SATU

140K 6.7K 311
                                    

Alvin membuka mata terpaksa karena mendengar gedoran pintu dari luar. Mengumpulkan nyawanya sesaat lalu melepas pelukannya dipinggang Raya. Berjalan gontai menggunakan kaos oblong dan celana pendek membuka pintu yang terkunci dan menunduk ke bawah.

Matanya melihat Nathaniel Samudera, buah hati Raya dan Alvin. Nath mengulurkan tangan pertanda ingin digendong dengan sigap Alvin merengkuh Nath dalam gendongannya membawa anaknya ke dalam dan ia biarkan menganggu wajah Raya yang terlihat masih mengantuk berusaha melepaskan tangan mungil Nath dari wajahnya. Karena dirinya sangat membutuhkan air dingin agar badannya kembali segar.

"Nath, mau apa sayang? Sini tidur lagi," ajak Raya menempelkan kepala Nath pada bantal sementara Alvin baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggangnya. Terlihat segar dan harum sehabis mandi.

Nath berusaha melepas pelukan Raya dan mendekat kearah Alvin yang sudah siap dengan kemeja beserta dasi senada.

"Apa sayang? Ayah mau kerja nanti telat," ucap Alvin mengecup puncak kepala Nath. Sibuk merapihkan kemejanya dan sedikit

"Ayah kapan kita liburan?" tanya Nath menarik narik kemeja Alvin.

Alvin menoleh lalu tersenyum tanpa menghiraukan pertanyaan anak semata wayangnya dengan Raya. Wanita yang masih tertidur lantaran menunggu Alvin yang selalu pulang hingga larut malam.

Mencium dahi dan pipi istrinya berkali-kali membuat Raya mengerang kesal karena merasa tidurnya terganggu. Namun, Raya mencoba menikmati setiap perlakuan Alvin kepadanya karena pria itu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan sehingga jarang berada dirumah. Bahkan setiap pagi, Nath selalu bangun mengetuk kamar orang tuanya. Mencari keberadaan Ayahnya walau kadang tidak ada.

"Aku pergi dulu," pamit Alvin membetulkan selimut istrinya lalu menggendong Nath yang berusia tujuh tahun untuk ia antar ke sekolahnya saat Nath sudah siap dengan seragam merah putihnya.

"Ayo, ayah antar kamu ke sekolah," ucap Alvin mengambil tas yang menggunakan roda seperti koper sehingga tinggal didorong.

Nath menggelengkan kepala menolak. "Ini masih pagi, Ayah. Masih jam enam, kata Bu Guru, Nath jangan pagi-pagi datengnya."

Alvin menggaruk lehernya yang tak gatal, ia pikir setiap Nath sudah siap dengan seragamnya pasti akan langsung berangkat sekolah. Ternyata tidak, bahkan ia lupa, terakhir kali ia mengantar Nath ke sekolahnya masih sangat sepi ternyata mereka datang pagi sekali, baru ada petugas kebersihan dan penjaga sekolah saja. Membuat Nath harus menunggu lama hingga bel tiba.

"Ya sudah bangunin Bunda kalau Nath udah mau berangkat."

"Siap Ayah!"

Selepas Alvin pergi, Nath meniup-niup kelopak mata Raya yang tertutup lalu terkikik geli melihat ekspresi Bundanya.

"Ayo Bun, kita masak!"

Nath menyukai sekali berada didapur bersama Raya setiap pagi sebelum berangkat sekolah, memasak makanan kesukaan Nath untuk ia bawa sebagai bekal.

"Iya siap anak Bunda, cerewet banget sih kamu," gerutu Raya mencubit kedua pipi Nath yang sedikit berisi. "Tunggu dibawah, Bunda mandi dulu."

***

Nath mencomot kentang goreng yang baru ditiriskan masih mengepul asap lalu ia masukkan kedalam mulutnya. "Aduh lidah Nath mati rasa," pekik Nath mengipas-ngipas lidahnya yang terasa panas.

Raya membesarkan matanya melihat tingkah anak semata wayangnya yang selalu tidak sabaran. "Udah sering Bunda bilang, jadi orang harus sabar. Jangan terburu-buru gitu, Nath."

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang