04

55 6 4
                                    

De Caffe

Hanya suara gemerincik air dan secangkir cappuccino dingin yang menemaniku di siang yang panas ini. Ingin rasanya menjadi ikan yang berenang ria bersama teman - temannya di kolam kecil yang ada di samping ku. Setelah lulus, teman - temanku sama sekali tidak ada kabar dan batang hidungnya yang tak nampak. Semua sudah sibuk dengan urusannya masing - masing.

"Hay"

Aku hanya tersenyum masam.

"Kamu masih marah denganku? Bukannya dulu kamu yang bilang kalau kamu mencintaiku? Dan tidak bisa jauh dariku?" tambahnya

"Jangan ungkit lagi masalah itu! Aku sudah melupakannya!" tegasku

"Sungguh? Secepat itu?" tanyanya

Romi menarik kursi dan duduk di depanku.

"Kau juga masih menyukai cappuccino. Masih sama seperti dulu. Hanya saja kamu lebih terlihat cantik dari sebelumnya" ujarnya



"Bisa bahas masalah lain? Kalau tidak ada, aku ijin pamit ke kantor. Lagipula aku harus kerja dan waktu istirahat sudah habis"

"Bersikaplah seperti biasa. Terserah kalau kamu mau bersikap formal, kamu bisa lakukan itu dikantor"


Aku beranjak dari dudukku.

"Tetaplah disini!"  tutur Romi sambil menahan tanganku

"Mau kamu apa sih?!!" bentakku

"Apa salah jika aku meminta kamu untuk menjelaskan semua padaku?" tanya Romi



Segera aku pergi dari hadapan Romi.

Cukup aku berjalan sekitar kurang lebih 50 meter untuk sampai kantor. Karena jarak kantor ke Caffe memang dekat.



Kantor

"Yuli"

"Ra, ngapain kesini?" tanyaku pada Tiara

"Ketemu Romi"

"Ohh ya gimana CEO nya ganteng bukan?" tambahnya

"CEO?!" tanyaku

"Iya si Romi"

Tiara berlalu masuk ke ruangan Romi


13.45
Ruang Direktur

BRAK

Aku menggeprak meja dengan map yang ku bawa tadi.

"Aku keluar dari sini!" tegasku

Romi segera bangkit dari singgasananya.

"Kenapa kamu Yul?" tanyanya lembut

"Bohong apa lagi sih kamu? Aku capek tahu nggak terus main dalam permainan mu! Kamu bukan Dirut! Tapi kamu CEO!"

Romi hanya diam.

"Aku sudah buat suratnya. Sekarang aku hanya butuh tanda tangan kamu dan aku akan pergi jauh dari kehidupan kamu!"

Romi mengambil stop map yang kuberi, dia membacanya. Kemudian menatapku.

Mata elang itu menatapku dengan tajam.

"Aku pastikan tidak ada sedikitpun kesalahan yang ku ketik disana" tukasku


Tiba - tiba Romi merobek stop map yang berisi surat pengunduran diriku.

"Kita bisa perbaiki masalah ini sama - sama. Dan kamu tidak bisa keluar dari sini, karena kamu sudah tanda tangan kontrak kerja di awal"

Aku mendorong tubuh Romi.

"Kenapa kamu nyiksa aku Rom? Kalau kita terus bertemu, aku yang sakit Rom!" ujarku sambil memukul lengan Romi berkali - kali

Romi meraih tubuhku, dipeluknya aku dengan segera.

DEG

Rasa itu....

Pelukan itu.....

Detakan jantung itu.....

Hangatnya nafas itu.....

Semua masih sama dan seirama.

"Apakah kamu merasakannya?" tanya Romi

"Rasa sakitku jauh lebih besar dari rasa sayangku ke kamu. Kamu pergi tanpa ngasih pesan ke aku. Bahkan pamit saja nggak"

"Baik. Aku akan melepaskan kamu. Kita kerja secara profesional. Aku nggak akan ganggu kamu lagi mulai detik ini"

Aku menatap Romi. Seharusnya ia memberiku penjelasan. Kalau mau perbaiki keadaan ya ayo. Tapi kalau keputusan Romi seperti itu baiklah. Aku akan menerimanya.













Hai guys 😊

Minta saran dong buat work ini

Saran kalian berarti bagiku.

See you all 💞

Berkas Sang Mantanحيث تعيش القصص. اكتشف الآن