04. Rupiah dan Utang

14 0 2
                                    

"Hoi. Utang lo yang kemaren belum lunas lho..."

"Yaelah... utang gue cuma gopek juga..."

"Gopek pun juga duit. Pena gue yang edisi ke-34 berapa lama lo pakai?"

"Du-dua jam pelajaran seni budaya..."

"Oke, besok lo bayar seribu lima ratus sama gue. Kenapa? Karena satu jam pelajaran, tinta pena gue hargai lima ratus rupiah. Kalo dua jam, berarti tinggal di kali dua. Hasilnya seribu. Ditambah gopek yang kemaren. Pokoknya lo harus bayar! Kalo enggak, uang kas lo gue potong buat bayarannya!" 

"Iya, iya besok!"

"Nah, elo! Kemaren minjam sandal jepit korea gue kan?"

"Sandal jepit Jepang kali..."

"Terserah lah. Orang gue belinya cuma di warung depan sekolah, bukan di Jepang ato Korea."

"Terus?"

"Kemana aja lo bawa sandal gue jalan-jalan?" 

"Emm.. kemaren gue cuma ke koperasi sih..."

"Koperasi ya? Kalo gak salah, ke koperasi itu cuma butuh dua puluh langkah. Jadi totalnya lo mesti bayar dua ribu ke gue."

"Lah? Kok bayar?"

"Harga daging naik, entar emak gue mau bikin rendang pake apa? Lengkuas sama santan doang?"

"Lah, lo kok curhat ke gue sih?"

"Gue gak mau tahu, bayar atau uang kas lo yang jadi taruhannya?"

****

Gue menguap pelan. Jam matematika selalu saja terhenti ketika sedang seru-serunya. Seperti biasa, wali kelas kami selalu saja mendapat panggilan tak terduga. Gue duga kuat kalau itu dari rentenir-nya yang ke-dua belas. 

"Maaf ya anak-anak. Ibu ada urusan mendadak. Jadi, kalian kerjain aja latihan yang ada di papan tulis." Guru matematika melenggang keluar. Gue berteriak dalam batin. Akhirnya jamkos juga, Ya Allah... 

"Syah, kerjain latihannya sama-sama yuk..." Asu mengeluarkan buku paket dari laci disaat gue menatapnya keheranan. Demi Squidward Tenpoles yang mendadak tampan, ini anak ketemu apa sampai jadi rajin disaat yang gak tepat?

"Kita berdua juga ya!" Chihiro dan Areum yang datang entah darimana sudah menarik kursi masing-masing menuju meja kami. Gue hanya mengangguk pelan. 

"Jujur, gue gak terlalu hebat matematika sih..." gue mengambil pensil mekanik. membuka-buka halaman yang ditugaskan sebelumnya. Ujung mata gue melihat Asu yang merebahkan badan ke kursi dan membuka buku cetak untuk menutup wajah. 

Dia yang nyuruh ngerjain latihan, eh dia pula yang molor. 

"Ngerendah amat sih lu, say!" komen Chihiro tanpa memandangi gue setitik pun. 

"Buat apa ngerendah lagi kalo badan gue udah rendah..." Areum memasang tampang tergobloknya. Kemungkinan besar nggak mengerti maksud omongan gaje gue. Yah, gue sendiri juga gak ngerti sih...

"Ngg?? ngomongin rendang ya?" Asu bangun dari mimpinya. Menarik badan dari sandaran kursi. Gue dan yang lainnya tetap fokus sama latihan. 

"Rendah, bukan rendang. Mau tidur gak tidur, lu sama aja ya?" sosok yang tidak gue duga pun ikut nimbrung memecah kefokusan kami. 

Bangsul... darimana lagi nih datang tukang utang?

Hening sejenak. 

"Gini ya, kalo mau nagih nanti aja deh." Gue pun angkat bicara melawan Si 'Menteri Keuangan' 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hidup itu Nggak SusahWhere stories live. Discover now