PROLOG

86 21 100
                                    

Pekat bau anyir merasuk ke dalam penciuman. Rasa besi turut memenuhi cecapan lidah. Nafas tersengal dengan dada yang naik turun, meraup udara begitu rakus seakan ia baru lepas dari sesuatu yang menjerat lehernya. Sudut matanya merekam kekacauan yang telah dia perbuat sehabis bertarung dengan musuhnya. Dedaunan serta ranting yang berguguran, tempat yang sebelumnya dipenuhi pohon dan tumbuhan kini menjelma jadi tanah lapangan tandus efek pertukaran kekuatan yang tidak main-main.

Pedang kebanggaannya masih setia menancap pada tanah tuk dijadikan tumpuan bersimpuh dengan satu lutut menyentuh bumi. Jari lentiknya bergerak mengelap darah yang mengalir di sudut bibir.

Terdengar suara langkah terseok-seok bersama rintihan serak. Meski demikian, kesanggupannya berjalan menandakan sosok tersebut masih mampu bertukar beberapa serangan jika pertarungan ini berlanjut. Tak lama sosok lain itu sampai di depannya. Namun, ia tak berniat mendongak tuk bertemu mata.

"Tak kusangka kau akan sekeras kepala ini. Apakah begitu sulit untukmu menjadi milikku?" Rendah dan penuh intimidasi adalah ciri khas pria di depannya dalam berucap. Hawa dingin terasa semakin menjadi, kesan mencekam turut menyertai.

"Aku bahkan bersumpah tak akan membiarkan apapun menyentuh atau mengganggumu. Tidakkah kau ingin menghargai sedikit usahaku?"

Gadis yang tengah bersimpuh itu mengulas senyum sinis lalu mendengus. Dia yakin jika gadis lain di posisinya saat ini, maka gadis tersebut akan salah paham. Menyimpulkan apa yang diucapkan pria itu sebagai bujuk rayu paling manis dan sudah sepantasnya ia meluluhkan hati tuk menerima.

Sayang bukan begitu adanya, ucapan pria itu tak mengarah pada konotasi romantisme penuh obsesi, selayaknya kisah yang didamba para perempuan akan pria yang hanya mencintai satu wanita. Sama sekali tidak. Makna dari 'milikku' bagi pria tersebut tak ubahnya mainan yang ia kendalikan sesuai keinginan. Dan maksud dari 'tak akan membiarkan apapun menyentuhnya' adalah tak mengizinkan siapapun menyakiti, menyentuh, mengambil alih atensinya selain pria tersebut. Bak anak kecil yang enggan berbagi mainan. Pria itu akan senang hati menyiapkan rangkaian skema, penyiksaan serta siasat buruk lainnya demi menguji ketahanan mainan yang dia punya dan tak siapapun dibiarkan melakukan hal serupa pada miliknya.

Itulah fakta sebenarnya.

"Permintaanmu terlalu banyak, sialan."

Tatapan gadis itu semakin tajam seiring tubuh sang pria meluruh ke tanah dan membentuk pose serupa dengannya. Tanpa aba-aba durja mereka sudah sejajar, nafas saling menerpa. Tangan pria itu terulur menyentuh pipi si gadis yang lekas dibalas dengan dagu terangkat, menandakan gadis tersebut tak akan terprovokasi.

"What should I do to take you as mine?" Tanya pria tersebut dengan suara serak disertai usapan ibu jari pada pipi lembut si gadis.

[Apa yang harus kulakukan untuk menjadikanmu milikku?]

"Lemme skin you from toe to head. Then, my fingers wrap around your heart which is still beating with blood flowing fast." Suara gadis itu mengalun lembut, kontradiktif dengan kalimat mengerikan. "I swear to God, I'll be yours after that." Lanjutnya diiringi tekanan.

[Biarkan aku mengulitimu dari ujung kaki hingga kepala. Lalu jemariku melingkari jantungmu yang masih berdetak kencang dengan darah yang mengalir deras.][Aku bersumpah demi Tuhan, aku akan menjadi milikmu setelah itu.]

Sang pria tertegun sesaat, kini ia melihatnya. Matanya jelas menangkap hal tersebut pada kilatan manik memikat di hadapannya. Hasrat yang menggila untuk meremukkan setiap bagian mainan-nya tak hanya ia rasakan sendiri. Kobaran antusias terpancar kuat di manik aquamarine tersebut.

Sial, setiap sel tubuhnya tergelitik. Jantungnya bertalu serupa gendang yang ditabuh. Lidahnya menyapu tipis bibir bagian bawah. Kedua matanya memerangkap kelereng cantik gadis yang kini memancarkan kilatan berbahaya. Kilatan obsesi segelap jelaga. Mendapati fakta bahwa mangsanya diam-diam berbalik menargetkannya justru membuat rasa ketertarikan yang ia tahan meluncur pada ambang batas waras, kepalanya terasa pening dengan cara yang menyenangkan. Bak kesadaran yang terkikis karena sebotol brendi, ia tenggelam dalam lautan candu tak berkesudahan.

"You'll let me send you to hell in a sweet way, will you?"

[Kau akan membiarkanku mengirimmu ke neraka dengan cara yang manis, bukan?]

Belum sempat pria itu menjawab, terdengar teriakan marah gadis lainnya. Gadis yang baru datang dengan busur dan anak panah mengarah kepadanya, serta tatapan nyalang penuh amarah dan sarat akan kebencian.

"Stay fucking away from my sister, asshole!"

[Menjauhlah dari saudaraku, brengsek!]

___Lunatic World___

Annyeong!! Aku datang bawa cerita lama yang berulangkali unpub😂

Semoga kali ini bisa tamat😢

Btw, enakan subtitle-nya aku taruh di bawah kalimatnya langsung atau di kolom komentar?

See you next chapter!

______________________________

_____

Regards,
Arifah
Lunatic World ©2024
All rights reserved.

LUNATIC WORLD || Lunar and Her UniverseWhere stories live. Discover now