Bukan Mainan, Tetap Dirimu

8.5K 734 66
                                    

"Heph.... Papa berencana memperkenalkan aku pada anak rekan bisnisnya malam ini," kata Helen ragu-ragu di antara suapan makan siang utama setelah menikmati appetizer luar biasa bersama laki-laki di hadapannya.

Hephestus tidak tampak terkejut. Ia masih meneruskan makannya dengan lahap. "Hmm. Setelah gagal mendapatkan Jason, mereka menyodorimu yang lain? Hebat."

"Big G.... Aku khawatir jika laki-laki itu langsung setuju. Bisa dipastikan Papa juga setuju."

"Biarkan saja."

"Heph!"

"Tapi kamu tidak setuju, kan?"

"Jelas tidak! Aku mau bersamamu!"

"Habis perkara. Apa masalahnya?"

Helen meletakkan sendok dan garpunya, menatap Hephestus tak percaya. "Kamu punya rencana apa selain membawaku kabur?"

"Membawamu kabur itu rencana paling akhir. Jika tidak ada jalan lain yang memungkinkan. Dan aku tidak ingin seperti itu."

"Lalu?"

Hephestus bangkit dari tempat duduknya dan berlutut di samping Helen. "Aku sebenarnya tidak suka sembunyi-sembunyi seperti ini. Sangat pengecut. Tapi Helen, sementara ini aku rela jadi pengecut sampai kutemukan jalan terbaik untuk bisa bersamamu."

Helen mengelus rambut yang tumbuh di rahang laki-laki berotot itu. Ia mencium kening dan pipinya. "I love you so much, Hephestus. I don't know why but I really love you."

Hephestus tersenyum bahagia. "Dan aku tidak akan berbuat segila ini jika aku tidak benar-benar mencintaimu, Helen Thanatos."

Air mata Helen tergenang dalam pelupuk matanya, siap menitik jatuh. Ia memeluk erat-erat laki-laki itu.

Lantai dua butik Valkyries dilanda sunyi saat keduanya berpelukan. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya namun dengan harapan yang sama.

"Istirahat siang sudah habis. Aku harus pergi. Besok aku mau jenguk ibu Jason. Kamu juga?"

Wajah Helen langsung bersinar cerah. "Besok orangtuaku berangkat ke Eropa."

"Hm. Kalau begitu sekalian pakai sesuatu yang nyaman. Aku akan mengajakmu berkeliling setelah dari sana. Oh, aku jadi merasa seperti remaja tanggung yang harus backstreet. Apa boleh buat. Demi dirimu, Cantik." Ia meninggalkan sebuah ciuman panjang sebelum melompat dari jendela dan menghilang di bagian belakang gedung.

====================

"Helen, ini Alvis," ujar sang Ayah sambil memperkenalkan seorang laki-laki berwajah manis dan bertubuh agak kurus. Alvis langsung merona wajahnya ketika Helen menjabat tangannya.

Big G bisa dengan mudah melipat tiga tulang-tulangmu, Alvis, kata Helen dalam hati. Ia spontan tersenyum dengan leluconnya sendiri yang malah ditangkap sebagai sambutan baik oleh mereka yang berada di situ.

Orangtua Alvis, pemilik beberapa perusahaan supplier alat berat dan armada kapal kargo, langsung menyukai kesempurnaan penampilan Helen.

"Wah, anakmu luar biasa cantik, Titan," komentar ayah Alvis. "Sangat cocok dengan Alvin kami yang tampan ini."

Manis, catat itu Tuan. Manis! Tampan itu my Big G, hibur Helen pada dirinya sendiri. Jangan jatuh cinta padaku, Alvis manis, tolong jangan.

Tapi Alvis tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Helen. Jika ini film kartun, si pemuda manis itu pasti sudah meneteskan air liur seember.

Helen merasa jengah dengan tatapan Alvis. Rasanya ia ingin menempeli mata pemuda itu dengan lakban. Mulutnya yang terus ternganga itu juga.

Acara perkenalan tenyata berlanjut dengan makan malam bersama kedua keluarga, padahal Helen sudah sangat bosan dipandangi Alvis si Manis. Jika para orangtua tidak sedang mengawasi, Helen langsung pasang wajah garang plus pelototan burung hantu pada pemuda lugu itu. Tapi sia-sia. Semua ekspresi jelek yang ditampilkan Helen malah membuat pemuda itu semakin tertarik dan menganggap Helen lucu.

The Giant And The GorgeousWhere stories live. Discover now