Arka

3 0 0
                                    

Speechless, Joko, pria yang paling dibenci Atikah saat ini mengucapkan Ijab Qobul di depan ayah Atikah untuk janji sehidup semati bersama. Aku masih ingat bagaimana mereka selalu bertengkar saat menemaniku mengerjakan proyek kantor di tempat kopi langganan kami. Joko adalah teman kantorku dan Atikah adalah sahabat sejak kecil yang selalu nempel kemanapun aku pergi.

Akad nikah dua sejoli ini berlangsung lancar, Joko dengan gagah mengucapkan kalimat-kalimat sakral itu dengan satu tarikan napas. Semua bahagia, kecuali aku yang bertanya-tanya pelet apa yang dipakai oleh Joko sehingga sahabatku yang cantik dan luar biasa ini bisa jatuh di pelukan manusia aneh itu. Jika dilihat Atikah mampu menggaet pria-pria konglomerat dengan wajah dan tingkah lakunya. Namun yang di dapatnya adalah pemilik kantor periklanan yang sedang merangkak naik. Jika dibandingkan dengan mantan-mantan Tikah, mungkin Joko adalah yang paling kere, walaupun tampangnya lumayan.

Acara berlangsung lancar hingga pesta yang dilangsungkan di taman, tidak ada yang lebih "riweuh" daripada Umi Atikah yang daritadi bolak balik mengecek apakah makeup dan pakaian mempelai masih rapi dan bagus.

"den, raden. Sini lo, ngapain bengong, ntar ayam tetangga gue pada mati" Joko membuyarkan lamunanku.

"apaan sih, elo mau semua orang tau nama gue hah?"

"jangan marahin laki gue dong lo" timpal Atikah sambil mengelus dagu Joko.

Aku tidak ingin berkomentar kalau aku geli melihat tingkahlaku mereka berdua, mereka seolah-olah lupa kalau mereka adalah dua orang yang selalu membuat aku berakhir mengejar Atikah yang ngambek karena adu mulut dengan Joko.

"eh, sini gue kenalin sama temen gue, cakep, mukanya, dompetnya, semua cakep" Joko melambai kepada salah seorang temannya yang langsung menhampiri kami.

"hei Ka, kenalin temen gue Raden namanya"

"apaan sih kamu yang, namanya Denada Ka, bukan raden, itu panggilan akrab mereka aja kok" Atikah berusaha menengahi dan membuat citraku kembali baik setelah dirusak suaminya itu.

"oh, halo, gue Arka" sambil arka menjulurkan tangannya.

Uluran tangan Arka kusambut dengan dua tangan menutup di depan dada pertanda aku tidak bisa bejabat tangan dengannya. "gue Denada"

"nah, jadi Arka ini temen gue pas kuliah dulu, dia ngambil teknik Industri, gue ngambil design, flat kita tetanggaan dulu"

"iya, Rian sering numpang makan di tempat gue, soalnya kamarnya berantakan banget. Hahaha"

"bisa aje lu, kan elu enak ada yang beresin waktu itu, lah gue, jomblo gaada yang beresin flat. Tapi lu udah selesai kan ama tuh bule?"

"udah bro, udah dari sebelum wisuda gue selesai sama dia"

"nah, kebetulan, nih temen gue juga jomblo, dari taun kapan gue juga ga ngerti, soalnya udah kelamaan."

"heh" senyum sinisku yang bisa membuat ayam satu kelurahan Joko mati, dan Atikah langsung mengerti, dia menarik Joko menjauh dan mulai menceramahi suami yang baru tiga jam lalu menikahinya. Dia paham kalau aku tidak suka hal-hal seperti ini. Lama mereka pergi meninggalkan aku dengan Arka.

"kamu temennya Rian ya? Temen apa ?" Arka mencoba memecah kecanggungan diantara kami berdua.

"oh iya, dia bos gue di kantor."

"partner usaha? Atau karyawan biasa?"

"dua-duanya sih, hehe"

"tumben dia mau kerja bareng cewek, padahal dulu dia suka bilang kalo cewek itu ribet, banyaklah, makanya dia ga pacaran pas dulu kuliah"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Merajut YakinWhere stories live. Discover now