(21) Maya

2.4K 675 51
                                    

🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸

"Lo yang naroh puisi di laci gue, kan?"

Sumpah demi apapun, padahal jalanannya ramai, tetapi Maya bisa mendengar dengan jelas kalimat Bani barusan. Kalimat yang anehnya diucapkan sesantai dan sekasual itu oleh Bani.

Malu. Maya nyaris memukul bahu Bani—kebiasaannya jika malu, memukul orang lain.

Pada akhirnya gadis itu hanya bisa meringis, mempererat genggamannya pada saku jaket Bani.

Ngomong-ngomong, si empunya tidak protes sama sekali perkara Maya yang menggenggam erat saku jaketnya.

"Lo nggak suka, ya?" Tanya Maya tanpa sadar.

Detik selanjutnya tawa renyah khas Bani menguar, membuat Maya semakin heran. Cowok di depannya ini benar-benar tidak terduga.

"Kok malah ketawa?" Tanya gadis itu.

"Ya habisnya." Bani di sela sisa-sisa tawanya menimpali. Maya bisa menemukan kedua manik mata cowok itu meliriknya dari kaca spion. "Gue kira salah kirim, sumpah."

"Lah?" Maya mengerutkan dahinya. "Masa iya orang kayak lo nggak pernah dapet surat begituan?" Pekiknya heran. Tapi yang lebih membuat Maya heran, kenapa dia bisa sesantai ini berbicara pada Bani, padahal di awal tadi dirinya merasa gugup.

Keren. Maya baru sadar kalau Bani punya kemampuan membuat banyak orang nyaman berbicara dengannya.

"Gak pernah, sumpah. Baru lo ini. Makanya gue kaget."

Maya menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan. "Lo sama Salsa mulu, sih. Jadi kan pada takut ngirim begituan ke lo."

"Gimana?"

Maya terdiam. Menggigit bibir bawahnya, apa dirinya salah bicara?

Harusnya dia tidak mengungkit Salsa, kan?

"Oh, karena lo tau Salsa jadian sama Juno, jadi lo berani ngirim puisi ke gue?" Tebak Bani, sukses membuat semburat merah timbul begitu saja di pipi Maya.

Kenapa sih, Bani ini selalu bisa menebak tepat sasaran?

"Kok tau?"

Bani tertawa lagi dan sumpah, itu candu. "Gue kan jenius, May."

"Yeu."

"Dih nggak percaya." Nada suara Bani berubah merengut. Maya sampai gemas sendiri. "Gue juga tau kalau puisinya ngutip di buku love, spell in poetry."

Kedua mata Maya membulat sempurna. Kok Bani bisa tahu? Cenayang atau memang jenius?

Atau diam-diam Bani sudah mencari tahu tentang asal usul surat itu sejak awal?

"Kakak gue punya bukunya, May."

Oalah.

"Lo punya kakak?"

"Kakak gue cewek nomor satu tercantik di sekolah. Namanya Sheril."

Sontak saja Maya tertawa kencang. Astaga, cowok kayak Bani ini ternyata suka membanggakan kakaknya?

"Masa sih?"

"Mau ketemu besok?"

Ah gila. Maya bisa gila.

🌸

Dah besok kalo gue ga muncul berarti lagi nugas huhu liburku mau habis terus uas :(

[1] Untuk Salsa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang