Part 8 Trauma Masa Lalu

680 18 0
                                    

#IntrikPart8

INTRIK

Oleh : Triana Kumalasari

.
.

Part 8

Trauma Masa Lalu

.
.

Setelah membuat laporan ke kantor polisi dan menghubungi pengacara perusahaan, Leo segera melarikan dirinya sendiri dan Farah ke UGD.

Luka-luka Farah cukup ditangani di UGD, sayangnya tidak demikian dengan Leo. Setelah melihat hasil rontgen sang putra Atmaja, dokter menyarankannya untuk berkonsultasi dengan ahli ortopedi.

Beruntung, di rumah sakit tersebut ada dokter ortopedi yang sedang praktik, sehingga Leo tidak perlu menunggu hingga keesokan hari untuk berkonsultasi. Namun, diagnosis dokter spesialis bedah tulang itu langsung membuat raut muka suami Farah tertekuk.

"Tulang rusuk saya retak, Dokter?" tanya Leo muram.

"Iya, Pak." Dokter ortopedi memperlihatkan hasil rontgen Leo. "Terdapat retakan pada dua tulang rusuk sebelah kiri. Tapi tidak perlu terlalu khawatir, Pak," sang dokter menambahkan, "ini bukan patah tulang yang parah. Retaknya cukup ringan, tidak perlu operasi. Dengan perawatan yang benar, tiga sampai delapan minggu insya Allah sudah baik kembali. Apa Bapak merasa sesak napas?"

"Ya, Dokter. Di area rusuk kiri terasa sakit sekali saat saya menarik napas." Tangan Leo mengusap bagian yang ia maksud, wajahnya mengernyit.

"Suntikan yang saya berikan barusan itu pereda nyeri. Bila rasa nyerinya hilang, usahakan Bapak bernapas dengan normal untuk menghindari terjadinya pneumonia. Untuk sementara waktu, akan diberikan terapi oksigen untuk Bapak. Banyak beristirahat, Pak, agar penyembuhannya bisa lebih cepat."

***

Kamar rawat inap itu cukup luas, dengan fasilitas khas kamar VIP. Atas permintaan Leo, tempat tidur elektrik untuk pasien telah ditambahkan satu lagi, karena pasiennya ada dua. Nuansa putih dengan sedikit sentuhan cokelat bata memberikan aura nyaman. TV LCD, AC, lemari es, dan sofa empuk untuk anggota keluarga yang menunggu pasien siap memanjakan. Namun, yang namanya rumah sakit, tetap saja penghuninya merasa tidak nyaman.

"Dokter berpesan sebaiknya Bapak meninggikan posisi kepala saat tidur. Kaki yang terkilir diistirahatkan dulu ya, Pak. Ibu juga sebaiknya beristirahat." Perawat memberikan penjelasan sebelum beranjak pergi dan menutup pintu.

Begitu pintu tertutup, suasana berubah senyap. Leo berbaring di tempat tidur yang bagian kepalanya ditinggikan. Nasal kanul, berupa selang dengan dua cabang untuk masing-masing lubang hidung, terpasang di hidung mancungnya untuk mengalirkan oksigen. Berjarak dua meter di sebelah kanannya, Farah duduk di ranjangnya sendiri, menjuntaikan kaki ke bawah, menekuri lantai yang putih, melamun. Peristiwa tadi kembali terbayang, membuatnya bergidik.

"Kau baik-baik saja?" Suara bariton Leo memecah keheningan.

Farah mengangkat wajah. "Iya. Lukaku hanya sedikit. Aku tak apa-apa. Mas Leo malah jauh lebih parah."

"Bagus kalau kamu baik-baik saja, karena aku mau komplain."

Kelopak mata Farah berkedip satu kali. Bibirnya mengerucut membentuk huruf o kecil. Perasaannya mendadak tidak enak. Mendung tampak menggelayuti wajah Leo.

"Lihat hasil perbuatanmu. Bersikeras pergi sendirian di tempat asing begini. Sekarang kita jadi babak belur dan berakhir di rumah sakit," ujar Leo dengan wajah tertekuk sempurna. Nasal kanul di hidung tak menghalangi keinginannya untuk mengomel. "Kau memang berani, atau sok berani. Sembrono. Kurang pertimbangan dalam bertindak."

INTRIK (SUDAH TERBIT) Место, где живут истории. Откройте их для себя