|3| ?

8 6 4
                                    

/Ketika keraguan menyiksaku tanpa ampun, kau muncul sebagai bisu dengan seribu tanda tanya baru/


R A G U

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R A G U

Adira meletakkan sepeda di parkiran asrama putri. Kemudian mempercepat langkahnya menuju asrama nomor 95 di lantai dua.

Tangannya lincah mengetuk pintu kamar. Saat ini jam menunjukkan setengah sebelas. Ia sedikit meredam suara ketukan tangannya. Tapi manusia di dalam kamar asramanya tak kunjung membukakan pintu.

Sebentar Ra. Suara parau milik Linka terdengar sayup-sayup.

Benar, Linka yang membukakan pintu. Adira sedikit melirik ranjang yang berada di atas ranjangnya. Arisha. Manusia itu sudah tertidur atau mungkin pura-pura tidur.

"Kok lo belum tidur?" tanya Adira sembari meletakkan ponsel miliknya di atas nakas dekat ranjangnya. Kemudian membuka jendela yang sudah tertutup. "Bentar ya, ngadem dulu." senyumnya mengembang sempurna.

"Belum ngantuk. Masih mikirin remidi yang tadi." Ia berjalan mendekati Adira yang tergeletak di sofa dekat jendela.

"Alah apaan si. Bilang aja lagi mikirin si Alfa" Adira tersenyum jail. "Kan, kan?"

Bantal yang sejak tadi ada dalam pelukan Linka melesat mulus di kepala Adira. "Dasar sok tahu!"

"Bener kan?"

"Enggak tuh!"

Matanya menatap Linka. Mencoba menerawang apa yang dipikirkan si pemilik mata biru itu.

Linka juga tidak kalah cantik dengan Adira. Linka bahkan berdarah campuran. Nasibnya hampir sama dengan Adira. Hanya saja, lebih menyedihkan kisah Linka. Sampai sekarang Linka tidak tahu wajah ayahnya. Ibunya hanya bercerita jika ayahnya pergi meninggalkannya ketika berada di kandungan. Dan naasnya ibunya meninggal satu tahun yang lalu. Karena ini juga Linka memutuskan tinggal di asrama. Ia tidak mau tinggal bersama pamannya.

"Terus?"

Linka menatap keluar jendela. Rambutnya beterbangan diterpa angin yang menerobong masuk melewati jendela. "Gue mau pindah Ra" ucapnya kemudian menoleh menatap Adira.

"Pindah? Pindah kemana? Ke rumah paman lo di Medan?"

"Ke Kanada."

"What? Are you kidding me?"

"No, seriously." jawab Linka tanpa ragu. Ia berusaha meyakinkan teman satu kelas dan se-asramanya itu.

H A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang