23. Alasan

3.3K 723 38
                                    

"Hyunjin, terima kasih." Ujar Lisa sambil menghapus air matanya. Gadis itu masih duduk sambil memeluk lututnya. "Entah kenapa, kau selalu ada saat aku ingin mengkonfrontasi guru sialan itu."

Hyunjin tak menjawab. Jarinya masih memainkan lagu yang tak Lisa tahu. "Kalau diingat lagi, entah bagaimana kau selalu membantu. Seperti saat musim panas itu. Aku yang hampir pingsan karena kepanasan ditolong olehmu yang kebetulan lewat."

Lisa masih ingat liburan musim panas tersebut. Hari saat ia menganggap bahwa Hyunjin adalah penolong. "Aku masih ingat hari itu kau memakai kaus berwarna biru dan celana putih pendek. Oh, topi putihnya masih sering kau pakai?" Kali ini Lisa mendongak untuk menatap Hyunjin.

"Hm," jawaban Hyunjin cukup untuk membuat Lisa mengangguk.

Gadis itu berdiri menepuk roknya kemudian menatap Hyunjin. "Lain kali, kalau aku ada kesulitan kau akan membantuku?"

Entah kenapa Lisa merasa ingin bertanya mengenai hal tersebut. Hyunjin tak menjawab juga tak menatap Lisa. Lelaki itu sibuk menatap jarinya yang berada di atas tuts piano. Lisa masih menunggu dan akhirnya Hyunjin menoleh, menatapnya langsung ke mata. "Entahlah."

Lisa tak merasa sakit hati. Jawaban itu mungkin singkat, namun Lisa bisa mendapatkan jawaban yang lebih dari sorot mata Hyunjin. Lisa yakin jika Hyunjin akan menolongnya. Sebuah keyakinan yang aneh. Mungkin karena hingga saat ini Lisa masih percaya bahwa Hyunjin adalah penolongnya.

 Mungkin karena hingga saat ini Lisa masih percaya bahwa Hyunjin adalah penolongnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lisa dan Hyunjin baru kembali saat jam istirahat. Di kelas, Hyunjae langsung memberikan air mineral dan roti pada Lisa. Gadis itu tersenyum, "terima kasih, Hyunjae."

Sementara itu, Hyujin memilih keluar kelas. Dia ingin mencari Yeji dan makan siang bersama. Hyunjae hanya menatap kepergian Hyunjin tak suka. "Dia melakukan sesuatu."

Lisa mendongak menatap Hyunjae bingung, "siapa? Hyunjin? Dia membantuku meredakan emosi."

Hyunjae mengangguk, lehernya terasa dingin. Saat menoleh, Roseanne ada di belakangnya. "Hyunjae, katakan pada Lisa aku minta maaf."

Lelaki itu menghela. Sejujurnya Hyunjae tak mau merusak mood Lisa, tetapi ia harus menyampaikan pesan tersebut. Hyunjae menarik bangku dan duduk menghadap Lisa. "Roseanne bilang dia minta maaf."

Hyunjae dapat melihat tubuh Lisa yang menegang dan matanya yang bergerak cepat. "Entah kenapa hari ini dia malah memilih muncul." Lanjutnya, sudah terlanjur.

Lisa mengangguk. "Aku yang harusnya minta maaf karena tak bisa memelukmu, Rose. Aku juga tak bisa langsung menghajar bajingan sialan itu. Aku ... minta maaf Rose."

Hyunjae hanya diam, menatap Lisa yang menahan tangis mati-matian. Hyunjae juga harus menahan diri karena di sisinya Roseanne mulai menangis. Tangannya terulur, mengusap puncak kepala Lisa lembut. "Perasaanmu pasti tersampaikan."

Saat keduanya fokus pada emosi masing-masing, mereka tak sadar jika Dokyeom di depan pintu mendengar semuanya. Lelaki itu menutup mulutnya, apa diam-diam Lisa dan Hyunjae menyelidiki kasus Roseanne? Tunggu, kenapa juga mereka bisa berbicara dengan Roseanne? Apa mungkin arwah Roseanne belum tenang? Apa itu artinya Roseanne tidak bunuh diri?

school 2019Where stories live. Discover now