BAB 9

96 115 136
                                    

D A T E
W I T H
N O A H

"Ini mau kemana dulu, Allysya?"

Allysya menoleh ke samping, "Pasar Malam Festival gimana?"

Cowok itu terkekeh dan mengacak kecil rambut Allysya yang halus, "Kamu mau gak aku panggil Luna?"

"Luna? Kok bisa jadi Luna? Kamu udah punya pacar baru?" tanya Allysya dengan nada tak sukanya.

Cowok itu tersenyum melihat ekspresi Allysya yang kini berada di sampingnya. "Kenapa? Gak mau aku panggil Luna?" jawabnya sambil menarik sebelah alisnya naik turun.

"Noah, kenapa aku dipanggil Luna? Jawab dong." rengek Allysya yang membuat siapa aja pasti gemas melihatnya.

Apalagi banyak orang lalu-lalang yang melihat kelakukan Noah dan Allysya. Mereka kini berada di teman keramaina. Sebuah festival yang diadakan tahunan. Festival mulai dari permaian, kuliner khas, dan oleh-oleh khas dari kota.

"Aku barusan baca novel tentang werewolf. Makanya jadi kepikiran langsung kata Luna buat kamu." jawab Noah dan menarik tangan Allysya lembut menuju permainan lempar bola.

"Main ini dulu, yuk!"

Allysya yang melihat permaian lempar bola langsung melompat-lompat kecil, dan terpekik senang. Dengan semangat ia membeli dan ia sudah mendapatkan 10 bola yang akan dia masukan ke dalam ranjang. Jaraknya memang cukup jauh, jadi dia harus ekstra hati-hati.

Permainan itu sama seperti permainan bola basket. Meskipun Allysya tidak bisa bermain basket, dan selalu kalah terus saat di sekolahan, bahkan ia mendapat nilai rata-rata untuk pelajaran olahraga, tapi ia senang. Setidaknya, ia mendapat hadiah salah satu dari permainan ini.

"Aku mau dapetin boneka astronot itu aja." Allysya menunjuk boneka beruang berwarna coklat susu yang memakai pakaian astronot.

Allysya dengan semangat melempar bola itu ke dalam ring, tapi tak ada satupun bola yang masuk ke dalam ring. Dengan ekpresi cemberutnya, ia bahkan seperti memberi mantra pada bola ke sembilannya.

Pandangan Noah tak teralihkan sama sekali dengan sikap Allysya, ini akan menjadi hari yang istimewa, sebelum ia akan memberitahukan hal penting padanya.

"Aaahhh, kenapa gak ada yang masuk sama sekali." ujar Allysya. Wajahnya benar-benar putus asa. Ia sudah yakin, hal ini akan terjadi.

"Sini aku masukin bola terakhirnya, kalau aku bisa masukin, kamu harus turuti permintaanku." Noah mengambil alih bola yang Allysya bawa.

"Oke, siapa takut."

Mata Allysya melirik-lirik was-was terhadap bola yang dibawa Noah. Ia sudah sangat yakin, bahwa lelaki itu dengan mudah memasukkan ke dalam ring.

Plung

"Yeayyy!!" teriak Allysya senang, dan segera mengambil boneka yang dia inginkan. Memeluknya dengan sangat erat, bahkan mencium-ciumnya.

"Makasih ya." ujar Allysya dengan senyum tulusnya.

Noah menggandeng tangan Allysya untuk mencari tempat beristirahat. Mereka menemukan sebuah bukit kecil yang berada di sekitar festival. Bukit kecil itu ditumbuhi rumput hijau yang segar, lampion-lampion buatan dengan beranekamacam bentuk, dan tumbrl lamp.

"Kamu belum jelasin kenapa kamu manggil aku Luna!"

"Bentar ya, tunggu sini dulu. Jangan kemana-mana." ujar Noah meninggalkan Allysya yang kesal terhadap sikapnya.

"Noahhh, ihh kok ditinggal!" Allysya memasang wajah cemberutnya, dengan pipi yang menggembung, bibir mengkerucut, dan kedua tangannya bersendekap di depan dada.

Lost in Her EyesOù les histoires vivent. Découvrez maintenant