DUA PULUH SEMBILAN

58K 3.4K 216
                                    

Spesial update karena hari ini aku ulang tahun 🤭 mau dong diucapin sama kalian😂 *ngarep banget aku padahal kalian gak ada yg nanya wkwkwk*

Happy reading, luv luv 💓💓💓

Beberapa bulan kemudian...

Alvin mendesah berat saat mendengar kabar bahwa Papanya, David masuk rumah sakit dan terkena serangan jantung ketika mendengar berita perusahaan yang David bangun dari nol kini nyaris mengalami kebangkrutan. Bahkan sebagian pegawainya sudah tidak bekerja di perusahaan yang ia kelola kini. Kepala Alvin terasa berat sekali. Belum lagi Kakaknya, Vino baru bebas dari penjara karena tertangkap mengkonsumsi narkoba bersama sang istri kini kembali terjerat hal yang sama. Ingin pecah rasanya ini kepala.

Mati-matian Alvin mencari investor yang ingin membangkitkan perusahannya kembali namun usahanya belum berhasil. David semakin drop, terbaring lemah dirumah sakit. Rina, Mamanya menangis dalam tak sampai hati ketika melihat kondisi suaminya.

Alvin bangkit dari posisinya. Ia memutuskan untuk mencari udara luar. Hatinya tidak karuan, resah dan gundah bercampur menjadi satu. Lalu membuang puntung rokok yang entah sudah keberapa kali ia menghisap benda panjang tersebut.

Mobil mewahnya kini harus rela ia jual dan terganti dengan mobil sedan. Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia tak bisa untuk sekedar having fun di club seperti biasanya, sudah terlanjur malu karena tidak memiliki apapun lagi untuk dibanggakan. Masa hidupnya sudah berakhir.

Belum sempat Alvin menghidupkan mobil, ponselnya berbunyi. Hanya ponsel ini yang masih tersisa. Bukan tanpa sebab Alvin tidak berniat menjualnya, ponsel tersebut hadiah yang Raya berikan kepadanya saat ponselnya rusak dan kebetulan sekali tepat dihari ulang tahunnya.

"Mas kita harus bicara!"

Alvin tersentak. Suara diseberang sana nyaris memecahkan gendang telinganya. Tanpa kalimat sapaan atau pembuka pada umumnya jika menelpon.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Sar. Kita sudah selesai."

"Apanya yang selesai? Aku bahkan nggak memutuskan apa-apa. Kita harus bicara, Mas. Aku akui, sulit untuk melepaskan seseorang yang sudah menjadi nomor satu dihati," Sarah berucap lirih nyaris terisak jika tidak ia tahan mati-matian.

Alvin berdecih. Ia sudah muak dengan segalanya. "Sulit kan?" Alvin menjeda ucapannya beberapa detik. "Sesulit itu aku melepaskan Raya yang baru kusadari ternyata sudah menjadi nomor satu dihatiku dari dulu."

Mereka saling diam. Hanya deru napas satu sama lain yang terdengar. Sarah terkejut tetapi Alvin yang lebih terkejut ketika baru menyadari apa yang telah diucapkannya tadi. Raya masih menjadi nomor satu dihatinya? Apa ia sedang mabuk? Selama delapan tahun bersama kenapa baru kini ia menyadari semua perasaan nyatanya terhadap Raya. Kemana dirinya selama ini sehingga tidak menyadari perasaannya sendiri.

"Kita pernah bersama hingga sulit terpisahkan. Tapi setelahnya kenapa kamu campakkan aku, Mas?! Apa kamu tega? Bahkan aku sedang mengandung anakmu!"

Jantung Alvin nyaris jatuh ke lambung ketika mendengar kata mengandung anaknya.

"Manipulasi apalagi ini, Sar? Sudah cukup kan penjelasan aku bahwa hubungan semacam ini nggak bisa diteruskan. Ini jelas-jelas hubungan tidak sehat dan hanya memanfaatkan benefit satu sama lain."

"Kamu nggak percaya apa yang aku bilang?"

"Tidak."

Alvin mematikan teleponnya secara sepihak. Omong kosong apalagi ini? Terakhir dirinya berhubungan dengan Sarah ia main aman. Memakai pengaman yang membuat dirinya yakin ia tidak akan kebobolan.

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Where stories live. Discover now