[6: cinta luar biasa]

26 8 0
                                    

   [ Bulan Juni ]

  Bulan merebahkan diri di kasur kesayangannya. Ah, enak rasanya. Bulan pun membuka handphonenya. 'Emm enak nya gue ngapain ya?' Bulan pun memilih membuka instageram. Tiba-tiba nama 'June' terlintas di pikirannya, entah mengapa, tanpa ragu Bulan mengetik nama june.
'Ketemu!' Pekik Bulan dalam hati sambil menekan username @juneangkasa dan menekan mengikuti. Namun Bulan terdiam kembali.
'Gue ngapain?' Batin Bulan dalam hati. Bulan menutup mukanya, merutuki dirinya yang bodoh ini.
Tok tok tok!
Bulan merapikan bajunya yang kusut dan membuka pintu kamarnya, membiarkan handphonennya tergeletak di kasur. "Apa sih Bang?" Tanya Bulan ketus. "Galak amat sih mau numpang pipis." Jawab Langit asal. "Oh tamu ya? Enak banget numpang di kamar gue, nanti bau bibit rendahan." Balas Bulan sinis. Langit hanya mendengus kesal kemudian mencubit pipi adiknya itu. "Lo durhaka banget sama gue! Gue cuma minjem hp." Ucap Langit gemas.
"Gue lagi keselll banggg!" Kesal Bulan. "Oh ya, kenapa?" Tanya Langit penuh penasaran. "Gue tadi gabut kan. Terus buka IG. Gue malah ngetik nama June coba! Kan kesel!" Ucap Bulan penuh berapi-api. "Hah? Kesel kenapa sih?" Tanya Langit, hatinya tertawa terbahak-bahak. "Masa iya pas gue buka IG pikiran gue penuh nama dia! Gue abis digibahin ya makanya gue jadi pusing?!" Bulan berceloteh asal. Ingin rasanya Langit tertawa karena gemas dengan ketidakpekaan Bulan. "Ah gitu doang, mending balik!" Langit pun memasuki kamar Bulan, merampas handphone Bulan yang tergeletak begitu saja. Langit pun pergi menuju kamar dan tiba-tiba tertawa sendiri. Bulan bergidik ngeri, Ia menyumpahkan Kakaknya hari ini sedang setengah gila.

Cling!
@juneangkasa, started following you.

****

  "Wah onlen." Gumam June. "Apa yang onlen Jun?" Tanya Malik yang sedang memainkan PS milik Septa. Ya hari ini June sedang berada di rumah mewah Septa bersama semua sahabatnya. "Halah paling Bulan." Cibir Musa. "Menurut gue Bulan tu ga cantik cantik amat," ucap Musa. Namun June tidak mempedulikan itu. Bagus menurutnya jika Bulan cantik hanya di mata June. "Tapi manis." Tambahnya.
June menatap Musa dengan sangat sinis. Musa tertawa sejadi-jadinya, melihat June yang terlihat tidak mau Bulan embat olehnya. Meski menjadi teman pun. Menurut June, itu bisa menjadi teman proses pacar. Dasar, posesif.  "Sialan takut gue," Musa tertawa. "Oh June kasmaran? Baru tau gue." Celetuk Malik yang sedang fokus dengan gamenya. "Lo kemana aja sih nyet, padahal lo samping gue," ucap Musa. Malik menyeringai, "duh bang Musa aku jadi malu~ malu Ayang Musa mengakui kedekatan kita, aw!" Goda Malik yang langsung berpaling dari game nya. Musa bergidik ngeri, "mit amit gue deket sama lo!"
Malik pun bermain gamenya kembali, namun sayangnya.. "AH KALAH! WOI MUSA! GARA GARA ELO SIH!" Teriak Malik marah. Musa melototkan matanya, tidak sudi disalahkan. "Dih, bukanya elo."
"Seorang Malik Ibrahim Kadhentara tidak pernah mati dalam game ini!"
Musa mendelik sinis, tidak berniat meladeni Malik. Septa dan June menggelengkan kepalanya. "Bego." Umpat Septa sambil tertawa pelan.
"Eh gue pamit dulu ya," ucap Musa seraya menatap arlojinya. "Eh gue juga deh." Malik pun menyengir kuda. "Yaudahlah sana jauh-jauh." Usir Septa. Malik mendelik sinis, mengikuti gaya June. "Nyesel gue jadi temen lo, Sep." Kata Malik. "Sep sap sep sap. Sejak kapan lo jadi temen gue huh?!" Ucap Septa sambil menjambak rambut Malik. "Adaw! Jahat banget anjir, gue pergi aja ah," Musa, dan Septa tertawa terbahak-bahak. Setelah mereke pergi, June memilih membawa gitar Septa.
Septa masih terdiam, penasaran apa yang akan dilakukan June selanjutnya.

"Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini
Inginkan dirimu."

June yang kini berumur 7 tahun sedang bermain di atap rumahnya bersama Septa. Mereka berdua sama-sama memandang langit pagi hari yang sangat indah. "Indah banget kan Jujun." Gumam Septa. Pandangan June beralih ke seorang anak yang kira-kira sama seperti mereka. "Ahhh sakit!" Teriak anak perempuan itu. Sepertinya ia terjatuh, tepat di depan rumahnya. Dengan cepat, June turun kebawah mengobati anak itu. Tak lupa ia membawa plester dan obat merah.
"Kamu ga pa pa?" Tanya June, sambil mengobati lutut anak itu. "Ssh.. ya.. tak pa pa aku." Jawab anak perempuan itu, menahan rasa sakit di lututnya.
"Beres!" June membantu anak itu berdiri. "Terima kasih! Bulan jadi ga sakit lagi!" Bulan tersenyum dengan khas. Manis. Manis sekali.
Jantung June berdegup tidak karuan, meleleh. "Aku pergi dulu ya?" Bulan mengangguk. Septa terdengar sangat berisik memanggil June. June pun kembali ke rumahnya.'

'Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini
Tak kusangka'

'Tak terasa hari telah malam. Seperti biasa June dan Septa menatap jendela atap, untuk melihat pemandangan. June memilih melihat Bulan. Menurutnya Bulan lebih cantik daripada Bulan alam semesta. "Bulan itu manis ya?" Septa mengangguk, "iya cerah!" Sambil menunjuk Bulan yang di atas. June menggeleng, memegang telunjuk Septa mengarahkannya ke arah anak perempuan. Ah rupanya Bulan kecil sedang diluar! "Manis bukan?" Tanya June. '

'Rasa.. ini tak tertahan..
Hati ini selalu untukmu..'

June mengulum senyumnya. 'Bulan, gue selalu buka pintu hati gue buat lo. Kapanpun itu.' Ucap June dalam hati sambil memejamkan mata.

'Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Tapi kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu'

"Aduh nggak nyangka gue, berat juga." June terkekeh hambar. Septa terdiam. Pasalnya mendekati Bulan saja hanya seberapa, itu karena June tidak berani. Rasanya June menjadi pengecut.

'Hari hari berganti
Kini cinta pun hadir
Melihatmu memandangmu
Bagai bidadari
Letik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu
Anggun terikat'

'Manis banget lo astaga. Habis pikir gue kalo mau deskripsiin lo.' Batin June dalam hati, masih memejamkan matanya. Senang bercampur sedih, bisa bertemu Bulan kembali. Rasanya sungguh hebat bukan? Hanya tatap mata saja.. itu adalah suatu keajaiban. Bukankah dunia ini luas?

'Rasa.. ini tak tertahan..
Hati ini selalu untukmu..'

'Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Tapi kupunya hanyalah hati yang setia...
Tulus padamu'

Septa tersenyum miris, ini pertama kalinya June menyanyi sangat menyentuh hati. Ia tahu, sungguh berat rasanya cinta dalam diam. Apalagi ditambah cinta betepuk sebelah tangan. Begitu bukan?

Ting!
LangitAldebaran telah menambahkan anda

LangitAldebaran
June, gw kk Bulan.

                      [Bulan Juni]

Azek di chat kaka ipar, eh belum siapa-siapanya deng :(
Jangan lupa vote sama komen ya, jangan sider!
*1k word.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulan Juni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang