8

13 4 0
                                    

"Tentu saja aku tidak mengerti, apakah kamu melihatku berada di sana? Jelas tidak adakan! Sudahlah tidak usah membahas omong kosong seperti ini, karena terkesan bahwa dirimu ini sungguh konyol bagiku!" Ervan membalas ucapan Rika dengan nada yang sedikit kasar saat membentak Rika, lalu akhirnya Ervan melongos pergi tanpa mengajak Rika untuk ikut bersamanya.

Dari situ Rika terdiam sesaat dengan kepala tertunduk. Kesalahan terbesarnya hari ini adalah mengajak Ervan untuk mengobrol, seharusnya dia sadar jika Ervan memang tidak berada di tempat kejadian, jadi bagaimana mungkin Ervan bisa mempercayai ucapannya.

Rika sangat merutuki kesalahannya karena telah mengajak Ervan untuk berbicara tentang pertanyaan konyol seperti itu, lain halnya dengan yang terus terang tengah Ervan mengulang-ulang pertanyaan Rika di dalam batinnya, seakan itu memang pertanyaan yang wajar untuk dipertanyakan dan dicarikan jawabannya.

Ervan tidak benar-benar meyakini pertanyaan Rika, tapi bukan berarti Ervan harus menolaknya. Mungkin saja, Ervan bisa bersikap acuh di hadapan Rika tapi diam-diam dia juga ingin mendapatkan jawaban sebenarnya. Hanya saja, ia belum melihat Irvan ataupun Damar di sekolah ini.

Irvan dan Damar tidak berangkat ke sekolah bersamanya, saat Ervan baru saja keluar dari rumah dan bersiap ke sekolah. Ibunya memberitahukan bahwa Irvan maupun Damar telah pergi lebih dulu darinya. Dan hal itu membuat Ervan bertanya-tanya kemana mereka berdua pergi tanpa mengabarkan sesuatu kepadanya.

Saat Ervan hampir sampai di dekat gedung aula tempatnya berlatih, ia melihat seseorang yang ia kenali sedang berdiri di depan pintu aula.

Ervan mendengus. "Disana kau rupanya," Ervan berseru sambil mempercepat langkahnya. "Darimana saja kau menghilang pagi ini, aku pikir kau benar-benar menghilang dari kehidupanku agar aku bisa hidup tenang. Kau tau--" Ervan menjeda ucapannya sembari menghela napas kasar, ia hampir saja memukul kepala Irvan yang ada di depannya.

"Mengapa kamu mencariku?" Irvan bertanya dengan raut wajah polos

"Tentu saja aku mencarimu bodoh, kau tau sendiri, saat kau hadir di dalam kehidupanku. Kau telah mengubah cara berpikir semua orang, sampai mereka bisa menggangap kita sebagai saudara," Ervan menjelaskan dengan kalimat yang cukup panjang, mungkin memang hanya terjadi saat ia berdebat dengan Irvan ataupun Damar maka dia akan mengeluarkan kalimat yang cukup panjang untuk membuat orang lain terdiam. "Sekarang Damar berada di mana?"

"Aku tidak melihatnya, aku sudah berada di sini sejak tadi."

"Benarkah? Kupikir kalian berangkat ke sekolah bersama, dan meninggalkanku sendirian."

"Aku hanya berangkat seorang diri, dengan menaiki ojek."

"Ehm, yasudahlah lupakan itu. Ada satu hal yang ingin kupertanyakan kepadamu," ucap Ervan

"Pertanyaan apa?"

"Apakah kau benar memiliki kekuatan super selain memanipulasi pikiran orang lain? Seperti memanipulasi waktu."

"Maksudmu?"

"Aku mendengar cerita dari Rika, saat Damar sedang dalam bahaya. Rika melihatmu datang untuk menyelamatkan mereka, dan dia bilang kalau kamu sempat menghentikan waktu. Apakah itu benar?"

Irvan terdiam, nyaris tak bisa membalas pertanyaan Ervan untuknya. Tapi, mau tidak mau Irvan tetap harus menjelaskannya pada Ervan karena ini merupakan tanggung jawabnya.

"Sebenarnya, aku memang bisa melakukan beberapa hal. Karena aku memang bukan manusia, kamu sendiri tau mengenai itu. Namun, aku hanya bisa melakukan itu saat-saat terdesak, aku tidak akan bisa terus-menerus melakukannya apalagi di dunia manusia seperti ini."

Rendezvous & VengefulWhere stories live. Discover now