(8) Bani

3K 851 138
                                    

🚨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚨

Karena perkataan Juno pagi tadi, Bani jadi uring-uringan. Pindah tempat duduk di pojok belakang sembari mendengarkan musik dari ponselnya. Salsa sampai mengernyit melihat tingkahnya, dan berpikir kalau Bani masih marah padanya.

Padahal Bani sedang mengatur strategi. Untung jam terakhir ini jam kosong, gurunya tidak masuk karena anaknya sakit.

Barisan pojok sebrang sana sibuk berkumpul, ada Juno diantaranya. Bani diam-diam menguping dan menemukan fakta kalau mereka sedang membicarakan toko bunga terdekat dari sekolah.

Cowok itu berdecak. "Pake bunga segala, masih jaman, emang?"

Lalu Bani melirik bangku milik Salsa. Kosong. Bani langsung ingat kalau tadi Salsa dipanggil oleh salah satu anak perempuan.

Bisa jadi disuruh Juno, supaya Salsa pergi dari kelas dan Juno bisa mendiskusikan jalannya acara penembakan.

Norak.

Bel pulang berbunyi dan Bani melihat Juno meraih kunci motor lalu meninggalkan kelas bersama Andra, sementara dua yang lainnya mengusir anak-anak lain untuk meninggalkan kelas, termasuk Bani.

Awalnya Bani ogah, tetapi tampaknya otak jeniusnya menemukan sebuah ide.

Bani meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, melangkah cepat keluar kelas sembari mengetikkan sesuatu pada ruang chat.

Dimana?

Salsa :
Kenapa?

Gue mau bilang sesuatu. Buruan, lo dimana?

Salsa :
Ruang jurnalistik

Sepasang kaki panjang milik Bani mengayun cepat dan lama-lama ia mulai berlari. Bagus, ruang jurnalistik ada di gedung sebelah, Bani benar-benar niat hari ini.

Belum sampai di gedung sebelah, Bani bertemu Salsa. Gadis itu sama terengah-engahnya dengan dirinya, membuat Bani mengernyit heran.

"Lo kenapa lari?"

"Ya habis lo bilang mau ngomong sesuatu."

"Kan, lo bisa nungguin gue di sana?" Bani berdecak kesal. Cowok itu merogoh sebungkus kecil tisu dari saku celananya, lalu menyodorkannya pada Salsa. "Tuh, elap keringetnya, jorok."

"Lebay," sahut Salsa. Meski begitu, tangannya tetap meraih tisu milik Bani dan mengelap pelipisnya.

"Mau beli minum?" Tanya Bani.

Salsa hendak mengangguk, tetapi ponselnya bergetar dan gadis itu bergegas mengeceknya.

"Gak usah, Ban. Lagian gue mau sekalian ke kelas, di suruh Juno."

Sepasang mata sipit milik Bani melebar, seiring helaan napasnya. Anjir, gece banget itu ulat sagu.

"Mau ngomong apa emang?"

Bani terdesak. Apalagi Salsa menatapnya dengan sorot heran. Cowok itu menelan salivanya perlahan dan menarik napas.

"Sal,"

"Apa?"














"Kaos kaki gue bolong."

🚨

[1] Untuk Salsa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang