Untuk Apa Kita Menulis?

1.6K 216 15
                                    

Minggu kemarin, aku sempat ngobrol sama seorang teman. Terutama ngomongin tentang pekerjaanku sebagai editor, dan hal-hal apa yang biasanya mendasari keputusan akan sebuah naskah cocok untuk diterbitkan atau nggak. Dan di sana temanku bilang, "Terus kalau sebenernya udah banyak penulis yang tekniknya oke dan idenya seru, terus apa dong yang kurang sampai belum bisa untuk diterbitkan?"

--------------------------

Daaan dari satu pertanyaan itu, aku dan temanku ngobrol panjang lebar sekalian analisis tentang judul film, buku, dan komik yang kami suka. Kira-kira unsur apa yang membedakan "cerita-cerita yang sudah bisa dinikmati umum" ini dengan "naskah masuk yang sama sekali belum dipoles"? Kalau naskah yang belum dipoles ini sudah melalui proses penyuntingan dan segala macam, apakah hasilnya akan sama "menggugah" dengan judul-judul yang kami sukai ini? Sampai akhirnya kami sampai pada sebuah kesimpulan: Mungkin kebanyakan naskah masuk ini masih belum punya satu "nilai" utama.

Apa maksudnya "nilai" utama?
Mari kita ambil contoh dari sebuah seri yang menurutku dan temanku ini "sempurna" dari berbagai aspek---cerita kompleks, karakter menarik, plot rapi, dan ending yang luar biasa memuaskan: Fullmetal Alchemist. (ini memang judul komik, tapi diskusi kami lebih ke bagian struktur cerita dan plot secara keseluruhan. Jadi menurut kami, meski teknik penyampaiannya pasti akan berbeda kalau muncul dalam format novel, dasar bangunan ceritanya masih tetap sama) (Oh, dan bagi yang belum tahu Fullmetal Alchemist tapi berminat untuk tahu, aku berusaha supaya ini spoiler-free XD)

Ada satu tema/value yang melekat erat di seluruh jalinan cerita Fullmetal Alchemist ini, yaitu tentang "Pertukaran Setara". Dikatakan bahwa dalam Alkimia, input pasti akan menghasilkan output yang setara. Premisnya adalah kakak-beradik yang ingin mendapatkan kembali tubuh mereka yang nggak utuh karena prosesi Alkimia terlarang---mereka mencoba membangkitkan kembali ibu mereka yang sudah tiada.

Kakak-beradik ini bisa menghitung dengan tepat komposisi tubuh manusia dewasa, mengumpulkan bahannya, kemudian menggunakan Alkimia untuk "menghidupkan" ibu mereka. Tapi apa yang mereka lupakan? Bahwa konsep Alkimia adalah pertukaran setara, dan sekadar karbon juga bahan-bahan lain yang membentuk tubuh manusia sama sekali nggak cukup untuk "membuat" sosok manusia yang benar-benar hidup.

Proses terlarang itu pun berakhir bencana, si kakak-beradik kehilangan sebagian tubuh, dan mereka harus berjuang untuk mendapatkan kembali bagian tubuh yang hilang itu. Di sepanjang cerita, "nilai" pertukaran setara ini muncul dalam banyak rupa, bahkan menjadi bagian penting di pertarungan final mereka. Dan "nilai" ini pun nggak dimunculkan dalam cara yang terlalu menggurui, tapi melalui berbagai konflik yang dihadapi oleh si kakak-beradik dan orang-orang di sekitar mereka.

Lalu bagaimana efeknya terhadap kami sebagai pembaca? Selain ceritanya selalu melekat kuat di dalam ingatan, tiap kali bertemu sesama penggemar, selalu ada hal-hal yang jadi bahan obrolan, bahkan sering sambil menggali ulang ceritanya lagi dan lagi. Nggak jarang juga jadi diskusi panjang lebar tentang konsep pertukaran setara itu sendiri--gimana sebenarnya kehidupan kita dipengaruhi oleh "pertukaran setara", atau apa yang bakal terjadi sama karakter tertentu kalau dia ambil keputusan lain, dan masih banyak lagi! Konsep simpel itu bikin kami berpikir dan ngobrol, padahal Fullmetal Alchemist itu sendiri bukan tipe cerita berat yang ngomongin filsafat atau semacamnya sampai berbusa-busa.

Yang dibawa oleh Fullmetal Alchemist hanya satu nilai simpel: Pertukaran Setara. Sesuatu yang ternyata sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Dan inilah yang kurasa masih sering dilupakan ketika kita menulis. Kita sudah riset tentang jenis cerita yang disukai saat ini, sudah punya karakter-karakter yang punya bakat populer, sudah punya teknik menulis yang cukup, sudah punya stok adegan yang dijamin pasti bikin baper pembaca, juga sudah punya quote andalan, tapi kemudian apa? Kita punya semua unsur cerita bagus, tapi lupa menyampaikan sebuah "nilai" utama.

Ketika kita menulis sesuatu, apa efek yang kita harapkan terhadap pembaca? Seberapa dekat hal ini dengan keseharian pembaca? "Nilai" utama ini bisa sesimpel Pertukaran Setara, atau kalau dalam cerita romansa, mungkin bisa jadi "Baper Berakibat Konstipasi?" XD

Intinya, "nilai" utama nggak harus selalu terlalu besar atau pretensius. Bisa saja berupa hal-hal yang kita percayai sehari-hari. Atau hal-hal yang mendorong kita untuk menulis: Hal-hal yang mungkin sulit disampaikan kalau bukan lewat tulisan.

Lebih mendasar dari tokoh, plot, adegan, quote, dan lainnya, "nilai" ini adalah tujuan dari naskah kita. Jadi pastikan tujuan itu penting buat kita sebagai penulis, sekaligus cukup dekat dengan pembaca sehingga mereka bisa memahami apa yang ingin kita sampaikan.

------
Dan setelah diskusi panjang lebar itu, akhirnya aku maraton baca ulang komiknya Fullmetal Alchemist. Dan pendapatku masih sama: Ini salah satu cerita terbaik dengan "nilai" tersimpel sampai saat ini. 
NB: Kalau mau nonton animenya, pastikan nonton yang Fullmetal Alchemist: Brotherhood, ya! Ini lebih setia sama jalan cerita komik, beda sama pendahulunya yang secara alur... tersesat, hahaha. (malah promosi)

-Mega-
Tulisan ini adalah hasil pemikiran pribadi editor yang bersangkutan, tidak mewakili Penerbit Clover secara keseluruhan.

Cuap-Cuap EditorWhere stories live. Discover now