13

49 14 8
                                    

Tanpa pamit ke BK atau ke guru bahkan tanpa bilang ke Lia, gue langsung ikut Yoyo ke rumah sakit tempat Jinan di rawat. Jam udah menunjukkan pukul dua sebenernya. Satu jam lagi pulang, makanya gue berani gak izin keluar sekolah.

"Yo, kenapa Jinan sampai masuk rumah sakit?" tanya gue panik ke Yoyo.

"Tadi pas olahraga, kan jogging keliling lingkungan sekolah, nah tadi tuh pas mau nyebrang, si Rosie gak liat kanan kiri, terus si Jinan deh nyelametin Rosie. Alhasil, Jinan yang ketabrak mobil. Temen-temen langsung heboh dan Pak Jin- eh, Bang Jin, wagu banget gue panggil abang lo, Pak."

Elah Yoyo somplak! Malah bahas Bang Jin.

"Terus Bang Jin ngapain?" tanya gue ribet sendiri.

"Ambil mobil sekolah terus bawa Jinan ke rumah sakit. Soalnya tuh si pengendara mobil langsung kabur. Anak-anak ada yang ngejar tapi gak kekejar," lanjut Yoyo.

"Astaga! Kenapa gini sih? Tadi tu gue kepikiran Jinan. Gue sempet bilang ke Lia kalo perasaan gue gak enak, kayanya ada sesuatu yang terjadi sama Jinan," ucap gue sambil terus gak tenang.

Segini banget ya gue khawatir sama Jinan?😓😓

"Lo beneran sayang ya sama Jinan?" tanya Yoyo.

Gue natap dia. Tapi, gue diem. Gak tau mau jawab apaan. Gue aja bingung. Kayanya sih gue emang sayang sama itu Jinan.

Yoyo senyum, "Ryujin-ryujin, suka bingung gue sama lo,"

Apalagi gue, bang?

"Udah sampai, ayo turun!" ajak Yoyo terus dia keluar duluan.

Gue ngikut keluar mobil dan jalan beriringan sama Yoyo masuk ke rumah sakit.

"Maaf, mbak, mau tanya, untuk pasien bernama Jinan Budiawan di ruang apa ya?" tanya Yoyo ke resepsionis.

"Sebentar ya, mas," sahut suster itu lalu mencari sesuatu di bukunya.

"Di ruang VIP anggrek nomer tiga lantai dua," ucap mbak suster.

Gue dan Yoyo langsung naik tangga ke lantai dua dan mencari ruang yang disebutkan suster tadi.

"Nah, ini deh, kayanya," ucap Yoyo setelah kita sampai di depan sebuah kamar.

Yoyo membuka pintu ruang itu pelan dan benar, ada Jinan sama seorang cewek di sana.

"Loh, Rosie? Udah diobati luka lo?" Yoyo langsung nyapa cewek yang duduk di samping Jinan yang masih menutup matanya.

Astaga, Jinannya Ryujin ...

Gue natap khawatir ke arah Jinan. Itu tangan kanan Jinan juga di gendong. Dia patah tulang? Jinan😢😢 pengen nangis kan.

"Udah kok," ucap cewek itu, "Ini siapa?"

Gue noleh. Gue yakin yang dia tanyakan itu gue.

"Gue Ryujin," sahut gue singkat.

"Dia ekhem nya Jinan," timpal Yoyo.

Nah, ini nih yang gue maksud harus memahami bahasa, ekhem-nya, itu gak ada yang bisa di logika.

Terlihat cewek bernama Rosie itu mengangguk-angguk paham.

"Itu tangan Jinan patah?" tanya gue tanpa mengalihkan pandangan gue dari Jinan.

"Gak sampai patah. Cuman retak. Tapi, ya gitu, harus nunggu beberapa hari biar bisa pulih," sahut Rosie.

Gue diem. Paham sebenernya. Tapi, tetep aja gue gak bisa liat Jinan kesakitan.

"Yo, nanti lo ke sekolah ambil tas gue ya, gue mau di sini," ucap gue ke Yoyo.

"Udah biar gue yang nungguin Jinan. Gue yang udah bikin dia kaya gini," ucap Rosie.

You're My BoyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin