Menulis Quotes: Perlu atau Tidak?

1.6K 233 90
                                    

Ada satu hal yang menarik perhatianku setiap menyusuri naskah-naskah berpotensi di Wattpad.

Quotes.

Setiap kali seorang penulis menuliskan quotes andalan pada ceritanya, komentar yang ia dapatkan pasti membludak. Entah itu quotes baper, receh, atau motivasi, pembaca sepertinya suka banget sama yang namanya quotes sampai niat untuk meninggalkan komentar mereka mengenai sebait kutipan tersebut.

Lalu, saat aku melihat-lihat akun-akun penerbit di Instagram, kebanyakan dari mereka mempromosikan buku-buku yang mereka jual dengan menuliskan quotes yang ada di dalam suatu novel, untuk menarik perhatian pembaca hingga membuat mereka tertarik untuk membeli novel tersebut. Komentar yang didapat di kolom Instagram itu pun juga sama banyaknya dengan di Wattpad. Kebanyakan orang tertarik dengan satu-dua bait kutipan pendek hingga meninggalkan kesan mereka di kolom komentar.

Lama-lama aku jadi mikir, hmmmm, berarti quotes itu se-powerful itu, ya? Pantas saja banyak banget penulis yang mengemas naskah-naskah mereka dengan banyak quotes untuk menarik pembaca.

Padahal dulu waktu aku masih SMA sampai kuliah semester-semester awal, kekuatan quotes belum sebesar sekarang. Pembaca murni membeli buku dengan melihat sinopsis di cover belakang atau review-review buku di Goodsreads. Aku kepo, dong. Kenapa sih fenomena quotes ini tiba-tiba menjadi membludak dan digandrungi oleh banyak orang? Sebenarnya kenapa sih banyak banget orang yang mencari, membaca, dan mengoleksi quotes?

Setelah survei dan bertanya sana-sini, aku menemukan salah satu penyebab yang menjadi latar belakang meledaknya quotes.

Budaya baper.

Oke, oke. Mungkin kalau menyebutnya sebagai budaya baper terlalu gamblang, aku akan menguraikannya seperti ini; masyarakat kita terlalu meromantisasi suatu hal, sampai akhirnya gampang terbawa perasaan bila diberi sesuatu yang romantis sedikit sekalipun.

Berkat budaya inilah, masyarakat cenderung asal nerima saja quotes-quotes baper yang mereka baca, tanpa mengkritisi quotes-quotes tersebut. Jujur, kalau diulik-ulik dan dikritisi sedikit, akan berasa kok kalau banyak banget quotes tentang hidup dan cinta yang sebenarnya mengajarkan paham tidak benar, bahasanya kurang jelas, enggak ada intinya, dan cuma asal bikin baper doang.

Contohnya quotes-quotes baper seperti ini;

"Aku mencintaimu, maka kau pun harus merasakan hal yang sama denganku."

"Aku rela tidak bahagia, selama aku bisa memilikimu."

"Tujuan hidupku adalah menjadi kekasihmu."

Menurut aku, contoh-contoh quotes di atas itu ngawur dan mengajarkan hal yang enggak benar. Memang kalau kamu jatuh cinta pada seseorang, orang itu wajib membalas perasaan kamu? Terus, memang kamu rela gitu hidupmu enggak bahagia demi bisa memiliki seseorang? Terus yang terakhir ini yang paling parah. Memang hidup itu isinya cinta-cintaan doang, ya, sampai tujuannya cuma supaya bisa jadi pacar orang?

Selain itu, banyak juga quotes yang sebenarnya malah tidak nyambung dengan jalan cerita dan malah mengkhianati sifat karakternya. Kaya... logikanya, karakter cowok jutek enggak mungkin kan dengan mudah mengumbar kalimat penuh cinta walau sama cewek yang dia suka? Karena sifatnya jutek, pasti dia punya cara unik tersendiri dalam menyatakan perasaannya. Bukannya malah menyatakannya dengan kalimat penuh gombal seperti, "Kamu cewek yang paling aku sayang di dunia ini. Enggak ada lagi cewek yang seperti kamu. Kamu satu-satunya."

Menurut aku, budaya baper yang ada di masyarakat memang bisa dimanfaatkan untuk menjual naskah kamu. Tapi, bukan berarti kamu harus menjualnya dengan memakai quotes-quotes asal baper demi menarik perhatian pembaca. Memberikan quotes pada naskahmu memang penting, tapi daripada sibuk merangkai kata-kata baper dan menyentuh, lebih baik kamu menyibukkan diri dengan mengenal jalan cerita dan karakter kamu. Karena saat kamu benar-benar mengenal jalan cerita dan karaktermu, percaya deh sama aku, quotes itu akan muncul dengan sendirinya. Bahkan akan lebih baik lagi karena quotes yang nanti muncul enggak akan mengkhianati jalan cerita dan karaktermu, karena kamu sudah sangat mengenal mereka.

Jadi pesan aku adalah, yuk, kenali jalan cerita dan karaktermu sebelum membuat quotes. Lalu, jangan lupa untuk mengkritisi quotes-quotes yang kamu baca di mana pun. Jangan sampai kamu malah termakan dan terbawa perasaaan oleh quotes yang sebenarnya mengajari paham yang enggak benar.

Selamat membaca dan menulis!

-Ayu-
Tulisan ini adalah hasil pemikiran pribadi editor yang bersangkutan, tidak mewakili Penerbit Clover secara keseluruhan.

Cuap-Cuap EditorOnde as histórias ganham vida. Descobre agora