1. Nomor Handphone

106 51 166
                                    

Fero melewati jalanan aspal menggunakan sepeda motor dengan kecepatan sedang. Jarak antara rumah dan sekolahnya memang terpaut jarak yang lumayan. Dengan helaan napas yang cukup berat ia kembali mengeratkan jaket yang digunakannya dari rumah.

"Sebentar lagi sampai..." ucapnya dengan intonasi yang sangat datar.

Tak terasa Fero telah sampai didepan sekolah SMA Kartikatama yang menjadi salah satu sekolah terfavorite diwilayahnya. Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran sekolah dibuka, karena merasa minggu lalu sangatlah berat untuk mengambil keputusan alhasil baru sekarang pria itu menyempatkan datang sepagi ini agar tidak terlambat.

Pendaftaran yang seharusnya dilakukkan secara online kali ini dilakukkan secara offline agar bisa berkeliling sekolah terlebih dahulu sebelum acara MOS berlanjut.

Orangtuanya sempat menawarkan agar Fero ikut dengan menggunakan mobil saja namun Fero menolak dan memilih berangkat terlebih dahulu dibanding orangtuanya.

"Ma... Fero udah besar dan harus mandiri, masa Mama dan Papa antar kesekolah?" tanya Fero seraya memasukkan berkas-berkas pendaftaran kedalam tas ranselnya. "Aku naik motor aja, Mama sama Papa nanti nyusul sekitar 2jam 24menit 45detik dari sekarang." lanjutnya.

Rosa selaku orangtua Fero yang menyandang predikat Mama itu menganggukkan kepala dan menatap anak semata wayangnya khawatir. "Mama percaya sama kamu, Fero tau kan gimana cara buat bikin Mama tenang?"

Fero menganggukkan kepala. "Dengan kecepatan sedang, lihat kaca spion persepuluh menit, dan juga surat-surat motor." ujar Fero kembali mengingat pesan Mamanya.

Fernando yang memiliki predikat sebagai Papa itu menepuk pundak Fero dengan bangga dan tegas seraya mengingatkan. "Jangan lupa baca doa."

Fero mengangguk patuh mencium kedua tangan orangtuanya dan menuju pintu rumah untuk pergi mendaftar disekolah barunya. Tak lupa berbicara sebelum hilang dibalik pintu. "2jam 15menit 29detik lagi, jangan lupa dateng kesekolah ya Ma, Pa."

Kedua orangtuanya tersenyum cerah menatap kepergian anak semata wayangnya yang memiliki otak profesor seperti itu. Sangat telaten sekali dan tak ada yang kurang sekalipun dalam proses belajar. Tidak sia-sia Fernando dan Rosa membiarkan Fero membeli hal-hal yang membuat Fero suka, karena dapat memicu semangat belajar.

Wajah datar Fero kembali ditunjukkan saat sampai diparkiran bawah sekolah SMA Kartikatama tersebut. Walau hari terakhir pendaftaran SMA Kartikatama tetaplah ramai dipagi hari. Satpam dan Tukang Kebersihan sangatlah ramah sekali.

Kakinya melangkah menuju ruang tunggu pendaftaran yang sekitar satu setengah jam lagi akan dibuka. Saat tiba ia mengambil nomor antrean yang mendapatkan nomor 23 lantas duduk didepan ruangan tersebut.

Fero mengeluarkan beberapa berkas penting yang ia bawa dari rumah dan juga mengeluarkan pena berwarna hitam dari dalam kotak pensilnya. Tak lupa mengeluarkan earphone dan memasangkannya ditelinga seraya mendengarkan musik j-pop yang ia genderungi sejak duduk dibangku SMP.

Karena asik dengan dunianya sendiri tak sadar ada seorang gadis yang duduk disebelahnya seraya mengulurkan tangan. "Nama lo siapa?" tanya gadis berambut panjang tersebut.

Fero menatap gadis disampingnya datar tanpa menyambut uluran tangan tersebut ia berkata. "Fero."

Karena nampak kecewa uluran tangannya tak terbalas, gadis tersebut kembali bersuara. "Gue tau, lo anak SMP Garuda kelas A-1 kan?"

"Lo siapa?" tanya Fero seraya melepas earphone yang terpasang ditelinganya.

"Gue Icha, anak SMP Garuda juga kelas A-5," jawab Icha seraya membenarkan posisi duduknya agar nyaman.

Dear N ; My Queen Cat [EXTRA FERO POV]Where stories live. Discover now