03

128 11 0
                                    

Dulu kau pergi begitu saja,
Sekarang kau kembali tanpa aba - aba.

💌💌💌





06.00

Melihat penampilan Tiara kemarin, membuatku berpikir ulang. Aku akan mengikuti penampilan Tiara, sedikit merubah penampilanku menjadi lebih terkesan. Aku menggunakan kemeja berwarna putih, bawahan celana kain hitam, rambut terikat ke belakang, dan memakai sepatu dengan sedikit hak.


"Bunda, Ayah. Aku pamit dulu ya. Doakan aku diterima" pamit ku

"Nggak makan dulu?" tanya Bunda

"Hari ini interview jadi nggak boleh telat"

Aku mencium pipi Bunda sebelum pergi.




08.15

Sudah satu jam aku menunggu. Perutku juga sudah merasa lapar karena belum sarapan. Arghhh.... rasanya Aku ingin masuk ke ruangan big bos dan berkhotbah di depannya.


"Mbak, Mbak bisa membaca surat perjanjiannya terlebih dahulu" mbak resepsionis menyerah berkah dalam stop map berwarna merah kepadaku.


"Perjanjian apa Mbak?"

"Pernyataan kalau mbak bersedia mengabdi disini bila diterima"

"Baik"

"Kalau sudah dibaca dan ditanda tangani, saya akan antarkan Mbak menemui bapak di ruangannya"

Mendengar kata itu segera aku duduk dan menanda tangani surat tersebut.

Akhirnya, maju juga buat interview.

Sebenarnya aku merasa ada yang janggal disini. Kenapa aku diminta untuk terlebih dahulu menanda tangani surat pernyataan itu?

Tapi bodo amatlah. Lagian kantor ini baru mungkin jika diterima dan aku bisa memberikan yang terbaik karierku akan melesat dengan cepat.


"Permisi pak, Mbak Yulinya sudah siap"

Lelaki yang berdiri membelakangi kami hanya mengibaskan tangannya. Sebagai isyarat meminta mbak resepsionis pergi.

Sepertinya aku juga harus belajar bahasa isyarat bila benar diterima disini.


"Kenapa masih berdiri? Kaki kamu nggak capek?" tanya big bos

"Bapak belum nyuruh saya duduk"

"Punya akal bukan? Percuma IP kamu besar tapi nggak kamu gunakan" tuturnya


/Yuli, dia calon bos kamu. Sabar ya. Orang sabar rezekinya lancar/

"Apa kamu akan bekerja di bawah perintah terus? Lalu kapan kamu berkembangnya? Ada kursi itu buat duduk bukan untuk dilihatin" tambahnya

"Yuli, berdiri kamu!" pintanya

Aku pun berdiri.

"Sekarang kamu hitung ubin yang ada di ruangan ini!" lanjutnya

😳😳😳

Interview macam apa ini?!

Aku mulai bergerak untuk menghitung.

"Berapa jumlahnya?!" tanyanya lagi ketika aku baru menghitung.


"Romi?!"

"Saya tanya berapa jumlahnya. Bukan nama saya"

Aku hendak mengambil tas ku yang ada di kursi, tetapi Romi terlebih dahulu meraihnya.

"Kembalikan nggak?!"

"Kamu sudah bertanda tangan diatas materai. Itu artinya kamu bersedia kerja disini. Kalau kamu menolaknya, kamu bisa dikenakan denda atau hukum pidana"


"Aku kaget tahu waktu nerima berkas lamaran kamu. Nggak tahunya teman Tiara itu kamu" tambahnya

"Kalau aku tahu yang dimaksud tiara itu kamu. Aku nggak bakal ngirim berkas kemari"

"Serius?" tantangnya

"Iya. Aku serius. Emang kelihatan aku main - main ya?"

Romi tertawa.

"Ada yang lucu?" tanyaku

"Tidak, kamu masih sama seperti Lili yang dulu. Baiklah, kamu bisa mulai bekerja besok. Ingat ya, kamu sudah bertanda tangan diatas materai!" jawabnya sambil mengangkat berkas yang ku tanda tangani tadi


"Ada surat pengaduan? Aku mau mengadu kalau pelayanan disini lelet. Kemarin aku ditelantarkan, pagi ini juga. Bahkan aku sampai bela - belain nggak sarapan demi interview. Nggak tahunya atasanku kamu"


"Mungkin ini takdir. Judulnya Mantan pacarku sekarang bosku"

"Inget ya kita itu masa lalu. Sekarang aku sudah move on"

"Oh ya? Lain kali kenalin ke aku bolehlah"

"Ogah" akupun keluar ruangan setelah mengambil paksa tasku dari tangan Romi

Romi Syahputra. Dulu kami satu SMA bahkan satu kelas. Romi juga pernah menjadi bagian dari hidupku, dan sempat mengisi ruang dihatiku. Sebelum akhirnya dia pergi tanpa sepatah kata apapun yang dia tinggalkan. Akupun juga kaget ketika wali kelas menyampaikan kabar kepindahan Romi yang tiba - tiba.

Dan kini, aku dipertemukan lagi dengannya dengan keadaan yang berbeda. Akankah aku terus hidup dalam bayang - bayang masa lalu ku? Seharusnya aku bisa melupakannya. Tapi jika terus bersamanya, bagaimana aku bisa cepat melupakannya?

Berkas Sang MantanWhere stories live. Discover now