Dari Jauh

3.7K 555 30
                                    

Helen menjerit-jerit histeris.

Dinding papan mulai ikut tersulut api. Helen juga terus bergerak menghindari atap daun rumbia yang terbakar lalu terjatuh di dekatnya.

Tawa Midas yang seperti orang gila tiba-tiba lenyap bersama dengan bunyi deru mobil yang dipacu tiba-tiba.

Kemudian ia mendengar suara-suara lain. Asap yang mencekik dan panasnya api mulai membuat kesadaran Helen melemah.

Dukk! Dukk! Braakk!

Beberapa orang bekerja sama memukulkan sebatang kayu gelondongan yang lumayan besar dan panjang ke arah pintu pondok yang sudah separuh menghitam dilalap api.

Pintu terbuka. Helen terbelalak kaget dan luput memperhatikan sebatang kayu peyangga atap rumbia yang jatuh bersama dengan atap daun yang terbakar itu.

"Awwhhh!" Helen menjerit kesakitan ketika kayu dan rumbia yang terbakar itu menimpa punggungnya.

Mereka yang berhasil menerobos masuk langsung menyeret Helen keluar. Mereka juga berusaha menyingkirkan sisa-sisa api yang membakar sebagian pakaian Helen dan menyiram tubuhnya dengan air yang mereka bawa.

Helen kembali mengerang kesakitan. Air yang mereka siramkan mendinginkan rasa panas di tubuhnya sekaligus mengirimkan rasa nyeri yang teramat sangat. Pipi kananya juga terasa nyeri dan mengeluarkan darah akibat paku pada kayu atap yang menorehkan goresan panjang dan cukup dalam.

"Mana yang memanggil bantuan tadi? Gadis ini tampak parah," kata salah seorang penduduk yang menolongnya.

Rupanya Eira sampai ke pemukiman kecil dekat sungai dan ia ditemukan oleh penduduk minta tolong sambil menangis tersedu-sedu. Tanpa membuang waktu, mereka bergerak bersama menuju sumber kebakaran dan sebagian lagi menghubungi kepala kampung yang tinggal di desa luar kebun. Eira yang masih syok mereka tinggalkan dengan para istri yang berusaha menenangkannya.

Beberapa saat kemudian kepala kampung datang dengan pihak berwajib yang bertugas di wilayah itu. Helen segera mereka angkut menuju rumah sakit.

=================

Luka bakar tingkat dua di sebagian punggung, bahu kanan serta pipi kanan bawah Helen terlihat sangat mengenaskan.

Frigga menangis tersedu-sedu melihat kondisi anaknya yang berkali-kali pingsan setelah membuka mata sebentar sambil merintih kesakitan. Titan seperti orang linglung yang lebih banyak duduk melamun dengan pandangan kosong.

"Pa, bagaimana kondisi Helen?" tanya Tyro yang tergopoh-gopoh datang ke rumah sakit bersama istrinya.

"Hah? Apa? Oh, adikmu masih belum stabil," jawab Titan yang biasa tegas berwibawa tapi kini seperti tinggal separuh bernyawa. Pandangannya kembali kosong menerawang.

Istri Tyro langsung memeluk ibu mertuanya yang membuat kedua wanita itu pecah dalam tangis bersama.

"Apa salah anakku?" renung Titan.

=======================

"Bu? Helen kenapa? Ponselnya tidak aktif..." kata Hephestus penasaran pada Frigga lewat ponsel.

"Oh, Heph. Apa kabar? Maaf, lupa kasih kabar. Helen kena eh tifus dan harus dirawat selama beberapa hari."

Hephestus terdiam.

"Heph?"

"Oh, maaf, Bu. Aku rindu Helen...."

"Dokter bilang dia harus istirahat total. Ponselnya kusimpan dulu."

Hephestus kembali diam. Entah mengapa perasaannya tidak enak. "Tidak boleh video call sebentar saja? Lima menit? Biar Ibu yang pegang ponselnya?"

The Giant And The GorgeousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang