Arrogant : 2

1.5K 170 3
                                    

Sejak hari di mana Nara memutuskan hubungannya dengan Beomgyu, lelaki bermarga Choi itu tetap bersikap seperti biasa selayaknya ia memang masih berstatus sebagai kekasih Nara. Dan sudah pasti Nara hanya mengacuhkan presensi lelaki itu, karena ia berpikir Beomgyu pasti akan merasa lelah sendiri pada akhirnya.

Beomgyu tak henti-hentinya mengirim pesan pada Nara, walaupun ia tahu tak akan ada balasan dari gadis itu. Beomgyu selalu mengucapkan selamat pagi, bertanya sudah makan atau belum, mengingatkan untuk tidak ini dan itu, mengucapkan selamat malam, mengingatkan untuk gosok gigi dan cuci kaki sebelum tidur, bertanya ini dan itu, menceritakan segala hal yang telah ia lewati seharian, dan itu semua hanya diabaikan oleh gadis bernama Song Nara. Tak peduli. Bahkan membuka panel obrolan mereka saja tidak.

Saat ini Nara baru saja turun dari busnya yang berhenti di halte seberang sekolahnya. Beberapa siswa-siswi yang juga bersekolah di sekolahnya pun ikut turun bersamanya dan segera melangkah ke pinggir jalan untuk menyebrang menuju sekolah.

Jalanan lumayan ramai dilalu lalangi oleh bermacam-macam kendaraan, dan Nara tersentak di tiga langkah yang ia ambil. Ini yang selalu menjadi masalah bagi gadis itu saat sampai di depan halte bus atau di pinggir jalan saat hendak menyebrang.

Ia tak pandai menyebrang dan sudah terbiasa dengan Beomgyu yang setia berangkat ke sekolah lebih cepat darinya. Bukan apa-apa, Beomgyu sengaja datang lebih pagi hanya untuk menunggu kedatangan bus Nara. Lelaki itu bahkan tidak masuk ke kelasnya dulu untuk menaruh tas. Ia langsung duduk di halte dan tersenyum sumringah saat mendapati Nara turun dari bus. Lalu mereka pergi menyebrangi jalan bersama menuju ke sekolah dengan tangan yang saling bertautan.

Setelah diperhatikan, belakangan ini semenjak Nara putus dari Beomgyu, gadis itu selalu merasa sedikit khawatir dengan apa yang akan ia hadapi ke depan. Mungkin di sini gadis itu menyadari, ternyata sedikit banyak ia telah bergantung dengan mantan kekasihnya itu.

Tidak apa. Mungkin dengan putusnya hubungan mereka akan membuat Nara lebih berani lagi dan bisa menjadi pribadi yang mandiri. Ini biasa dirasakan oleh seseorang di saat awal-awal hubungannya dengan sang kekasih berakhir.

Menarik napas dalam-dalam dengan mata memejam rapat, Nara berusaha menyelipkan kata-kata yang mampu meyakinkan dirinya sendiri kalau ia pasti bisa dalam benaknya. Menghembuskan napasnya bersamaan dengan terbukanya kelopak mata. Nara mengulum bibirnya sejenak menatap jalanan, lalu mengangguk pelan.

Satu langkah ke depan kembali diambil oleh Nara, namun lagi-lagi gadis itu tersentak. Ia menoleh ke samping kirinya, ada Beomgyu yang menggenggam tangannya sembari melihat kiri-kanan sebelum akhirnya membawa Nara menyebrang.

Mereka sama-sama berhenti berjalan tepat di depan perkarangan sekolah saat Nara melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Beomgyu. Setelah melempar tatapan tak sukanya pada lelaki di hadapannya itu, Nara segera melangkah masuk menuju kelasnya dengan langkah yang terkesan tak santai.










🍀 Arrogant 🍀













Bel istirahat berbunyi dan Nara merasa sangat malas untuk melangkahkan kakinya menuju kantin, walaupun perutnya meronta minta segera diisi.

"Nara, gak ke kantin?" tanya Taehyun saat melewati meja Nara.

Nara menggelengkan kepalanya pelan. "Nitip boleh gak?"

"Yeu, dasar mageran!" balas Taehyun. "Ya udah, paan?"

"Hehe, seblak aja deh. Yang pedes, ya!"

Taehyun mengangguk, lalu langsung beranjak menuju kantin.

Nara hanya menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan yang ia buat di atas meja sembari menunggu Taehyun kembali. Tak lama, gadis itu mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Ia menebak bahwa itu Taehyun, namun kenapa cepat sekali?

