[3 : Debar]

18 7 0
                                    

[ Bulan Juni]

***


[Parkiran sekolah]

P

apa
Lan, pp ga bisa jemput, maaf ya. Kamu hati hati d jalan.

  Bulan menghela napas. Seperti biasa. Berapa bulan Bulan harus menghadapi beberapa banyak alasan? Tidak pernah sekali pun Papa menjemputnya pulang atau mengantarnya berangkat sekolah, terakhir ia dijemput ketika Ia duduk di kelas 3 SMP. So sad.
"Jeje pasti udah pulang," keluh Bulan, sambil menggigit bawah bibirnya. Astaga, Bulan tidak sadar bibirnya berdarah akibat kelakuannya tadi.
"Kebiasaan."
Deg!
Suara berat ini membuat Bulan terkejut bukan main. Bulan memberanikan diri menoleh ke samping, melihat senior nya yang tadi membuat Bulan merasa horor bersama motornya.
June.
June kasih.
June kasih Bulan.
June kasih Bulan helm.
Cewek-cewek yang di sekitar mereka sedikit berteriak histeris, karena ini momen langka. Ingat itu. Langka.
"Apa ini?" Tanya Bulan, sedikit ketus dan gugup. "Helm."
"Gue juga tau." Bulan mengendikkan bahunya, dengan ucapan ketusnya yang khas.
"Pake, naik."
"Lu kira ini wattpad apa? Huh?" June menaikkan alisnya. June mengira Bulan akan gugup dan mengeluarkan merah-merah di pipinya yang-- entah apalah namanya. Dan diluar dugaan, Bulan sangat ketus dan.. anti baper, hem?
"5 detik gue tinggal."
"1"
"2,"
"3,"
  "Gue ikut." Ucap Bulan tegas.
June mendesah lega. Apa-apaan ini, tidak sesuai dengan tipe cewek biasanya. Sepertinya akan susah mendapat hati Bulan, begitu bukan?
  Di sepanjang perjalanan, hanya suara kendaraan di jalan yang menyelimuti mereka, tanpa pembicaraan khusus apapun sampai Bulan sampai di rumahnya.
June akan menduga, Bulan akan meninggalkannya tanpa berterima kasih seperti awal mereka bertemu.
Ia masih menunggu Bulan membuka helm nya, lalu memberikannya kepada June. Dan diluar dugaannya lagi,
"Terimakasih." Ucap Bulan sambil tersenyum manis. June berusaha 1000 kuat tenaga untuk tidak mengeluarkan senyuman kebahagiaannya. Siapa yang tidak tergoda dengan Bulan yang tersenyum semanis itu. Cowok muka tembok sekolah pun luluh, June contohnya.
"Astaga jantung gue kenapa," gumamnya pelan setelah memastikan Bulan memasuki rumahnya.

 ***

                         [ B J ]
 
      [Bulan's home]
Bulan masih berdiri di belakang pintu utama, sedang berusaha menormalkan jantungnya. Astaga, kenapa muka nya tiba-tiba merah begini dan kini ia merasa malu serta bahagia?
Bulan memegang kedua pipinya, memastikan apakah pipinya telah kembali?
"Gue ini alergi apa ya?" Tanya Bulan kepada diri nya sendiri, masih setia memegangi pipinya dan kali-kali ia mencubit pipi gemasnya itu. Ia berjanji setelah berganti pakaian, Ia akan mencari gejala-gejala semua penyakit.

[June's home]
   "Abang Juni! Woi kenapa?!" Tanya adiknya, Julian Putra Sutama Angkasa.
"Baru kali ini gue bahagia, Juli.." jawab June, masih dengan keadaan sadar tidak sadar. June memeluk Juli, seolah-olah Juli adalah Bulan.
"Bulan~"
"Gue bukan Bulan njing!"
"I lop yu bulan bulan~ ah ga nyangka aku~"
"WOI LO MABUK YA BANG?"
"Acu ga mabuk bulan sayanggg~"
Juli hanya pasrah, menerima Abangnya yang datang setengah gila.

 ***

                       [ B J ]

    Seperti biasa setiap berangkat sekolah, June memasang headphonenya, dengan memasang wajah cerah. Namun sayang, wajah datar menutupi kebahagiaannya.
"Eh Juni!" Sapa Malik dan Musa. June hanya mendengus kesal, tidak minat berbicara dengan kedua teman kampretnya. "Ngomong-ngomong kemarin June pacaran dong sama adik kelasnya!" Teriak Malik bagai toa. June menghentikan langkahnya, sehingga Malik yang di belakangnya menubruk punggung June. "Ish ko berhenti sih june?~" Malik meringis, sambil mengusap badannya. "Kemarin udah sampe mana Jun? Ciuman?" Tanya Malik dengan polosnya. June berbalik badan dan menatap Malik setajam silet. "Apa udah ena-en--"
Bug! Musa memukul pipi Malik sampai Malik terjatuh. Dengan wajah tanpa dosanya, Musa membangunkan Malik dan nyengir. "Maaf ga sengaja. Habisnya lo ganteng sih." Malik mendengus kesal. "Sialan lo, Sa."
"Makasih."
"Bukan pujian loh,"
June memutar bola matanya dengan malas dan meninggalkan dua cowo itu.
"AJENGGGG!"
June berhenti. Ia menoleh ke arah sumber suara. Suara merdu yang Ia rindukan setiap saat.
"WOI TURUNIN BUKU GUE :( " teriak Bulan. Buku nya telah di bawa Ajeng dan disimpan ke tempat tinggi. Bulan bisa membawanya jika Ia setinggi Ajeng, 172, sedangkan dirinya hanya 158. "Buku gueee :( " keluh Bulan. Mustahil Ia meminta izin kepada kakak kelasnya, sungguh tidak sopan menurutnya. June tersenyum simpul, melihat Bulan yang susah payah mengambil bukunya. June pun melanjutkan jalannya yang tertunda tadi, menolong kesayangannya.
Dengan cool, June mengambil bukunya, tidak peduli dengan Bulan yang kini berhadapan dengan dada bidangnya.
'Astaga jantung gue' kesal June. June pun meraih bukunya dan sedikit jongkok untuk menyamakan tingginya dengan Bulan. "Buku lo?"
Bulan mengangguk pelan, wajahnya merah seperti kepiting rebus. "Ma.. makasih." Ucap Bulan, sedikit gugup. June hanya mengangguk pelan, tetap menggunakan wajah datarnya. Bulan masih menunduk, menunggu jantungnya berdetak seperti semula. Dengan sekuat hati June menahan senyumannya dan meninggalkan Bulan yang masih menunduk. Gemas rasanya melihat Bulan rebus. Ya.. maksudnya blushing:v

[ Bulan Juni ]

Jangan lupa vote dan komennya! // jangan menghilang begitu sj dan tinggalkan jejakmu //^3//

Bulan Juni Where stories live. Discover now