[1] Ancaman?

26.8K 2.4K 1K
                                    

Malam dengan kondisi hujan di luar membuat suhu udara terasa sangat dingin, semua orang berkumpul di ruang tengah dengan membawa selimut dan bantal.

Sembilan pria yang asik menonton film horor dengan serius, dan ditemani banyak makanan di setiap sisi orang yang duduk.

"Coba si Lix gak usah nyampah! Gua capek beresinnya!" Woojin melemparkan sisa-sisa bungkus makanan pada Felix, padahal sisa bungkus-bungkus itu tidak semuanya bekas dirinya.

Felix hanya diam memunguti sampah-sampah yang di lemparkan Woojin padanya.

"Hyunjin! Ini bekas ciki lo juga! Bantuin Felix juga!" Jeongin membantu Felix memunguti bungkus-bungkus yang masih Woojin lemparkan dari sela-sela sofa, di kolong sofa, di atas meja, dan di sisi karpet.

"Udah diemin aja, biar gua yang ngambilin, gak usah di lempar!" Felix bersuara karena dongkol rasanya tidak punya harga diri, emang siapa yang mau di lemparin sampah? Gak ada kan? Makanya Felix ikut dongkol.

"Capek gua ngomongin lo! Kebiasaan ada tong sampah juga masih aja lo buang sembarangan! Otak lo pake!" Woojin meninggalkan pekerjaannya dan menutup pintu kamarnya kencang.

"Bacot banget goblok!" Bangchan kesal karena merasa terganggu sedang menonton film.

Felix yang merasa dia yang terus menerus di salahkan hanya membatin, dan meneruskan pekerjaannya.

"Ganti kek filmnya, gua gak bisa nonton." Seugmin menutupi wajahnya dengan selimut.

"Tidur aja Min, ke kamar sana." sahut Lino.

"Takut ah, suara filmnya ampe sana."

"Udah ni, sini satuin." Hyunjin membawa kantong kresek besar mendekat pada Felix.

"Sabar Lix," ujar Hyunjin setengah berbisik di samping Felix.

"Gua diem selama gua bener, gua bakal bertindak kalo semuanya udah kelewatan." sahut Felix datar, dan meninggalkan Hyunjin yang masih mematung, namun ia tidak terlalu memikirkan, ia kembali mengumpul dengan yang lain.

Ting. Ting. Ting.
Ponsel Lino terus berbunyi berkali-kali, membuat semua orang mengalihkan pandangannya pada ponsel Lino.

"Lin, brisik!" Bangchan kesal.

"Biarin aja." sahut Lino santai dengan matanya yang masih tertuju pada film.

"Udah lah lo keluar aja sana! Telponan kek apa kek, bacot Bangchan ganggu gua tidur!" Woojin berteriak dari kamar, kebetulan kamar Woojin berada tepat di ujung nakas TV.

"Bacot! Lo bisa gak si Chan gak marah-marah! Emosi orang dengernya, monyet!" Jisung ikut kesal.

"Apa sih! Kok lo semua malah adu bacot kaya gini! Gak sekalian lo ambil tu golok di belakang!" Hyunjin menengahi Jisung yang sudah emosi.




"Karena kekuasaan doang, bisa buat orang sombong. Hhh, suatu saat lo bakal balik ngerasain posisi ini."









*








Seugmin bangun pada tengah malam, tidak sengaja ia mendengar suara gaduh dari luar, namun sangat samar, tapi ia bisa mendengarnya, ia keluar kamarnya melihat dua orang yang masih terjaga di depan TV, Seugmin tidak tahu siapa yang di sana, yang Seugmin tau mereka sedang sibuk dengan ponselnya sendiri-sendiri.

"Bangun lo?" Changbin mendapati Seugmin yang berlari.

"A-iya, kebelet kencing." Seugmin melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Saat melewati dapur, Seugmin melihat seseorang berjongkok di bawah wastafel dengan pisau yang sedang di asah di bawah kucuran air.

