9. Buntu

3.5K 817 48
                                    

Hyunjae telah memeriksa seluruh isi ponsel Roseanne dan kepalanya pening seketika. Isi pesan yang dikirim Hwang Minhyun bukan sesuatu yang ingin Hyunjae tunjukkan pada Lalisa. Anak itu pasti akan semakin terbakar jika melihat isi pesan juga galeri dan email yang ada di sana.

Semuanya mengerikan juga menjijikkan sehingga membuat Hyunjae memuntahkan seluruh makan malamnya. Hwang Minhyun benar-benar bajingan. Bahkan kata itu terlalu suci untuk mewakili perbuatan Minhyun. Hyunjae membasuh wajahnya dengan air, ia menghela napas. Dia sudah sejauh ini dan tak boleh mundur.

Hyunjae datang ke sekolah sendiri. Dia sudah mengatakan pada Lalisa untuk datang lebih dulu, namun tentu saja Hyunjae datang lebih dulu. Lalisa baru tiba di kelas saat bel berbunyi. Lelaki itu menaikkan tangannya, menyapa dan Lalisa hanya mengangguk. Gadis itu masih mengantuk. Tasnya ia jadikan sandaran kemudian tertidur dengan nyenyak sampai bel istirahat berbunyi.

Lalisa merenggangkan tubuhnya. Hyunjae sampai heran, bisa-bisanya Lalisa tidur dan tak mendengar segala sindiran dari guru mereka. Hwang Hyunjin melangkah, berdiri di samping meja Lalisa. Tangannya kemudian melempar sebuah amplop merah mudah dengan gambar mawar di depannya. Lalisa langsung diam, itu amplop milik Roseanne. Gadis itu mendongak, "apa ini?"

Hyunjin mengendikkan bahunya, "entah. Tadi pagi Yoojung menemukannya di meja sahabatmu dan menyerahkannya padaku. Kenapa tak kau baca?"

Setelah mengatakan itu, Hyunjin pergi bersama Yeji yang menunggunya di depan pintu. Yoojung menghampiri kemudian dengan wajah tak enak. "Maaf, Lalisa. Tadi pagi Kim ssaem memintaku untuk membersihkan meja Roseanne. Saat membersihkannya aku menemukan surat itu dan memberikannya pada Hyunjin."

Lalisa menghela napas kemudian memberikan sebuah senyum simpul. "Tak masalah. Lagipula dia ketua kelas dan aku belum datang tadi pagi. Terima kasih, Yoojung."

Gadis di hadapannya mengangguk kemudian berlari kecil menghampiri Chaeyeon. Hyunjae menarik bangkunya dan duduk di samping Lalisa. "Kau mau membacanya sekarang?"

Lalisa mengangguk, "ya. Sebelumnya, bisa kau tanya pada Roseanne apa benar dia yang menulis dan menaruhnya?"

Hyunjae tak perlu mengulang pertanyaannya karena Roseanne sudah mendengarnya. Lagi-lagi Roseanne memberikan tatapan menyedihkan itu dan mengangguk. Hyunjae menoleh dan memberikan anggukan sebagai jawaban pada Lalisa.

"Baiklah, mari kita baca."

Ketika kalian membaca ini, artinya aku sudah tidak ada. Jika kalian membaca ini, tolong jangan cari alasan kenapa aku tidak ada di dunia ini karena ini adalah pilihanku.

Tolong, bahagialah. Lalisa, kamu tidak sendirian. Mama, Papa, Alice, maafkan aku. Tolong, jangan menangis.

"Apa, ini Hyunjae?" Lalisa melirik ke arah Hyunjae, matanya memerah menahan air mata.

Hyunjae menggeleng, dia tak bisa menjawab karena Roseanne menghilang sejak mereka mulai membaca surat tersebut. "Aku tak tahu, Lalisa. Roseanne menghilang, aku tak bisa melihatnya dan itu artinya tak bisa bertanya padanya."

Lalisa menangkupkan wajahnya dengan tangan. Apa maksud surat ini? Roseanne jelas sadar ketika menulisnya, lalu kenapa? Baru saja mereka menemukan banyak bukti, bahkan Roseanne sendiri yang membantu mereka. Lalu, kenapa sekarang dia minta mereka berhenti?

Lalisa berdiri, membanting surat tersebut ke meja dan beranjak dari tempatnya. Dia butuh udara segar. Gadis itu berlari, menuju sisi barat gedung dan naik menuju atap. Pintu atap ditandai dengan garis kuning polisi namun, Lalisa melewatinya dengan mudah. Gadis itu menatap ke bawah, menatap garis putih tempat Roseanne jatuh.

school 2019Onde histórias criam vida. Descubra agora