Part Three

3 0 0
                                        

Hari senin mungkin adalah hari yang paling tak disukai para siswa mengingat hari senin adalah awal dari hari-hari melelahkan berikutnya dengan setumpuk PR yang belum dikerjakan, bangun pagi lagi jika tak mau membersihkan WC sekolah. Selalu begitu hari-hariku, menjenuhkan. Sehabis sholat subuh harus masak untuk sarapan, mandi, belum nyetrika baju, menyemir sepatu, dan mencari buku pelajaran. Karena aku ngekos bersama teman-teman cowok lainnya, mau tak mau kami harus bergantian masak. Masalah kebersihan kosan siapa peduli, asal tak bau bangkai saja kami masih akan membiarkannya seperti bekas ledakan kapal. Dari situlah kepribadian masing-masing teman mulai terlihat karena hidup bersama-sama sebagai teman satu kosan yang mana tak semuanya baik seperti yang terlihat dan tak pula terlalu buruk seperti apa yang kita kira. Tentu saja hidup sebagai anak kosan membuat kami menjadi lebih mandiri karena harus melakukan segalanya bukan hanya dengan otot, tapi juga dengan otak.

Peluh membasahi baju putihku, begitu pula dengan topiku yang terasa seperti habis jatuh kesungai. Terik mentari pagi pada upacara kali ini benar-benar terasa sangat panas. Ingin rasanya aku lompat ke sungai dan berendam, berenang seperti ikan-ikan atau seperti keluarga bebek yang biasa kulihat. Kukibas-kibaskan topiku kewajahku agar dapat sedikit angin yang kupikir dapat mengurangi panas. Nyatanya semakin aku banyak bergerak, justru semakin terasa panas. Aku harus berjalan melewati kelas Xl IPS 1, Xl IPS 2, Xll IPA 1, dan baru kelasku Xll IPA 2 Ketika aku melewati kelas Xl IPS 1, tak sengaja kulihat Kartika duduk di teras kelasnya bersama dua temannya, wajahnya tampak murung. Aku teringat messengers seminggu yang lalu ketika kutolak cintanya. Kuputar balik tubuhku karena aku tak ingin menampakkan diri di hadapannya, betapa pengecutnya aku. Biarlah! Peduli apa, aku hanya merasa tak enak melihatnya. Aku pun lewat belakang kelas melalui timbunan sampah dan papan-papan berpaku karatan, ini lebih baik daripada ia melihatku. Aku harus balik ke arah lapangan upacara dahulu untuk bisa lewat belakang kelas. Ketika sampai di belakang kelas Xl IPA 2, ada penghapus papan tulis usang mengenai kepalaku. Aku harus marah siapa, salahku juga aku lewat belakang.

"Kak, bisa tolong ambilin penghapus yang barusan jatuh gak?"

Aku kenal betul suara itu, suara Sarah. Kutoleh ke belakang, benarlah ada Sarah yang sedang melongokkan wajah di jendela.

"Kak, kak Raka."

Aku balik ke timbunan sampah dan mengambil penghapus usang yang mengenai kepalaku kemudian memberikannya pada Sarah lewat jendela dimana ia berada tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Makasih ya kak. Semoga dapet pahala, kalo ikhlas tapi hehe," kata Sarah sambil tertawa.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman yang mana ku tau dari lagunya "Raihan" yang berjudul "Senyum" bahwa senyum adalah sedekah yang paling mudah. Ya sudahlah, paling tidak dengan tersenyum aku sudah bersedekah.

Betapa mudahnya mood ku untuk berubah. Hanya karena bertemu gadis yang pernah kutolak saja aku jadi lunglai dan merasa kikuk sendiri, merasa berdosa karena telah menolaknya. Padahal Kartika sendiri bilang apapun jawabanku ia akan menerimanya dengan hati yang penuh lapang, kenapa aku ketakutan sendiri dibuatnya. Begitulah hidup terutama dunia percintaan yang tak selamanya mulus, kadang kita ditolak kadang pula kita menolak. Kadang kita mencintai seseorang namun ia tak mencintai kita atau sebaliknya kita dicintai dengan tulus oleh seorang wanita namun kita tak bisa mencintainya. Kapan ya aku menemukan seseorang yang mencintaiku ketika aku juga mencintainya. Lalu bagaimana kisah ayah dan ibuku dulu ya? Apa mereka juga pacaran? Ataukah mereka langsung menikah.

