Futsal

255 40 0
                                    

Setelah mendengar kabar kalo ternyata Kino udah putus lama, gue antara seneng dan merasa bego sih. Sama kadang gue suka mikir "Ya terus kenapa?" Ngarep apa sih gue? Haduuu.

Seperti saat ini gue lagi bengong di teras rumah ditemani es pisang coklat beku yang dibeli adek gue. "Mau ikut gue gak lo?" Ikram tiba-tiba dateng membuyarkan lamunan gue dan mencomot es pisang coklat beku ditangan kanan gue yang memang gue biarkan sedari tadi.

"Lo ngapain sih dirumah gue?" Gue malah bertanya hal lain.

"Ketiduran gue abis main Fifa sama adek lo." Jawabnya.

Karena gue tidak merespon, Ikram bicara lagi, "Ikut yuk? Temenin gue nanti kita makan taichan senayan deh."

"Males."

"Lo tiga hari dirumah aja kaga bulukan?"

"Ayok deh," kata gue.

"Apaan? Begini aja?" Tanyanya.

Lalu gue memperlihatkan jaket yang kebetulan ada disebelah gue, "gue pake ini."

Ikram membawa gue dengan mobilnya entah ke daerah mana, yang jelas kita melewati tol. Setelah keluar tol, gue melihat plang jalan bertuliskan Kalibata. Ooh, gue ada di Jakarta.

Gak lama, Ikram berhenti di depan tempat bertuliskan "Futsal Indoor Kalibata" ooh, Ikram mau futsal.

"Ayok!" Ajaknya.

Sampai didalam gue bertemu dengan
teman-temannya Ikram. Katanya mereka adalah Persatuan Futsal Jabodetabek. Tunggu, tunggu...

Gue tadi baru aja kenalan sama yang namanya Jita, Juna, Jiyo. Katanya mereka Triple J, terus yang namanya Juna itu nyebutin nama Namira, adeknya Ikram dan satu nama yang gak asing buat gue.

Ya, pantes aja Ikram ngajak gue kesini. Ada maksudnya. Gue akhirnya melihat Kino lagi. Sekarang dia lagi oper-operan bola sama Ikram dilapangan. Terus dia ngeliat gue yang cuma pakai kaos belang-belang dilapis jaket, celana selutut dan sendal jepit! Yah... udah makin kampung aja ini gue.

"Sepupu Ikram?" Tanya salah satu temannya Ikram.

"Iya." Jawab gue.

"Kenalin, Angga." Dia mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Gue hampir mau menjabat tangannya tapi keburu di intrupsi oleh suara lain, "Jangan dia, Ngga. Kating gue galak, susah jinakinnya."

Itu Kino. Yang berani interaksi sama gue cuma diluar kampus. "Iya, No. Iyaaa, punya lo gak akan gue embat." Kata Angga yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Kino. Lalu Angga beranjak pergi meninggalkan gue dan Kino.

"Kino sayang! Semangat!!! Semoga berhasil." Juna meneriakinya dari lapangan. Gue gak ngerti apa maksudnya walau sebenernya gue ada rasa kepedean juga sih hahaha.

Lalu, Kino menatap gue yang masih dalam keadaan duduk. Gue mendongak keatas juga untuk dapat membalas tatapannya, lalu Kino tersenyum ke gue. "Long time no see, Mars." Katanya sambil duduk disebelah gue.

Waktunya gue mengeluarkan sarkas gue. "Bukannya minggu lalu baru ketemu di parkiran ya? Harusnya long time no talk, ya gak sih?"

Kino malah tertawa receh, "Hhhm, harus jawab apa ya gue?"

"Ya mana gue tau." Kata gue dengan nada yang sedikit jutek.

"Lo kok jadi jutek ke gue?" Kino seperti ingij mengulum senyumnya tapi terlihat heran juga liat sikap gue.

"Gue emang kaya gini."

"Mars?" Tegurnya.

"Marsha," gue mengoreksi.

Kino tertawa, entah dibagian mana yang lucu. "Lo kok kaya cewek yang lagi ngambek ke pacarnya sih?"

Dan perkataannya sukses membuat pipi gue terasa panas karena malu.
Tapi tentu saja, gue masih punya 1000 kata untuk berbalas omongan dengan Kino. "Ngarep lo jadi pacar gue?"

Kino tertawa lagi menanggapinya. "Ngarep gratis kan?" Tanyanya.

"Pipis aja sekarang bayar," jawab gue asal.

"Yaudah nanti gue bayarnya pake... lo mau makan apa malam ini? Gue traktir."

Haaa? Apa nih maksudnya? Ngarep jadi pacar? Bayar? Traktir? Ah, gue gak paham.

Accidentally Met YouWhere stories live. Discover now