Himer Merana

4.2K 580 69
                                    

"Apa maksud...." belum sempat Hephestus melanjutkan kalimatnya, Himer kembali melancarkan pukulan yang kali ini dapat diantisipasi oleh Hephestus.

Para pekerja yang melihat si singa kalap tiba-tiba menyerang sang Bos, segera mengambil perlatan yang bisa mereka raih untuk membantu sang Bos. Tapi mereka mengurungkan niat karena Hephestus sudah memojokkan Himer ke dinding.

"Kau gila, ya?"

Himer masih berusaha meronta tapi Hephestus sudah menguncinya erat. "Lepaskan, Brengsek. Kembalikan Mimira!"

Hephestus perlahan melepaskan kunciannya terutama di leher Himer setelah melihat sekilas keputusasaan di wajah laki-laki liar itu.

Himer mengusap lehernya yang sempat dicekik Hephestus. "Di mana kau sembunyikan Mimira?"

"Mimira? Pacarmu itu? Yang benar saja! Aku baru menginjak tempat ini lagi setelah beberapa waktu. Mana aku tahu urusan pacarmu!"

"Dia kirim pesan kalau dia mendatangimu." Nada bicara Himer mulai melemah.

"Tidak masuk akal. Aku berminggu-minggu menemani Helen di rumah sakit!" Hephestus mulai kesal. "Ya, benar. Helen yang kau lihat waktu itu. Calon istriku. Satu-satunya."

Himer menatap Hephestus tak percaya. "Kau apakan saja si cantik itu sampai mau denganmu?"

Hephestus menatap Himer tajam. "Kalau kau datang cuma untuk asal tuduh dan mengacau, pergilah. Atau kubalas ini dua kali lipat?!" kata Hephestus tajam sambil menunjuk bibirnya yang pecah.

"Hei, tunggu...."

"Apa lagi, hah?"

"Dia benar-benar tidak bersamamu?"

"Oke. Cukup. Menyingkirlah sebelum aku benar-benar muak dengan ocehan sintingmu."

"Heph.... Mimira hamil...."

Hephestus berbalik dan berkacak pinggang menghadapi mantan rekannya yang biasa ganas kini tampak lesu. "Pasti anakmu."

Himer mengangguk. "Tapi aku malah menuduhnya macam-macam. Tak kusangka dia yang biasanya penurut dan takut padaku bisa semarah itu."

"Heh. Kau belum tahu apa yang bisa dilakukan wanita tak peduli selemah apa kau pandang dia. Dan tentu saja dia marah, Goblog! Kau ayah bayinya dan kau tidak mau mengakui itu? Hah, tambah hebat tingkahmu rupanya!"

Untuk pertama kali Hephestus menyaksikan pemandangan langka ini. Himer yang sepak terjangnya di dunia hitam tak terbendung, sekarang duduk lesu karena ditinggalkan calon ibu bayinya.

"Kau cinta dia."

"Mimira? Aku tidak tahu. Tapi selama ini dia ada di dekatku dan aku terbiasa dengan hal itu. Tapi saat dia menghilang, aku eh... merasa ada yang kurang... "

"Ya. Positif. Kau cinta dia. Dan kau cemburu dan menuduh aku menyembunyikan dia? Ide sinting. Kau tahu sendiri aku di luar negeri cukup lama dan langsung pulang menunggui Helen di rumah sakit."

"Dia mengirim pesan begitu kepadaku."

"Kau memang bodoh. Dia memancing kecemburuanmu. Dan ternyata berhasil." Hephestus menyeringai.

Himer menutup wajah dengan kedua belah telapak tangannya. "Ya, aku memang bodoh. Aku sangat terkejut ketika dia bilang hamil. Aku yakin itu anakku, Mimira bukan perempuan yang asal gaet lelaki, paling-paling dia agak genit padamu saja. Entah mengapa. Huh. Hanya saja semua terasa aneh dan baru bagiku. Bayangkan, aku akan jadi seorang ayah. Seaneh apa itu kedengarannya, hah?"

Hephestus tertawa.

Himer yang biasanya cepat tersulut emosi bila ditertawskan atau diejek, kali ini benar-benar pasrah. "Reaksi awalku adalah panik. Dan begitu panik sampai aku mengucapkan hal-hal yang tak perlu kuucapkan. Bayangkan. Aku punya anak? Astaga! Heh, bukan berarti aku tidak suka. Aku suka. Tapi seperti yang kubilang, aku harus terbiasa dulu dengan posisi aneh ini."

The Giant And The GorgeousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang