PART 1

3.9K 202 37
                                    

Aku pernah melepasmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku pernah melepasmu..
Menyia-nyiakanmu..
Membuang banyak waktumu..
Tapi masih bisakah tetap seperti dulu?
Seperti saat kita tidak saling tahu tentang hati sendu..
dan hanya tahu tentang rindu..

Karena cinta itu tidak beku, walau pernah ada rasa pilu..

♥♠♥

Matahari tidak seperti biasanya dalam menunjukkan diri. Suhu turun drastis selama beberapa hari ini, membuat mereka yang biasanya menggunakan pakaian berlapis mulai meninggalkan satu persatu. Burung yang juga biasanya saling bercicit mulai terdiam, mungkin hewan itu sedang menghemat suara agar tidak merusak suasana. Tidak banyak yang berubah selama beberapa hari ini, kecuali hanya udara yang lebih berani dan bergairah.

Catania sebelumnya memiliki batas udara yang mudah diingat oleh penduduk lokal, tapi entah kenapa belakangan ini hal itu tidak dapat diandalkan. Katedaral yang biasanya selalu sejuk kali ini disinari matahari dengan teriknya. Semua terlihat panas, es krim yang ditelan bahkan tidak bisa menghilangkan dahaga.

Satu persatu bagi mereka yang tidak terbiasa dengan udara panas mungkin akan lebih memilih berdiam diri di rumah. Sepeda mulai melewati jalanan, kendaraan yang biasanya tidak berdampak banyak kini terasa membakar diri. Suara klakson tidak begitu bising karena lingkungan sudah memasuki tahap belajar. Wanita itu menjinjing tasnya dengan rasa kesal. Bukan karena sengatan matahari yang mengusik dirinya, tapi kaki yang sedari tadi terdiam tidak juga melangkah. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang, seharusnya ia tidak perlu ragu untuk berjalan seorang diri. Tapi ada banyak alasan kenapa dirinya enggan untuk melangkah lebih jauh.

Catania tidak jauh berbeda dengan kota Italia lainnya, walaupun kota ini lebih kecil dari Sisilia tapi penduduknya tidak bisa diremehkan mengenai kepadatan. Sepatu yang tidak diikat dengan benar terpaksa melangkah, melupakan ketangguhan untuk tetap berdiri menanti seseorang. Dua minggu yang lalu ia bisa saja memakai kardigan karena memang matahari tidak sepanas ini, sekarang jangankan memakai baju lengan panjang, wanita ini hampir melepaskan kaus tipis yang saat ini sedang dipakai.

“Pria itu memang selalu terlambat. Aku sudah katakan padamu, sebaiknya kita naik taksi saja. Sekarang sepertnya pak tua itu akan marah karena kita terlambat lagi.”

“Aku tidak tahu jika ia lebih terlambat dari sebelumya! Benar-benar mengesalkan!”

“Itulah kekasihmu! Sekarang lihat, tidak banyak taksi yang lewat. Kita harus jalan ke depan untuk menemukan angkutan umum.”

Panas hari ini benar-benar bukan hal remeh, banyak orang yang terlihat hanya memakai tanktop mereka. Globalisasi sepertinya sudah menjalar hampir ke seluruh dunia. Suara klakson mobil yang tadi minim kini terdengar bising. Langkah yang sudah ditempuh membuat kedua wanita itu menemukan jalanan yang lebih ramai dari sebelumnya. Masih tidak terdapat taksi, mereka bahkan tidak melihat bis, kebanyakan kendaraan yang lewat hanyalah mobil pribadi.

Ridicule in November (COMPLETE) √Where stories live. Discover now