Raka! Tiba-tiba ada suara menggelegar yang memanggil namaku.

"Apa-apaan kamu ini Raka! Ibu sedang menjelaskan tapi kamu malah asyik berkhayal memikirkan si doi," Bu Lastri terlihat kesal.

"Maaf Bu."

"Kenapa kamu? Diputusin sama pacarmu?"

"Saya jomblo Bu."

"Nggak tanya."

Sontak teman-teman di kelasku terbahak-bahak. Aku sedikit kesal dan juga malu karena menjadi bahan tertawaan. Begitulah, Bu Guru Fisika tersebut memang tak pernah membiarkan seorang pun melamun di kelasnya.

***

Medan magnet merupakan sebuah gambaran yang digunakan untuk mempresentasikan bagaimana gaya magnet terdistribusi diantara suatu benda bermagnet tersebut. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa magnet memiliki dua kutub yang memiliki gaya tarik-menarik ataupun tolak-menolak tergantung kutub mana yang saling berdekatan yang mana gaya tarik-menarik tersebut juga memiliki batas jangkauan yang dak dapat kita lihat oleh mata. Begitulah Bu Lastri menjelaskan. Rupanya begitu, mungkin hati manusia juga memiliki medan magnet yang memang tak dapat dilihat namun dapat dirasai. Mungkin begitulah cara kerja cinta, dua kutub yang didekatkan haruslah yang bisa menghasilkan gaya tarik-menarik. Aku mulai berpikir, mungkin aku bisa bertemu dengan orang yang kucinta dimana ia juga mencintaiku jika kami memilik gaya saling tarik-menarik. Aku menariknya dan ia pun menarikku, lalu kami bertemu. Tapi kira-kira bagaimana caranya? Dan siapakah ia?

"Assalamu'alaikum. Permisi." Aku tersentak. Ternyata itu Sarah, ia masuk ke dalam kelasku. Kami semua kompak menjawab salamnya, "Wa'alaikumsalam."

"Ada apa nak?" Kata Bu Lastri ketika Sarah mendekatinya.

Entah apa yang mereka bicarakan aku benar-benar tak tahu dan tak ingin tahu. Yang ku tahu sebelum Bu Lastri keluar, beliau mengatakan bahwa pekan depan akan diadakan kunjungan persahabatan antara sekolah kami dengan SMA N 2 Muara Padang karena hanya ada dua SMA Negeri di Kecamatan kami, dan juga semuanya wajib datang walaupun tak seorangpun murid kelas tiga dilibatkan dalam perlombaan.

Dan lagi, kenapa ketika pikiranku sedang melayang-layang entah kemana, Sarah selalu muncul. Gadis manis dengan wajah bulat telur namun chubby dan lesung di pipi kirinya itu lumayan menyita perhatianku untuk sesaat. Sepertinya ia memiliki daya penarik itu. Bagaimana tidak, jika ia tertawa, nampaklah giginya yang berderet teratur bak rak buku ditambah pula matanya yang bulat lebar dengan bola mata hitam akan membuatnya tambah cantik jika ditambah sedikit eyeliner. Alisnya rapi bak ulat bulu juga bulu matanya yang lentik dan panjang terasa seperti akan ada anginnya jika ia berkedip. Bibirnya tidak terlalu tipis dan tidak pula lebar, kutaksir bahwa lidahnya juga panjang karena ia begitu bagus jika mengatakan sesuatu menggunakan Bahasa Inggris. Kulitnya kuning langsat muda. Rambutnya legam bak arang dan lurus panjang hingga pinggul. Badannya tidak pendek namun tidak pula tinggi, sesuai dengan berat badannya yang tidak gemuk namun juga tidak kurus. Walaupun hidungnya pesek, menrutku justru itulah yang membuatnya imut. Berhentilah memikirkan Sarah, Raka. Sadar diri! Mana mau dia denganmu.

***

UNPREDICTABLEWhere stories live. Discover now