Final

2.8K 372 38
                                    

Kedua kakinya ia hentakkan. Entah mengapa meski panas terik tidak begitu mengusik, akan tetapi rasanya jalan setapak dari gedung kegiatan teater ke parkiran mobil kampus terasa berkali lipat lamanya. Belah bibir bentuk hati itu mengerucut sampai kini ia sudah membanting pintu grandeur hitam tersebut dan membuat sang pemilik meringis membayangkan hal yang tidak diinginkan pada mobil barunya itu.

Track list dari Jeremy zucker melantun dan memecah sunyi sebelum roda mobil mulai berputar. Membawa keduanya untuk segera sampai ke rumah yang lebih muda.

"Jadi?" Johnny mencoba membuka suaranya. Menanyakan kenapa mood adik sepupunya itu begitu berantakan hari ini. Mata memicing. Bibir mengerucut. Pipi menggembung. Sebenarnya jika ia tak tahu seberapa menyeramkannya sang adik ketik amarah, maka dia tak segan untuk menghabisi wajah itu dengan cubitan gemas - sayangnya Johnny masih sayang nyawa jika adiknya tiba-tiba berteriak memekakkan telinga di dalam sana.

"Nana mengundangku ke pesta ulang tahunnya nanti malam."

Alis Johnny terangkat satu. Mengernyit heran mengenai apa yang salah dengan undangan pesta ulang tahun sahabatnya itu. "Lalu?"

Sang adik, Donghyuck, memainkan jari pada fabrik kemejanya. Menggulungnya kecil, lalu melepasnya. Membiarkan sisi kecil yang ia mainkan menjadi kusut karenannya.

"Aku melewatkan ulang tahun Mark-hyung."

Kalimat itu tak begitu terdengar. Hanya sebuah cicitan kecil dengan pandangan yang beralih pada jendela samping kanan. Membuang muka ke arah jalanan padat karena memang ini jam makan siang dan beberapa pegawai kantoran mulai berarak keluar seolah semut yang keluar dari sarang mereka.

Sementara Johnny yang mendengarnya hanya tersenyum. Segila apapun hubungan kedua bocah yang sudah begitu lama ia kenal itu, pasti mereka akan tetap memikirkan satu sama lain walau kadang masih terasa begitu sulit mengungkapkannya.

"Lalu kenapa? Bukannya kalian sudah putus?"

Sunyi sejenak menyelimuti. Namun ketika helaan napas terdengar dari sang adik. Kaki yang ditekuk naik serta kepala yang ditenggelamkan, membuat Johnny sedikit menyesal karena menggodanya.

"Entahlah, Hyung. Kalaupun aku peduli, itu takkan begtiu berpengaruh pada hidupnya. Lagipula aku siapa?"

** **

Lagipula aku siapa?

Pun ketika dirinya kini hanya berjalan tanpa arah, pertanyaan yang Donghyuck lontarkan pada kakak sepupunya itu masih terngiang begitu saja.

Ngomong-omong, ini sudah pukul sembilan malam. Pesta ulang tahun Jaemin pasti sudah dimulai setidaknya sekitar satu jam yang lalu karena yang bersangkutan mengundang pria juni itu sekitar pukul tujuh. Tapi entah mengapa Donghyuck seolah tak peduli dan malah melangkahkan kakinya walau diri tak tahu mengarah meski tadi ia sudah sampai di tempat tujuan.

Asal.

Tak jelas.

Walau tadi pamitnya adalah untuk ke apartemen Jaemin, merayakan ulang tahun yang ke dua puluh dua.

Pun baju hitam dengan model, celana jeans senada yang ketat, serta sepatu merah dengan sol tinggi sudah ia pakai dan tak menutup fakta bahwa itu bukan gaya Donghyuck biasanya jika ia hanya ingin berjalan ke luar, bukan menghadiri sebuah acara.

Pikirannya melayang, mungkin tersesat sejenak bukan masalah. Lagipula masalah akan lebih timbul jika ia membalikkan diri dan membawa tubuh itu menghampiri pesta kecil yang Jaemin adakan.

- karena Donghyuck yakin bahwa pria itu juga akan di sana. Satu hal yang ia benci mengenai kenyataan jikalau mereka berbagi teman sepermainan.

Into You [MARKHYUCK]✔Место, где живут истории. Откройте их для себя