Spesial Lebaran

643 39 3
                                    

Pagi ini begitu cerah. Tampak dua orang tengah berjalan melewati beberapa makam. Hingga kaki mereka tepat berada didepan sebuah makam yang memiliki batu nisan dengan nama familiar. Salah satu dari mereka mulai membuka suara, menyuarakan segala kerinduannya pada sesosok mayat yang sudah terkubur didalam sana.

"Far, gue dateng. Sama seseorang yang mau nemuin lo." Nisa berjalan perlahan dan duduk disamping makam Farhan. Ia mengelus batu nisan itu, tapi malah setetes air mata keluar dari tempatnya.

Seseorang yang juga datang bersama Nisa itu kini mengikuti Nisa. Berjongkok disisi makam yang lainnya dan menatap batu nisan itu.

"Hai, gue Ferdi, suami dari gebetan lo selama sekolah. Maaf karna gue ngambil dia, tapi gue janji bakal jaga Nisa dengan baik. Lo gak usah khawatir." Lelaki bernama Ferdi itu kemudian menabur bunga diatas makam Farhan. Lalu terakhir Nisa menaruh sebuah buket bunga yang indah tepat didepan nisan itu.

"Apa lo bahagia disana? Ck, gue aneh emang. Ya pasti lo bahagia lah, kan ada keluarga lo disana. Far, dari dulu sampe sekarang cuma satu harapan gue buat lo. Selalu bahagia. Gue pamit ya, selamat hari raya."

Nisa dan Ferdi meninggalkan tempat itu. Dari tempatnya, Farhan tersenyum lembut kearah kepergian mereka berdua.

"Ternyata lo masih inget sama gue. Makasih, gue harap lo bahagia sama Ferdi." Tentu semua itu hanyalah semu, mau bagaimanapun ia sudah tiada, meninggalkan semua sahabatnya dengan kenangan yang indah.

💟💟💟

Tak lama setelah kepergian Nisa, Rasya dan Dino datang ke makam itu. Mereka berdua melihat kearah batu nisan itu dan melakukan hal yang sama. Menaburkan bunga dan sedikit mencabut rumput rumput liar yang ada disekitar makam Farhan.

"Far, kita dateng."

"Ini udah dua tahun semenjak lo ninggalin kita. Tentu kita semua kangen sama lo. Kangen semua yang ada di diri lo. Kalo bisa, gue bakal minta ke tuhan buat bikin lo hidup lagi dan tetep sama sama kita. Tapi apalah daya, kita tunggu aja waktu yang bakal mempertemukan nanti. Selamat hari raya my brother."

Lalu kedua orang itupun pergi dengan berat hati. Lagi lagi, Farhan tersenyum menatap kedua orang itu. Matanya seolah olah mengatakan 'gue juga kangen sama kalian' tapi bibirnya tak mampu memaparkan.

Tak berseling lama, kembali datang seseorang ke makam itu. Kali ini adalah orang yang berjasa dihidup Farhan selain sahabat sahabatnya.

Pak Galih datang dan juga langsung menaburkan bunga yang ia bawa. Ia menyempatkan diri untuk pergi kesini sebelum berkunjung ke kampung halaman.

"Hai Farhan. Kamu masih inget om? Haha, om yang dulu sering ngerjain kalian dan kalian kerjain. Juga, orang yang sama yang nyelakain kamu. Maaf sekali lagi, om ngerasa bersalah banget. Om gagal jaga kamu, om harap kamu bahagia disana ya nak. Om sayang kamu." Ya, pak Galih masih menyalahkan dirinya atas semua kejadian yang menimpa Farhan. Walaupun ia tau kalau itu adalah takdir.

Air matanya sukses lolos. Ia mengingat kembali kenangannya bersama dengan anak itu, anak bandel tapi cukup famous di sekolahnya dulu. Anak yang memiliki kisah hidup berwarna warni dan sukses ia lewati bersama dengan sang sahabat.

Pak Galih kemudian pergi dari sana, mencoba menghalau sesak yang kembali datang saat melihat batu nisan itu. Namun, sebelum ia benar benar bangkit dari posisinya, ia mengusap pelan batu nisan itu sembari memberikan kalimat terakhir sebelum ia pergi dari sana.

"Selamat hari raya, hope you always be happy." Dan ia mengecup sekilas batu nisan Farhan.

Farhan tersenyum, ia merasa tidak tenang jika pak Galih terus terusan menyalahkan dirinya.