"Taehyun? Cepat ba—" kalimat Nara terputus begitu saja saat ia mendongak dan melihat seorang lelaki yang berdiri di depan mejanya itu bukan Taehyun, melainkan Beomgyu.

Beomgyu meletakkan sebuah plastik kresek berwarna putih yang Nara duga pasti berisi makanan tidak pedas dan aman untuk lambungnya. "Apaan pake nitip sama Taehyun segala? Mana pesennya seblak pedes lagi. Mau sakit? Lambung kamu tuh—"

"Diem, deh. Gak ada kerjaan banget, ya? Sampe ngurusin hidup orang mulu," potong Nara menatap Beomgyu dengan alis mengerut kesal. "Lagian hak lo apa ngatur-ngatur gue? Bokap, bukan—"

"Aku pacar kamu. Mau berapa kalipun kamu bilang kita udah putus, aku anggap kamu cuma bercanda dan kita masih pacaran," potong Beomgyu pula penuh penekanan.

Baru saja Nara ingin membalas ucapan Beomgyu lagi, Taehyun datang ke tengah-tengah mereka dengan wajah bingung menatap Nara dan Beomgyu secara bergantian. Langkahnya semakin memelan dan berhenti tepat di samping Beomgyu, masih dengan wajah yang menunjukkan bahwa ia sama sekali tak mengerti apa yang telah terjadi pada dua insan di hadapannya itu. Di tangannya, ia membawa kantong plastik yang sudah pasti isinya adalah seblak pesanan Nara.

Nara melupakan niatnya yang ingin membalas perkataan Beomgyu dan lebih memilih untuk meraih plastik di tangan Taehyun. Namun, Nara kalah cepat. Beomgyu sudah lebih dulu merampas plastik itu dari tangan Taehyun dan melangkah keluar.

Sontak saja Nara berteriak memanggil Beomgyu. Sungguh, ia merasa sangat muak dengan tingkah lelaki itu.

"Beomgyu!"

Napas Nara memburu. Tak peduli dengan berapa banyak pasang mata yang memandang ke arahnya karena sudah berteriak dan mengganggu ketenangan sekitar.

"Kenapa, sih?" tanya Taehyun sedikit khawatir melihat Nara.

Entah mengapa rasanya Nara ingin menangis. Ia menangis karena rasa kesalnya.

"Gak ngerti lagi gue sama Beomgyu," lirihnya.











🍀 Arrogant 🍀













Kini Nara sudah pulang dari sekolah dan telah sampai di rumahnya. Sudah berganti baju juga dengan pakaian rumahan yang santai. Saat ini gadis itu tengah berada di meja makan, menyantap makan siangnya dengan sang ibu yang sibuk menyiapkan kue untuk camilan sore nanti.

"Nara,"

"Eung?" sahut Nara saat mendengar ibunya memanggil.

"Beomgyu mana? Kok udah gak pernah main ke sini lagi?" tanya sang ibu sambil menaruh loyang berisi adonan kue yang sudah dibentuk ke dalam oven.

Nara tak menjawab, hanya diam dan melanjutkan kegiatan makannya.

"Kenapa? Lagi marahan, ya?" tanya sang ibu lagi yang kini mulai membereskan alat serta wadah yang tadi ia pakai untuk membuat adonan kue.

Nara menggeleng. "Udah putus."

Kedua alis ibu Nara berjengit. "Oh? Udah putus? Kenapa?"

Lagi-lagi Nara menggeleng. "Udah ngerasa gak cocok aja."

Ibu Nara tersenyum tipis. "Beomgyu anaknya baik, perhatian, ramah. Ibu suka."

Nara menatap ibunya lama, mencari tahu apa alasan wanita paruh baya tersebut mengatakan kalimat barusan.

Sang ibu menatapnya balik, masih sambil tersenyum. "Yang mutusin siapa? Kamu?"

Nara diam sejenak, menatap sang ibu. Lalu ia mengangguk.

"Terus, Beomgyu-nya mau?" tanya sang ibu lagi.

Dan kali ini Nara hanya menggelengkan kepalanya sambil mengangkat bahu acuh.

Ibu Nara terkekeh melihatnya, lalu kembali melanjutkan urusannya bersama kue buatannya.

Nara mengerjap-erjapkan kedua matanya menatap sang ibu, sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan makan siangnya.












TBC...

Arrogant [Choi Beomgyu]Where stories live. Discover now