Bab 5 Perhitungan Laba Rugi

721 13 0
                                    

#IntrikBab5



INTRIK



Oleh : Triana Kumalasari



Bab 5



Perhitungan Laba Rugi


.


.



"It's okay. Papamu akan segera menjodohkanmu dengan anak pengusaha yang lain lagi," ujar Leo santai. "Dalam dunia kita kan selalu begitu."



"Sudah. Dengan anak pemilik hotel ini. Aku ke sini meeting dengannya, sekaligus meninjau hotel mereka." Wanita itu sedikit meringis.



Leo tersenyum. Farah kembali menyibukkan diri dengan chocolate milkshake-nya. Ia merasa agak sulit membaur dalam obrolan.



Ponsel Leo berbunyi. Lelaki itu mengecek nomor yang meneleponnya. "Pak Hendy. Aku permisi dulu. Mungkin ada yang darurat di proyek."



Sepeninggal Leo, suasana menjadi hening. Hanya dentingan es batu beradu dengan gelas kaca dari gelas sarsaparilla yang digoyang-goyang Stevani saja yang terdengar.



"Bagaimana pernikahanmu, Farah? Apakah menyenangkan?" Akhirnya Stevani yang memecah keheningan.



Farah melepaskan sedotan dari bibir. "Emm, ya begitulah, Mbak."



"Tak usah memanggil Mbak. Lagipula kita seumuran. Leo pernah bilang calon istrinya dua tahun lebih muda darinya. Panggil Stevani saja."



"Kalau kau lebih muda dari Mas Leo, kenapa memanggil dia nama, tanpa sebutan 'Mas'?"



Stevani memandang Farah dengan tatapan malas, memajukan tubuh sedikit, dan berbisik, "Karena kami sangat akrab."



Kening Farah berkerut. Wanita ini sedang membicarakan suaminya, kan? Kalau iya, ia merasa tak suka.



Leo yang baru bergabung kembali menangkap raut masam sang istri. "Kalian bicara apa?"



"Hanya ngobrol biasa." Stevani menjawab ringan. "Istrimu ini polos banget sepertinya. Sesekali dia perlu ikut kumpul bersama teman-teman kita."



"Iya, Farah memang berbeda. Meski anak pengusaha, dia dibesarkan di luar lingkungan bisnis."



"I see." Stevani tersenyum. Diliriknya penanda waktu berwarna silver yang melingkari pergelangan tangan kirinya, lalu mendesah. "Aku masih ingin ngobrol denganmu, Leo. Tapi, sayang, aku harus berangkat kalau tak ingin ketinggalan pesawat."



"Mau melaporkan hasil peninjauan kepada papamu?" Leo nyengir. "Bagaimana? Memuaskan?"



"Kalau hotelnya, juga manajemennya, iya, memuaskan. Tapi orangnya," Stevani mengerling ke arah Leo, "kurasa aku lebih menyukai anak keluarga Atmaja."



Farah mendelik. Sementara Leo tertegun sesaat, lalu tersenyum tipis, tetapi tak berkomentar apa-apa.



"Kapan-kapan jumpa lagi," pamit Stevani yang dijawab anggukan Leo.



"Kalian sepertinya sangat akrab," celetuk Farah, setelah sosok Stevani menghilang di balik pintu kafe.



"Kami berteman baik sejak masih remaja." Leo menyeruput sisa ice blend coffee-nya hingga tandas.



Seperti mereka, batin Farah. Yudha dan gadis PMR itu juga bersahabat semenjak remaja. Apakah pada Leo dan Stevani berlaku sama? Mungkinkah mereka sebenarnya saling menyukai? Ah iya, bukankah barusan perkataan Stevani menyiratkan demikian? Paling tidak, bagi Stevani. Wanita itu mendesah. Semestinya setelah Leo menikah, mereka berdua menjaga jarak. Ini agak membuat kesal.

INTRIK (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now