"Pak, Farhan mohon jangan nyalahin diri sendiri lagi. Farhan juga sayang bapak, dan semua kejadian ini sudah atas takdir Tuhan. Tapi bapak lucu pas nanya aku masih ingat bapak ato enggak. Tentu aku ingat lah pak, selamanya aku akan ingat sosok kayak bapak yang pernah mampir dihidup ku."

Tepat setelah kepergian pak Galih, ketujuh wanita yang sudah sukses itu datang. Mereka semua adalah bocah kecilnya Farhan. Tampak Lia yang langsung memeluk batu nisan itu, dan juga ia langsung meneteskan air matanya saat samar samar mendengar bisikan rindu Farhan.

"Kak, aku rindu. Rindu semua yang pernah dan biasa kakak lakuin. Kak, kami semua udah seperti apa yang kakak mau, kami semua sehat kak, kakak juga harus bahagia tapi." Lia tidak tahan, ia menumpahkan segala air matanya disana. Dia sangat terpukul jika harus menyangkut tentang Farhan. Baginya, Farhan adalah kakak laki-lakinya, orang yang selalu ia harapkan kehadirannya setelah keluarga.

Lay melihat adiknya menangis langsung saja menghampiri Lia. Ia ikut menangis kala menatap ukiran nama Farhan di batu nisan itu. Sedangkan Gela dan Gesya menaburkan bunga diatas makam Farhan. Dan Chinta menaruh sebuket bunga diantara kedua buket bunga yang telah ada. Thata mulai duduk dihadapan nisan Farhan, ia tersenyum sebelum mulai berbicara.

"Udah dua tahun kak. Gak kerasa ya, dan bentar lagi mau lebaran. Aku masih ingat lebaran terakhir kita sama kakak. Kakak waktu itu banyak tingkah banget, haha. Tapi mulai tahun kemarin, kami harus lebaran terpisah. Retjeh sq gak lagi sama sama sejak gak ada kakak. Terakhir kami kumpul tanpa kakak, itu pas nikahannya kak Nisa. Gebetan kakak udah bahagia kak. Hehe." Nyatanya kekehan itu palsu. Thata meruntuhkan pertahanannya saat itu juga. Ia sudah tak sanggup lagi untuk melanjutkan bicara.

Sedangkan Aulia sedari tadi hanya berdiri dengan jarak satu meter dari makam. Ia tak ingin kembali bersedih atas berpulangnya Farhan. Namun, itu hanyalah wacana belaka, ia tetap berlari kearah makam dan memeluk tanah itu. Menumpahkan segala air matanya yang masih tersisa hanya untuk sahabat tercinta.

"Kak, semoga bahagia disana." Dan kalimat pendek itu keluar dari belahan bibir itu.

Merasa hari mulai mendung, dan langit menampakkan sang mega kelabu, ketujuh mantan adek kelas Farhan berpamitan. Mereka harus segera kembali seperti semula. Ke Kehidupan manis tapi tanpa Farhan.

"Kak, kita semua pamit. Selamat hari raya dan jangan pernah berhenti datang ke mimpi kita. Kita semua sayang sama kakak. Finally, ada salam dari cowok cowok itu, cowok yang sekarang ngehibur kita buat ngeikhlasin kakak. Mereka gak bisa dateng, karna sekarang udah pada sibuk mau ngelamar kerja, hehe. Bye kak."

Semua kata-kata Lia mewakili teman temannya yang lain. Mereka perlahan mulai melangkahkan kaki meninggalkan pemakaman dengan hati yang masih berusaha untuk tetap mencoba ikhlas.

"Makasih, gue juga sayang sama kalian semua. Doa gue masih tetep sama buat kalian. Sekali lagi terima kasih banyak buat kalian. Bye dek." Farhan meneteskan air matanya. Melihat semua sahabatnya datang secara terpisah membuatnya merasa sedih, tapi ia juga cukup bahagia karna mereka masih mengingat dirinya.

"Semoga kalian sehat selalu, dan selamat hari raya."

End

Kalok seprait kan nyatanya nyegerin, kalok aku nyatanya gak bisa mup on dari nih story.

Tuh udah dikasih ucapan selamat dari Farhan. Kenapa ya, kok kalok aku nulis ginian pasti sedih. Mewek sendiri akutuh😖😖.

Finally, aku mau bilang Minal Aidzin Wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin.

Maaf kalo story ini membuat kalian tersinggung ato semacamnya, itu semua hanyalah ketidak sengajaan.

Bye bye

Tika

My Story (Sad Ending)[ Finished ✔️]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant