SOTQP 3

1.9K 254 65
                                    

TYPO MY TYPE_

*Terinspirasi dari kisah Kaisar JiaJing, Dinasti Ming.
*pemakaian nama tokoh hanya keperluan cerita. GA USAH BAPER.
*ini hanyalah fiksi, walau beberapa kejadian memang nyata terjadi, tapi itu jaman dulu. Dan di sini hanya KARANGAN SAIYA.
*saran dan masukan dibutuhkan.

*saran dan masukan dibutuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹🌹🌹

Sehun berbinar memandang langit yang penuh cahaya lampion, demi Dewi Bulan ia sangat menyukai momen seperti ini. Ia seakan tenggelam pada dunianya sendiri dan tak menghiraukan orang yang berada di sekitarnya.

"Aku berharap ibu bahagia di sana. Sehun janji bu... akan menjadi anak yang baik dan berbakti. Lalu... Sehun juga akan menepati janji tentang hari itu." Sehun tersenyum lalu ikut melepaskan lampionnya.

Setelah itu ia memutar arah pandang, dari kejauhan di tengah keramaian matanya menangkap sosok yang agung. Senyumannya, entahlah Sehun mulai bingung mengapa daranya mengalir deras. Sedang orang itu jauh darinya.

Namun sosok itu lantas tak ingin ia lepas dari tambang matanya. Sehun mengikuti setiap geraknya. Walau secara diam-diam dan terkadang bersembunyi.

Sosok itu terkadang tersenyum tipis, dan banyaknya wajah datar-datar saja. Sehun mengerut menyadari bahwa sosok itu tidaklah seramah yang tadi sempat ia pikirkan. Sehun berhenti, ia setidaknya mengingat ini jalan menuju ke mana dan Sehun tidak mungkin ke tempat itu... saat ini.

Anak dari gubernur Oh itu membebaskan incarannya, lalu berjalan berlawanan arah. Ia menuju rumah, ia harus cepat pulang sebelum Ayahnya mencurigai kepergiannya.

.

.

Sehun mengendap membuka jalan rahasianya untuk masuk ke dalam kamar. Tentu Robbin kecil ini tahu bagaimana cara mengelabuhi penjaganya. Makanya ia sudah sampai di sini sekarang.

Ia mengganti pakaiannya lalu bergegas menuju tempat tidur agar saat ayahnya memeriksa nanti ia setidaknya sudah berbaring lalu berpura memejamkan mata.

Beberapa saat berikutnya suara pintu terbuka terdengar, derap langkahnya sedikit terburu. Suara-suara mulai mengganggu tidur yang baru sekejap itu, tapi Sehun berupaya agar ia terlihat lelap dalam dekapan selimutnya.

"Lihat putraku sedang tidur. Oh astaga tuan Lee aku yakin matamu mulai rusak!" Itu suara ayahnya.

"Tapi Tuan saya melihat sendiri tuan muda Sehun berada dikeramaian pesta lampion tadi," jelasnya.

Sial, Sehun mengumpat dalam hati. Bagaimana ia bisa seceroboh ini tidak menyadari pria tua itu. Astaga, bagaimana jika ayahnya percaya?

Selir Oh, The Queen Park[Book4]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang