Kembali

5.7K 40 1
                                    


Angin lembut menghantarkan dedaunan yang telah terlepas dari tempatnya, menawarkan hawa yang cukup dingin. Awan hitam, pertanda mendung. Mengingatkanku akan pepatah 'sedia payung sebelum hujan'. Pepatah tak pernah keliru, rintik hujan mulai terdengar dari kejauhan, membawa sebuah keresahan yang tak ku hiraukan. Rintiknya semakin deras membasahi tubuh ini, aku tak bergeming meski tubuh ini mulai menggigil. Kutatap gundukan tanah bertabur bunga dengan sebuah batu menancap sebagai penanda. Kutatap kosong gundukan tanah itu, memang seharusnya tidak ku lakukan.

-----tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. (QS. Ali 'Imran/3:185)-----

Hujan memang telah berhenti sejak beberapa menit yang lalu. Namun masih meninggalkan jejak, kubangan air di jalan, tanah yang lembab, daun-daun yang masih meneteskan air, dan bau sehabis hujan yang menjadi favoritku.

Ku berjalan dengan gontai tanpa adanya semangat yang biasanya aku tunjukkan. Bagaimana aku bisa semangat? Motivasi yang aku punya telah tiada, meninggalkan aku sendiri di dunia yang fana. Navigator ku telah mati, membiarkanku tersesat di jalan ini. Sang penyemangat hati telah pergi menghadap Sang Ilahi, ku coba tuk ikhlas, merelakan sang pujaan hati. Mungkin Sang Pencipta lebih menyayangi dia daripada aku.

Aku pertama kali melihatnya saat musim panas yang terik

Hari masih pagi, tapi cuaca sudah sepanas ini. Aku yang sedang jogging mengistirahatkan diri sejenak, meneguk air mineral yang sedari tadi aku bawa.

'🎶🎵🎶🎵🎶🎵🎶🎵🎶🎵🎶'

Suara musik terdengar dari belakangku, ku tolehkan kepalaku mencari sumber suara. Tepat di sana aku melihatnya, seorang pemuda yang dengan semangat bergerak mengikuti alunan musik. Tanpa sadar aku menatapnya cukup lama, hingga pemuda itu tersenyum ke arahku.

Dia datang dengan penuh senyum di wajahnya yang menawan

"Hai" melangkah menghampiriku dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Tubuhku kaku tak dapat berlari menjauhi dirinya yang kian mendekat. Aku takut, kutundukan kepalaku saat dirasa dia telah berada di depanku.

"Kau gadis penyendiri dari jurusan sastra Jepang kan? Perkenalkan aku Alvin dari jurusan dance" tangannya terulur memberi salam, namun diriku masih bergeming tak tahu harus berbuat apa.

Tak disangka dia menarik tanganku, aku yang terkejut melihat ke arahnya, namun pemuda bernama Alvin itu memberikan senyumannya lagi. Membuat dadaku bergejolak, ini pertama kalinya aku berinteraksi dengan orang semenjak masuk universitas.

Mendatangi diriku yang tengah kesepian, menunggu datangnya sebuah cahaya

Setelah kejadian pertemuan yang membuatku tak ingin mengingatnya itu, aku dan Alvin semakin dekat. Meski awalnya aku tak mau menerima kehadirannya di sampingku.

Aku yang selalu sendiri dengan raut muka datar yang sebenarnya menyimpan beribu luka. Merasa hidup kembali saat bertemu dengannya. Aku tak ingin mengakuinya, namun ketika kulihat dirinya menghampiriku, bibirku tak bisa berhenti menunjukkan senyumku.

Aku menyukai sosoknya yang membuatku merasa spesial dan betapa sosoknya mampu merubah diriku

Aku tak percaya saat dia menyatakan perasaannya kepadaku, rasa haru memenuhi diriku kala itu. Tanpa bisa berkata, aku hanya menganggukan kepalaku seiring buliran hangat jatuh di pipi.

Hari-hariku terasa lebih spesial sejak hari itu. Alvin, pemuda yang membawa kehangatan tanpa aku sadari telah memasuki kesepian di hati ini.

