Serangan Tiba-tiba

4.4K 570 35
                                    

"Midas tertangkap!" seru Frigga antusias.

Helen dan ayahnya langsung terdiam dan memusatkan perhatian pada layar televisi.

Laki-laki itu akhirnya tertangkap setelah buron ke negeri tetangga. Ia tampak lesu dan tidak berminat melayani pertanyaan para wartawan.

"Dia beda sekali dengan orang yang menyekapku dan Eira waktu itu," ujar Helen pelan. "Waktu itu dia sangat tampak kejam dan tak berperasaan. Dia juga bilang......" Helen tak melanjutkan kata-katanya, ia menatap sekilas ayahnya dan menimbang-nimbang dampaknya bila ia benar-benar mengucapkannya.

"Dia pasti bilang keluarganya hancur karena aku." Di luar dugaan Helen, Titan malah bisa menebak arah bicara anaknya. "Midas itu terganggu pikirannya sejak konspirasinya dengan tiga dewan direksi di Olympian Foods terbongkar. Ia tidak dipenjara tapi dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Dan sialnya," Titan menatap Helen dengan pandangan menyesal, "kamu yang ia jadikan sasaran kegilaannya...."

Titan mendekati Helen dan memeluknya. "Maafkan Papa, Nak. Aku gagal melindungimu."

Mendengar itu hati Hephestus ikut terpukul. Ia juga merasakan hal yang serupa.

Air mata Helen perlahan mengalir. "Bukan salah Papa. Papa sudah melakukan hal yang benar dengan membongkar kejahatan mereka. Jangan sesali itu, Pa. Luka ini bisa dihilangkan, jangan khawatir. Aku hanya panik saat pertama menghadapinya."

Titan merapatkan bibir. "Papa yakin itu. Tapi Papa khawatir luka dalam hati dan pikiranmu dalam cobaan ini."

"Helen bersamaku, Pa," kata Hephestus serius. "Aku janji dia akan baik-baik saja. Cukup kejadian itu saja. Aku janji dia akan baik-baik saja."

Titan mengangguk mantap sambil menatap Hephestus.

"Ada lagi yang harus kalian ketahui tentang Midas yang otaknya sudah melenceng dari jalur. Istrinya tidak gila, hmm aku yakin dia bilang padamu begitu seperti yang dia ceritakan juga pada para perawat di rumah sakit jiwa. Istrinya sehat-sehat saja, dan sedang bersama pria lain. Wanita itu tidak tahan menderita. Ia sudah terbiasa hidup berfoya-foya dan mulai meninggalkan Midas saat kasus itu terbongkar dan membuat kondisi finansial keluarganya runtuh. Dan itulah. Wanita itu mencari sandaran lain yang bisa memenuhi standar pola hidupnya."

Frigga baru akan angkat bicara ketika Titan menyela. "Aku tahu, Sayang. Aku tidak ragu kamu akan tetap bersamaku dalam keadaan apapun," ia tersenyum penuh arti.

"Terima kasih. Love you, too Husband."

"Halooo, kami masih di sini!" protes Helen melihat orangtuanya mengumbar kemesraan. Tapi jauh di dalam hatinya ia kagum pada mereka berdua yang kembali bersama setelah masing-masing punya kehidupan yang berbeda.

Titan memencet hidung istrinya dan mereka tertawa bersama.

Hephestus dan Helen ikut terbawa suasana ceria itu dan berbagi senyum.

"Jadi aku simpulkan kalau anak Midas juga tidak meninggal dunia?" ujar Hephestus.

"Anak yang mana dulu," balas Titan. "Dia punya tiga anak dan salah satunya memang sudah meninggal. Anak kesayangannya. Tewas dalam balapan liar. Sudah cukup lama."

Helen menggeleng-gelengkan kepala. Rupanya Midas sudah lama tergoncang pikirannya, pikir Helen.

"Dua anaknya yang ada juga tampak baik-baik saja. Kalau tidak salah mereka berkarir di luar negeri dan cukup sukses. Masalahnya, mereka sangat jarang datang padahal Midas pernah bercerita padaku dulu bahwa ia kangen pada mereka."

"Aku ingin bilang kasihan, tapi gila atau waras, aku belum bisa melupakan apa yang dia perbuat pada anakku,"kata Frigga dengan nada agak meninggi. "Mengingatkan aku pada laki-laki itu, ehm, maaf Heph..."

The Giant And The GorgeousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang