Part 9 Saling Mengenal

655 17 0
                                    

#IntrikPart9

INTRIK

Oleh: Triana Kumalasari

Part 9

Saling Mengenal

.
.

“Ooh … sorry, Mas. Aku tidak tahu tentang trauma itu,” ucap Farah. “Maaf, tadi aku telah berprasangka buruk.”

Leo meluruskan posisi kepalanya, menatap ke layar TV yang mati. “Kau memang belum tahu. Banyak hal yang kita belum saling tahu.” Dihidupkannya TV dengan volume kecil, memilih-milih saluran, dan berhenti pada tayangan berita.

Farah memilin-milin ujung jilbabnya, merenungi ucapan Leo. “Iya, itu benar. Perlukah kita melakukan tanya jawab agar lebih saling mengenal?”

“Apa yang mau kau tanyakan? Makanan favorit? Film favorit?” Leo tertawa kecil. “Ck, seperti anak SMP.”

“Aku tahu Mas Leo rewel tentang makanan, tapi ada yang agak lebih penting untuk ditanyakan.” Farah terdiam, mempertimbangkan ulang. “Apakah Mas Leo pernah memiliki hubungan istimewa dengan seorang wanita? Atau justru saat kita menikah sebenarnya kau punya kekasih?”

Leo meliriknya. “Itu pertanyaan pentingnya? Kukira kau akan bertanya berapa sahamku di perusahaan,” selorohnya, sembari mematikan TV. “Tidak pernah. Aku sibuk sekolah dan kursus ini itu. Tak ada waktu untuk pacaran.”

“Begitu.” Farah menanggapi. Sekeping kelegaan menyelinap di hati. “Emm, pernahkah jatuh cinta sebelumnya?”

Lelaki itu terdiam sejenak. “Pernah. Saat aku masih mahasiswa di ITB, aku tertarik kepada kakak tingkat setahun lebih tua. Tapi dia dinikahkan dengan pengusaha lain oleh orang tuanya. Saat itu, aku belum lulus, masih mahasiswa.”

“Ah, Mas Leo juga patah hati ternyata. Seperti apa dia?”

“Dia wanita yang cerdas dan periang. Orang tuanya pengusaha di bidang ekspor impor. Sebenarnya, ayahnya menyuruhnya kuliah di Fakultas Ekonomi, tetapi dia bersikeras memilih Teknik Sipil. Tadinya kupikir bila menikah dengan dia tentu akan sangat bagus. Dia juga mengerti tentang konstruksi. Namun, dia dinikahkan oleh orang tuanya bahkan sebelum aku lulus. Apakah hal seperti ini penting bagimu untuk tahu?” Leo memandang Farah, membalas tatapan mata hitam bening wanita itu.

“Ya,” jawab sang istri, lalu menunduk. Farah memainkan jemarinya di pangkuan, mengguratkan kuku telunjuknya yang pendek ke kostum rumah sakit yang berwarna biru muda. “Jadi, wanita itu menikah karena perjodohan bisnis juga seperti kita. Apakah dia bahagia dengan pernikahannya?”

Leo terdiam. “Tidak. Sekarang dia sudah meninggal.”

“Oh! Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Apa dia meninggal karena sakit?”

“Dibunuh suaminya.”

Gerakan jari Farah langsung terhenti. Kepalanya mendongak dengan wajah terperanjat. “Hah? Apa? Kenapa?”

“Keluarga kakak tingkatku mengkhianati perusahaan suaminya. Suaminya sangat marah dan menembaknya.”

“Ya Allah … tragis banget, Mas!” Farah menutup mulut dengan kedua tangan. “Itu mengerikan!”

“Ya begitulah. Namun, pengkhianat memang harus dibasmi, dihancurkan hingga ke akar, bila ingin perusahaan tetap bertahan.”

“Mas Leo terdengar menakutkan.” Farah bergidik.

“Aku terus yang cerita. Bagaimana denganmu?”

“Aku? Tidak pernah punya pacar. Hanya diam-diam mencintai seseorang.”

INTRIK (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now