Dia adalah cinta pertama juga sejatiku

Aku tak pernah merasakan namanya Cinta sebelum aku bertemu Alvin. Alvin adalah Cinta pertama bagiku dan aku berharap dia seorang Imam yang dikirimkan Tuhan hanya untukku.

Alvin, sang mentari yang bersinar cerah di musim panas, kini telah kembali ke tempatnya berasal

"Kenapa kau tak berhenti tersenyum sedari kemarin?? " mendudukkan diri di sampingku, dia memeluku erat dari samping.

"Entahlah, aku hanya senang karena kita akan bersama sebagai keluarga selangkah lagi" balasku memperlihatkan cincin yang berada di jari manisku itu.

Dia tak membalas ucapanku, namun dia tersenyum dengan tangannya yang mengelus kepalaku sayang.

Namun, tak pernah terbayang olehku bahwa itu adalah senyuman terakhirnya. Tuhan lebih menyayanginya dibandingkan aku.

Alvin, pemuda yang mampu merubahku tertembak saat tengah melakukan dance di sebuah event. Pelaku penembakan diduga adalah seorang teroris yang melakukan pengeboman minggu lalu. Aku tak peduli dengan itu, aku hanya ingin tahu kenapa tunanganku yang menjadi korbannya.

Walaupun tak lagi bersama, dia akan menjadi kenangan yang akan selalu aku kenang di hati ini

Alvin, aku akan selalu menjaga kenangan kita di hati ini tanpa seorangpun yang akan mengambilnya.

Aku tak sabar menanti datangnya musim panas selanjutnya

Hampir satu tahun sejak kepergiannya. Musim panas telah kembali dengan sejuta kenangan di hati.

Memakai baju casual, aku tengah bersiap untuk bertemu dengan temanku. Berjalan terburu-buru karena jam janji telah berlaku sepuluh menit yang lalu. Ku raih ponsel pintar di saku, mengetikkan beberapa nomor.

"Halo, kau di mana? Maaf aku terlambat" ucapku saat panggilan diangkat.

"Ah, tidak apa-apa. Aku juga baru sampai kok, santai saja"

"Hahaha terima kasih aku jadi terharu nih" tawaku sambil menunggu lampu lalu lintas berubah warna.

"Apa kau sudah mengunjungi makamnya, maaf tiba-tiba aku bertanya seperti itu"

"Tak apa, aku berniat mengunjunginya setelah bertemu denganmu" aku menyebrang ketika dilihat lampu lalu lintas telah menunjukkan warna merah.

"Baguslah, kau tahu? Pelaku penembakan Alvin telah tertangkap kemarin"

Langkahku seketika berhenti, tanpa sadar air mata menetes karena senang akhirnya Alvin bisa tenang di sana.

'Din........ '

Tanpa sadar sebuah mobil melaju cepat ke arahku, aku ingin menghindar namun terlambat mobil itu hanya berjarak beberapa meter lagi. Waktu seakan melambat, aku meraih cincin di jari manisku, melupakan ponsel yang tengah aku genggam.

"Akhirnya hari ini tiba" tersenyum senang melihat mobil di depanku.

'Druak..... '

Aku merasakan tubuhku melayang tinggi dan sekujur tubuhku terasa sakit. Menatap orang-orang yang mulai mengerumuniku, pandanganku kabur.

'Alvin'

Ku pejamkan mata ini untuk selamanya, menemui sang pujaan hati.

"Alvin!" aku tak percaya ini, pemuda yang bagai sinar mentari itu kini tengah tersenyum di depanku.

"Benarkah itu dirimu, Alvin? " aku masih menatap sosok pemuda itu tak percaya.

Alvin merentangkan kedua tangannya, tanpa pikir panjang aku berlari ke dalam pelukannya. Memeluknya erat tanpa berniat untuk melepasnya lagi.

"Hiks... Hiks... Alvin aku tak percaya bisa bertemu denganmu lagi hiks... " aku tak bisa menggambarkan kebahagiaan ini lagi, aku benar-benar senang.

"Aku kembali" balasan singkat itu mampu membuatku tersenyum senang.

"Hm...aku tahu itu"

kumpulan CeRpEn RemajaWhere stories live. Discover now