[1] Untuk Salsa ✔

(22) Salsa

🕶

Bel istirahat baru berbunyi kurang lebih tiga menit yang lalu, dan Salsa sudah menemukan Maya berdiri di ambang pintu kelas mereka dengan senyum tersipunya.

Dalam hati gadis itu menggerutu, sekeren apa sih pesona Bani, sampai gadis bersurai gelombang itu terpesona hingga sebegitunya?

Salsa melirik Bani, yang kini dengan hebohnya melambaikan tangan dan membuat gestur agar Maya masuk dan mendekat.

"Hai Sal!" Maya menyapa dengan riang, atmosfernya jauh berbeda ketika mereka bertemu pertama kali kemarin. "Kalian lagi sibuk, ya?"

Sisi menyebalkan Salsa nyaris keluar begitu saja. Memangnya Maya tidak bisa melihat buku-buku latihan yang berserakan di meja Bani dan Salsa?

"Enggak," jawab Bani, seketika membuat Salsa menoleh. "Kita lagi gabut, kok. Ya kan, Sal?"

Gabut.

Gabut.

Jadi daritadi Salsa menjelaskan tentang teori pembiasan cahaya sampai mulutnya nyaris berbusa dan Bani yang tidak kunjung mengerti itu disebut gabut?

Wah. Gabut yang berfaedah.

Salsa memutar bola matanya jengah, sementara bibirnya mendecih tanpa suara.

"Lo nggak ngantin sama Juno, Sal?" tanya Bani sembari menoleh pada Salsa yang sibuk memberesi buku. "Sana, tar tukang sotonya keburu rame, loh."

Oh jadi ngusir? Itu satu-satunya yang terlintas di benak Salsa. Sekarang Bani sudah berani mengusirnya secara halus karena ingin berduaan dengan Maya?

Dasar bucin.

"Bilang aja lo nggak mau diganggu," ketus Salsa pelan. Benar-benar pelan dan nyaris tidak terdengar karena ia merasa tidak enak hati jika kalimatnya didengar oleh Maya.

Bani? Cowok itu hanya memasang ekspresi tanpa dosanya. Sama sekali tidak sadar kalau Salsa merasa diusir.

"Sini duduk May, gue mau makan sama Juno. Selamat pedekate."

Sombong banget yang mentang-mentang sudah punya gebetan.

🕶

Nam dodo, is dat yu?????