untuk Irish kembali tersenyum. Entah apa yang membuat Rayana yakin dengan lelaki yang selalu datang menjadi pelanggannya itu saat melihat ia berinteraksi dengan sahabatnya.
"Aku tidak menyebut namamu. Lagipula dari mana kamu tahu kalau malam itu aku menyebut namamu?" sargah Irish dengan wajah yang sudah memerah menahan malu karena ia sudah ketahuan.
"Kamu tidak tahu ya? Malam itu aku ada disana. Dikamarmu"
"Apa yang kamu lakukan di kamar ku malam-malam? Mau macam-macam ya?"
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku kesana hanya ingin melihat apa kamu baik-baik saja setelah aku mengantarmu pulang"
"Aku baik-baik saja"
"Tidak"
"Apanya yang tidak?"
"Kamu itu bohong"
"Bohong apa coba?"
"Malam itu kamu kena marah kan?" perkataan Arash lantas membungkam mulut Irish secara telak.
"Jadi, apa itu yang disebut dengan baik-baik saja?" Rayana yang makin bertambah bingung kemana arah pembicaraan mereka terpaksa menengahinya sebelum sahabatnya marah dan mengamuk.
"Ini kan udah sore, apa tidak sebaiknya kalian pulang saja. Lagipula aku harus segera menutup tokonya ya" ujar Rayana mencoba mencairkan keadaan yang terjadi antara Irish dan Arash.
Irish menghela nafas guna menetralkan amarah yang hampir saja memuncak lalu beralih menatap lelaki itu "Jangan sok tahu kamu tentang kehidupanku"
Arash menaikan alisnya "Aku tahu. Karena aku melihatnya sendiri"
"Jangan pernah ikut campur dalam kehidupanku"
Irish replek meninggikan suaranya agar Arash mengerti apa yang ia inginkan. Ia tidak mau jika ada orang lain harus masuk dan ikut campur dalam kehidupannya. Cukup dia saja yang merasakannya. Namun tanpa Irish sadari ia telah melibatkan seseorang kedalam kehidupannya. Arash sendiri merasa tertantang akan bagaimana kehidupan seorang Irisha Ananda Putri sebenarnya.
Arash tidak tahu kenapa tapi ia sangat ingin mengetahui mengapa gadis itu sangat tertutup pada dunia. Karena kekhawatirannya terhadap gadis yang kurang dua minggu lalu ia temui membawanya kembali pada rumah yang ditempati gadis itu. Sebenarnya ia tidak berada dikamar gadis itu. Ia hanya berdiri didekat jendela yang mengarah pada ruang keluarga. Dan disitulah dirinya tahu jika selama ini gadis itu mengalami banyak kesulitan dalam kehidupannya. Dan itu juga membuatnya sangat sangat tertantang.
"Sayangnya aku sudah terlalu ikut campur dalam kehidupanmu Irish"
Karena terlalu muak dengan percakapan dan lelaki itu, akhirnya Irish lebih memilih pergi dibanding bertahan dengan segala argumen yang lelaki tidak jelas itu berikan. Irish keluar dan menyetop taksi. Arash melihat kepergian taksi yang ditumpangi gadis itu. Setelah gadis itu pergi gemuruh dalam hatinya belum juga reda. Baru saja dua kali pertemuan, apakah ia sudah jatuh pada gadis itu? Sedari tadi ia berargumen gemuruh itu terus saja bersuara.
"Maaf, Irish memang begitu jika bersangkutan dengan keluarga apalagi dengan kehidupannya. Ia terlalu emosional jika berkenaan dengan itu" Rayana menjelaskan sedikit tentang Irish dengan apa yang tidak gadis itu sukai.
Arash mengangguk mengerti "Aku paham. Ia hanya butuh seseorang yang harus mendengarkan setiap keluh kesahnya"
Rayana juga mengangguk mendengar penuturannya "Boleh aku meminta bantuan denganmu? Selama ini aku terlalu sibuk sampai tidak bisa meluangkan waktu untuk sahabatku"
"Bantuan apa yang kamu minta padaku?"
◾◼◾
Oh gussy gussy kuyh yang tershayang.
Selamat membaca cerita 'Irish&Arash' jangan lupa Vomment yach
Jangan lupa juga follow instagram 👇
@itsmepenalica
@wordlypenalica
Thanks Salam,
P E N A L I C A
YOU ARE READING
Between 'US'
AdventureSetelah kamu pergi aku tak akan lagi mencari. Karena untuk tetap bertahan aku punya batasan. Aku tidak memiliki kekuatan yang banyak untuk bertahan pada kekecewaan. Aku hanya gadis yang minta diperhatikan bukan minta belas kasihan. Setelah ini aku t...
I & A ::: Second Time
Start from the beginning