Seugmin menjadi takut sendiri, ia tidak mau mendekat, karena lampu dapur juga mati, dan lebih baik ia pergi kembali ke kamar.

Saat ia berlari dari arah depan dan..
Bugh.
Seugmin memucat, tubuhnya gemetar, ia merasa ke takutan.

"Min, kenapa?" Jisung bingung karena wajah Seugmin memucat.

Seugmin menggeleng cepat dan bangun, ia berlari meninggalkan Jisung yang bingung.

"Lo belum tidur?" Jisung tergeloncat, mendapati Hyunjin yang datang sambil membelah apel dari arah dapur, tapi kamar Hyunjin ada tepat di sebelah dapur, Jisung tidak ambil pusing dia hanya menenangkan detak jantungnya karena Hyunjin yang datang dengan tiba-tiba.

"Belum gua haus,"

Jisung meninggalkan Hyunjin yang berjalan searah dengannya, ke dapur.
Karena kamarnya berada di samping dapur.










*










"Lino mana deh? Dari tadi gak masuk-masuk," Changbin bergumam sambil membuka pintu, mengecek keluar.

"Dih, gak ada. Apa udah masuk?" ia kembali menutup pintu dan mengunci pintu, tanpa Changbin sadari ada seseorang yang berdiri dengan senyum smirknya di luar sana.


"Dengan begini gua bisa masuk lewat jendela kamarnya langsung."











*












Pagi harinya di jam empat subuh Jeongin bangun, karena ia mencium bau anyir yang menusuk hidungnya, dengan mata yang ia paksakan terbuka, untuk mencari asal bau itu datang.

Ia pergi keluar kamarnya, mendapati Felix yang baru saja menaruh pisau di atas meja dan berjalan cepat ke arah dapur.

Jeongin mengerenyit Felix berdiri tepat pada kamar Bangchan, ia mendekat ke arah kamar Bangchan, dan bau bangkai itu semakin menyengat, ia melihat pisau itu ada darah segar dari pisau.

Jeongin merasa aneh, ia mendobrak pintu kamar Bangchan, dan aroma tidak sedap kembali menyeruak dan semakin tajam di hidungnya.

"Chan!"





























"Apa sih?! Ini tuh bukan gue!" Felix membantah tidak senang. Jelas-jelas ia tidak melakukan apapun di kamar Bangchan.

"Lo ngaku deh! Gua liat lo dari kamar Bangchan kok!" Jeongin mengotot. "dan gua liat sendiri lo bawa pisau udah berdarah! Ini buktinya!" Jeongin menodongkan pisau pada Felix.

"Bukan gu-"

"Lo kalo gak suka sama gue bilang deh, gausah bopung sampe bikin anceman dari bangkai kaya gini, sampah tau gak?!" Bangchan geram, kesal, dan sangat marah, pasalnya kamarnya kini di penuhin tulisan ancaman dari bangkai hewan busuk.

"BUKAN GUE ANJING!"

Bugh!

Satu tonjokan mendarat tepat di pipi Felix.

"Gua gak masuk ke kamar dia, bangsat! Gua nyium bau gak enak sampe gua gak sadar kalo gua motong apel nyayat tangan gua sendiri! Liat ini anjing!" Felix menunjukan sayatan panjang di tangannya.

"Apaan sih bacot banget pagi-pagi!" Lino muncul dari balik pintu kamarnya dan mendekat ke arah kamar Bangchan.

"Woy bau apaan ini?!" Seugmin berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya, karena ia benar-benar tidak kuat dengan baunya.

"Terus siapa yang ngelakuin ini?! Kampungan sampe bikin-bikin dari bangke kaya gini!"

Changbin menyusup ke kamar Bangchan langsung, ia ingin melihat keadaan kamar Bangchan yang membuat pemiliknya marah.

Tanpa di sadari ada yang tersenyum puas karena keberhasilannya membuat kekacauan.










"Ini baru langkah pertama Chan, tunggu permainan selanjutnya."

Dorm || Straykids [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora