15. Three (stupid) Musketeers

Mulai dari awal
                                    

"Saya tidak percaya Mr Nicholas bisa terlambat hari ini," ucap Miss Parkinson. Guru fisika sekaligus kesiswaan paling garang di muka bumi.

"Sorry, I overslept."

"Kamu tahu apa yang Albert Einstein ucapkan tentang waktu?"

Mr Parkinson mengira aku tidak bisa menjawab.

"Time is what the clock says," jelasku.

Miss Parkinson menghela nafasnya. "Sit, I don't wanna see you in my office."

Aku melangkahkan kakiku canggung untuk duduk di kursi. Beberapa teman melirikku, sebagian aku lihat ada yang menahan tawa, mungkin karena rambutku yang masih berantakan. Lucas ada di kursinya. Menatapku dan tersenyum lebar. Aku merasa pipiku memerah. Aku benar-benar memalukan.

***

Jam pelajaran sudah berlalu walau tidak terlalu baik. Lucas menepuk pundakku sebelum ia keluar dari kelas dengan membawa tas dan sepatu latihannya. Cara kita berkomunikasi masih belum terbuka, tapi aku bisa merasakan kehangatan yang sama. Terlebih saat ia menatapku dan tersenyum. 

Tenggorokanku serat. Aku sudah berada di cafetaria yang sibuk seperti biasanya, aku melihat ke sekeliling berharap mataku menemukan Sidney atau Jordan.

Tapi yang aku dapat adalah suara seseorang mencela sambil berteriak.

"You're a fucking fag! just like him!"

Kerumunan kecil langsung terjadi di meja tempat pemain sepak bola biasa makan siang. Aku berusaha untuk tidak peduli sampai aku mendengar beberapa siswa lain berteriak. Piring besiku belum terisi karena aku masih mangatre, aku simpan piringku dan mencoba untuk mengintip apa yang sebenarnya terjadi.

Mike sudah berbaring di lantai dengan luka lebam dan bibir yang sobek. Derek dengan logat sok jagoan berdiri dengan kepalan tangan yang berurat didampingi dengan dua temannya yang sibuk menertawakan. Dari semua orang yang menonton tidak ada satu orang pun yang mengambil tindakan, aku terheran.

Carol, pacar Mike yang sepertinya baru keluar kelas berlari mendekat ke arahku. Aku menarik tangannya langsung.

"Panggil Miss Parkinson sekarang," bisikku pada Carol.

"I want to see my boyfriend."

"Kalau kamu mau tolong pacarmu, panggil Miss Parkinson sekarang!"

Carol mengangguk,  wajahnya sedikit cemas. Ia langsung berlari menuju kantor.

Aku tidak melihat Lucas dan teman-temannya yang lain, sepertinya mereka sudah mulai latihan. Aku yakin Lucas dan lainnya tidak akan membiarkan ini terjadi kalau Mike sedang bersama mereka. Entah kenapa aku merasa terpanggil untuk membereskan permasalahan ini. Mike sudah kenal denganku. I have to do something.

Aku menyalip beberapa orang untuk mendekati Mike dan membantunya berdiri.

"So, this is your boyfriend, huh?" ledek Derek.

Mike menyeka darah di bibirnya, mengepal tangannya dan bermaksud menghajar balik Derek.

"Stop it Mike, he's not worth it," pantrangku.

"It's not your fucking problem weirdo."

Aku menatap Derek tajam. "Yeah I know, It's your problem with her."

Mataku tergiring untuk melihat Miss Parkinson yang sedang berjalan dengan langkah kaki yang besar sambil bertolak pinggang. "You little pest!"

Nice timing. Eat your detention as lunch, Derek.

"You three. Come to my office now!" Miss Parkinson menunjuk Derek dan dua temannya yang lain.

"You can't do this," ucap teman Derek menentang Miss Parkinson.

"Of course I can! I can kick your ass out of here and call your parents to take junks like YOU out from this school!"

Wajah Derek dan dua temannya mendadak pucat pasi. Seluruh siswa di cafetaria menatap dan sebagian menertawakan mereka. Mike masih merangkulkan tangannya di pundakku saat Carol menghampiri dengan nafas yang satu-satu.

"Thanks Sam," ucap Carol.

"Untung kamu datang tepat waktu," aku pindahkan tangan Mike ke pundak Carol.

"Untung kamu cerdas dan menyuruhku memanggil Miss Parkinson."

Aku hanya tersenyum tipis.

Kita bertiga memutuskan untuk duduk di meja kosong saat tiga serangkai bodoh itu pergi menuju kantor. Tidak lama dari itu, Miss Parkinson datang menghampiri.

"Mr Boston, saya tunggu kamu juga di kantor," ucap Miss Parkinson.

"Baik Miss," ucap Mike.

"Kamu mau aku temani?" Tanya Carol.

"Nggak usah, kamu di sini saja dulu bareng Sam. Jangan khawatir, aku punya alasan kuat biar nggak disalahkan."

Mike dan Miss Parkinson berjalan menyusul Derek dan temannya itu ke kantor meninggalkan aku dan Carol di meja. Siswa-siswa lainnya sudah bubar dan sibuk kembali dengan urusannya masing-masing.

"Kamu tahu alasan Derek menghajar Mike?" tanyaku pada Carol.

"Sepertinya karena Mike juga memutuskan untuk keluar dari tim sepak bola seperti Lucas."

Aku mendengus, sedikit tertawa.

"Dia memang gila, pantas saja tim sepak bola dia tahun ini tidak di ajak bermain di Homecoming."

"Yeah I know," ucap Carol lirih.

"Mm, kalau begitu. Kamu mau makan siang?"

"Yeah, boleh, aku lapar."

Di pantry, aku yang sedang berbaris untuk mengambil makanan bersama Carol melihat Sidney dan Jordan yang baru datang ke cafetaria.

Mereka berdua sedikit berlari menghampiriku.

"Sam kamu masih mengantre? Aku pikir sudah selesai."

"Kamu melewatkan momen besar Sidney," ucap Carol.

"What just happened?"

"Sammy baru saja jadi pahlawan," jawab Carol sambil tersenyum lebar kepadaku.

Oh sungguh, itu terlalu berlebihan.

Vote and Comment will be highly appreciated

Love, Zakiel 

The Way You Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang