6

32 7 29
                                    

Jadilah pembaca yang baik, karena sebenarnya dengan kalian menge-klik VOTE serta membuat sedikit komentar, adalah asupan terbaik bagi otak sang penulis dan itu berlaku untuk siapapun. Sementara disaat kalian memilih menjadi silent readers, maka akan menghasilkan toxic yang menghancurkan semangat sang penulis.

👻

Ervan lalu menggerakkan jarinya untuk menggeser tombol berwarna hijau, dan mencoba untuk terlihat santai sembari menunggu si penelpon bersuara lebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ervan lalu menggerakkan jarinya untuk menggeser tombol berwarna hijau, dan mencoba untuk terlihat santai sembari menunggu si penelpon bersuara lebih dahulu.

"Ervan?"

Suara ini jelas adalah suara khas dari tantenya, entah untuk alasan apa tantenya menelpon melalui hp-nya Damar.

"Iya, ada apa tante?"

"Damar, nak..!" Tantenya itu menyahut dengan intonasi yang tegas

"Apa yang terjadi dengan Damar, tante?"

"Maaf jika tante lupa untuk memberitahukan kepadamu lebih dulu nak. Sebenarnya, Damar sedang dalam perjalanan ke Makassar. Atas permintaan kedua orang tuamu, tante meminta agar dia ikut tinggal bersama kalian di sana."

Mendengar ucapan tantenya itu, membuat kepala Ervan terasa sakit. "Maksud tante, Damar dipindahkan ke Makassar?"

"Iya nak, sekarang Damar dalam perjalanan menuju ke Makassar."

"Apa tante juga ikut kesini?"

"Tidak nak, hanya Damar yang berangkat seorang diri."

"Apa yang terjadi sampai Damar pergi seorang diri, kesini?"

"Sejujurnya nak, Damar sempat menolak untuk dipindahkan kesana. Tapi karena tante merasa kasihan dengan keadaan Damar, yang selalu mendapat bully-an dari para teman sekolahnya. Maka tante terpaksa memaksanya, untuk tetap pindah kesana. Bahkan tante mengurus semua surat kepindahannya, tanpa sepengetahun Damar. Dan saat waktunya ia sudah berangkat, tante tidak sadar jika dia lupa membawa handphone-nya, dan hal ini membuat tante khawatir karena dia tidak menghubungi siapapun saat sampai di sana."

"Pada awalnya mengapa tante tidak mengabariku lebih dulu? Atau bahkan mengantar Damar dulu."

"Maafkan tante, karena saat ini tante tidak punya uang lebih untuk menyewa mobil. Bahkan semalam tante berusaha untuk meminjam uang ke tetangga, Damar langsung melarang tante untuk melakukannya. Dia terus mengatakan pada tante, bahwa ia akan pergi meskipun hanya seorang diri."

Ervan menghela nafas panjang setelah mendengarkan penjelasan panjang dari tantenya itu, sekarang Ervan merasa dirinya tidak bisa berpikir jernih terhadap sesuatu apapun.

Bahkan ia tidak sadar jika Irvan yang sedang berada di sampingnya, sedang sibuk memperhatikan gerak-gerik dan ekspresi wajah Ervan yang berubah drastis.

Rendezvous & VengefulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang